Delapan Belas

1132 Words
Perjalanan jauh yang ditempu Adrian dengan Violet dari pagi akhirnya sampai di tujuan saat hari menjelang siang. Mereka memasuki apartemen Adrian di lantai atas gedung. Saat memasuki apartemen, Violet sempat terpana dengan pemandangan yang dapat dia lihat dari atas, belum lagi fasilitas yang ada di dalam apartemen yang terbilang mewah. Apartemennya memiliki tiga kamar dan memiliki kamar mandi sendiri, balkon yang ada terdapat tempat duduk dan kolam renang sendiri, dapur minimalis yang bersih serta ruang tamu yang luas terlihat saat mereka baru saja masuk ke dalam apartemen tadi. Adrian menunjuk semua ruangan yang ada, dan terakhir kamar yang akan menjadi kamar Violet nantinya. Violet memasuki kamarnya dengan sedikit bingung, karena baju yang dia miliki harus dipisah sebagaian di dalam kamar Adrian dan sebagian lagi di kamar yang dia tempati. Adrian beralasan jika suatu saat orangtua mereka berkunjung ke apartemen, mereka tidak perlu terlalu repot dengan situasi pernikahan mereka yang tidak normal ini. Violet yang hanya mengikuti saja perkataan Adrian, dengan segera memilah baju yang akan dia tempatkan di kamar Adrian dan sebagian lagi di kamarnya. Kamar yang di tempati Violet, tempat tidur yang ada lebih besar dari tempat tidurnya di rumah begitupun lemari pakaian, terdapat meja belajar yang lengkap dengan komputer dan printer serta isi kamar mandi yang lengkap. Melihat isi dari kamar ini, sepertinya Adrian sudah menyiapkannya dengan sempurna. Selesai merapikan semua barang yang Violet bawa ketempat masing-masing, Violet akhirnya mengistirahatkan tubuhnya ke tempat tidur. Karena terlalu capek akhirnya dia dengan cepat tertidur. Adrian mengetuk pintu kamar Violet untuk mengajaknya makan, tetapi tidak ada sahutan dari dalam kamar. Dia akhirnya memutuskan untuk masuk dan melihat keadaan Violet, dia mendapati Violet yang tertidur pulas. Adrian mendekati Violet yang tertidur, dia khawatir dengan kondisi Violet akan seperti saat pertama kali berkunjung ke kota. Adrian mengecek suhu tubuhnya dengan memegang kepalanya saat dia merasa tidak ada tanda bahwa Violet sakit dia akhirnya keluar dari kamar Violet. Violet bangun saat hari sudah menjelang malam, dia bangun dan membersihkan diri di kamar mandi sebelum keluar dari kamar. Dia melihat Adrian duduk di sofa, sambil menonton acara berita di televisi. “Kak, malam ini mau makan apa? Biar Vio masak?” tanya Violet saat sudah berada di samping Adrian duduk. “Kakak sudah pesan makanan, tidak perlu memasak untuk hari ini. Kamu masih capek, lagian bahan makanan yang ada di kulkas tidak ada.” Kata Adrian tanpa melihat kearah Violet. “ Ayo duduk, kita tunggu makanannya datang. Sebentar lagi sampai.” Violet akhirnya duduk di sofa yang lain tidak dan ikut menonton bersama Adrian, karena tidak adanya obrolan dan kondisi yang masih capek Violet akhirnya kembali tertidur. “Vio.... Vio... bangun! Ayo kita makan!” panggil Adrian lembut dekat kupingnya, sambil menepuk pelan pipinya. Tepukan pelan dan panggilan lembut dari Adrian membuatnya bangun. Saat terjaga, Violet sudah melihat makanan yang sudah tertata di meja. Mereka makan di ruang tamu sambil menonton, tanpa berbicara. Selesai makan Violet membereskan bekas makan mereka dan kembali duduk di tempatnya semula, mereka nyaman satu sama lain walaupun tanpa kata yang mengiringi. Saat pukul tujuh tiga puluh malam, Violet akhirnya memutuskan untuk ke kamar dan tidur. “Kak, Vio tidur duluan ya!” “Hem..” jawab Adrian. Tidak lama setelah Violet masuk ke kamarnya, Adrianpun akhirnya masuk ke kamarnya juga. Tiga hari ini kegiatan Violet mengenal lingkungan baru tempat tinggalnya, dia dipandu oleh Adrian untuk mengenal lingkungan apartemen mereka yang terhubung dengan mall dan fasilitas taman yang masih dalam satu komplek. Violet juga sekalian berbelanja untuk mengisi persediaan keperluan bulanan dan bahan makanan untuk keperluan mereka. Hari Kamis, Violet akhirnya mendaftar ulang untuk masuk ke universitasnya dengan di antar Adrian ke kampus. “Nanti kalau selesai urusanmu, telepon kakak. Biar kakak jemput, kamu tunggu di perpustakaan atau cafe di depan.” Pesan Adrian kepada Violet saat mereka sudah sampai di kampus dan Violet siap-siap untuk turun. “Iya, Kak. Nanti Vio telepon kalau proses daftar ulangnya sudah selesai. Vio pamit kak!” violet mengambil tangan Adrian dan menciumnya kemudian turun. “Assalamu’alaikum.” Violet turun dan tersenyum sambil menutup pintu mobil kemudian berjalan menjauh menuju gedung tempat daftar ulang berlangsung. Adrian melajukan mobilnya menuju ke kantornya, dia tersenyum lebar dengan hati senang. Violet antri dengan mahasiswa baru lainnya, dia berkenalan dengan Fitri yang satu jurusan dengan Violet. Mereka berdua cepat akrab dan akhirnya mereka berdua bersama-sama mengurus berkas yang diperlukan untuk mendaftar ulang. “Fit, bagaimana sudah lengkap belum berkasmu?” tanya Violet, dia sudah menyelesaikan berkasnya dan sudah dimasukan ke dalam stopmapnya. Dia melihat Fitri teman barunya masih membolak balik berkas yang dia punya dan mencocokan dengan daftar yang sudah diterimanya tadi. ”Sepertinya masih satu lagi yang belum digandakan, harus ke tempat fotocopy dulu nih.” Kata Fitri yang sudah berdiri membawa lembaran berkas yang belum lengkap. “Aku titip berkasku ya, Vio. Aku ke tempat fotocopy, kamu tungguin aku di sini saja.” Violet mengangguk dan duduk sambil memainkan handphonenya. Mereka sudah berkeliling kampus, ke tempat syarat yang harus mereka ambil yang tidak satu gedung dengan jarak yang lumayan jauh dari satu gedung ke gedung yang lain. Sepuluh menit akhirnya fitri kembali, setelah selesai menyusun berkasnya mereka akhirnya menuju ke tempat untuk mengumpulkan berkas mereka sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Mereka selesai melakukan proses daftar ulang sudah tengah hari, dan mereka juga diarahkan untuk ke jurusan mereka dan mencari info tentang jadwal kuliah mereka dan info untuk mahasiswa baru tentang ospek. Karena hari sudah menujukkan waktu istirahat siang, mereka mencari makan siang bersama sebelum ke jurusan mereka. Sambil mereka makan, mereka berbincang. “Tinggal di mana, Vio?” “Aku tinggal di apartemen A.” “Wow, ga nyangka kamu anak orang kaya. Itu apartemen elit di kota” “Saya tinggal dengan kakak tiri saya. Saya bukan orang kaya, yang kaya keluarga kakak tiri saya.” “Tetapi kau tentu saya sudah masuk ke dalam keluarga itu.” Kata Fitri berkeras. “Tetap saja yang kaya mereka, bukan saya.” Jawab Violet kalem. “Kamu beda, dengan kebanyakan orang yang aku kenal kalau mereka pasti sudah bergaya sok keren dengan status sepertimu.” “Apa yang mau dibanggakan? Harta itu tetap bukan milikku, hanya orang yang tidak tahu bersyukur dengan membanggakan kekayaan yang bukan milik mereka sendiri.” jawab Violet cuek. “Benar-benar lo.... tapi gue suka. Kalau kamu membanggakan kekayaaan keluargamu, besok aku minggir deh jadi temanmu.” Violet hanya tertawa mendengar kata Fitri teman barunya ini. “Kamu tinggal di mana Fit?” “Aku kos di dekat kamus, jalan kaki saja.” “Keluarga kamu di mana Fit?” “Saya merantau, keluarga besar dari pulau seberang. Siapa tahu nanti lulus bisa langsung dapat kerja di sini.” Kata Fitri dengan wajah yang penuh semangat. “Amiin... Yaa Rabb. semoga kita berdua setelah lulus langsung di terima bekerja.” “Amiin....”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD