PERTEMUAN TAK TERDUGA

1272 Words
Sejak malam terkutuk itu, hidup Victor tak lagi sama. Hampir setiap malam dia mengejar cahaya yang dapat membuat dadanya hangat dalam waktu singkat. Awalnya Leon berusaha memenuhi keingin tuannya dengan menyediakan perempuan-perempuan mahal kelas atas. Namun mengingat kelakuan tuannya yang brutal, bisa-bisa kelainan Victor akan terbongkar cepat. Lama-lama perempuan bagi Victor tidak lagi melihat kualitas karena yang Victor perlukan bukan kenikmatan seksual sesungguhnya. Tidak ada perasaan yang terlibat sama sekali ketika aktivitas seksual berlangsung. Meski malamnya Victor sudah menggempur perempuan hingga pingsan, dia tetap bekerja seperti biasa keesokan paginya. Dengan stamina biasa dan wajah datar yang sama. Benar-benar monster berwujud Dewa Yunani, begitu Leon menjuluki bos-nya. “Jadwal Tuan sangat padat pagi ini.” Leon menghampiri Victor yang baru turun dari mobil. Dia berjalan di sisi atasannya sambil memberi tahu agenda hari itu. Demikian setiap hari, sehingga tidak banyak waktu terbuang dan ketika tiba di ruangan, Victor bisa langsung bekerja. “Saya ingin makan siang di luar. Jadi tolong siapkan meeting lebih awal.” Victor melewati resepsionis gedung yang selalu menatap kagum padanya. Dia menarik kedua bibirnya, hanya berusaha bersikap lebih ramah. Resepsionis membalas dengan memberikan senyumnya yang termanis. Bagi Leon, seperti melihat undangan untuk Victor agar melakukan apa pun sesukanya pada gadis itu. Jika Victor adalah Don Juan normal, mungkin gadis itu akan dimasukkan dalam list “satu malam” nya. Sayangnya gadis itu hanya bisa menelan mimpi pahit karena jika sampai dia terpilih untuk memuaskan Victor di ranjang, bisa-bisa aib atasannya itu akan tersebar ke satu gedung ini. Leon tahu, gadis resepsionis itu boleh dibilang seperti Mbah Googlenya gedung perkantoran milik Victor ini.. Semua info dari setiap sudut ruangan gedung sepertinya tak luput dari pantauannya. “Saya akan temui Anda di atas sesegera mungkin,” kata Leon begitu mengantar Victor ke dalam lift. Beberapa orang yang berada di dalam lift memilih keluar ketika Victor masuk. Mereka segan berada satu lift dengan bos besar. Biasanya Leon menemani Victor naik, tapi kali ini dia harus mengambil berkas penting di mobilnya karena Victor minta rapat dimajukan. Entah mengapa pagi ini dia begitu ceroboh dan meninggalkan berkas itu begitu saja di mobil. Di lantai dua belas, lift yang membawa Victor naik berhenti. Pintu lift membuka dan seorang gadis mungil masuk dengan kepala menunduk dan tangannya sibuk menghapus matanya dengan tisu. Sepertinya dia tidak menyadari ke mana tujuan lift karena dia menekan tombol turun sedangkan saat itu lift sedang naik ke lantai yang lebih tinggi. Gadis itu sibuk dengan air matanya dan dia ketika lift menutup, dia mulai terisak. Awalnya, Victor abai terhadap gadis aneh itu. Namun ketika isakan gadis itu semakin sering terdengar, Victor mulai merasa jengah. Bukan karena suara yang keluar dari bibir mungilnya yang mengganggu, tapi karena ada sesuatu yang aneh dengan dadanya. Rasanya seperti ada semut yang sedang menggigiti dadanya dari dalam. Sakit yang aneh. Sakit yang memilukan dan Victor seperti ingin menangis. Victor menyandarkan kepala dan tubuhnya ke dinding lift, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi tapi sosok di sebelahnya sangat mengusiknya. Dia pun menggeser tubuhnya sedikit ke arah gadis itu. Dadanya semakin sakit, Victor memegangi dadanya yang nyeri. Detak jantungnya semakin keras dan udara seperti tersedot habis dari dalam lift. Apa ini? batin Victor. Lagi, dia menggeser tubuhnya semakin dekat ke arah gadis yang masih menunduk dan sibuk mengelap hidung dan matanya dengan tisu yang semakin kumal. Dadanya semakin nyeri dan ada rasa lain yang muncul. Hangat. Persis seperti yang dikatakan Mama. Bukan rasa hangat ketika api membakar kulitnya, tapi hangat yang seolah membuat tubuhnya ringan dan membawanya terbang ke langit. Victor bisa melihat matahari pagi di kedua matanya dan cahayanya kini memenuhi tubuh Victor. Siapa gadis ini dan mengapa berdekatan dengannya bisa menimbulkan perasaan semenakjubkan begini? Perasaan yang tidak dia miliki bertahun-tahun dan kini dia rasakan. Perasaan yang sangat diharapkan ayahnya. Seandainya saja Victor terlahir dengan perasaan seperti ini, mungkin ayahnya tidak akan menjauhinya dan membuangnya ke luar negeri. Didorong rasa penasaran yang tinggi, Victor semakin mendekat kepada gadis di sisinya. Gadis itu seolah menyadari keberadaan Victor dan ketika dia sedang memandang Victor dengan tatapan bertanya, pintu lift membuka. Tepat di lantai di mana seharusnya Victor turun. Namun dengan cepat Victor menutup lift kembali dan dia mendekati gadis yang berdiri sedikit ketakutan di sudut lift. Victor mengulurkan tangannya dan ujung jemarinya menyentuh rambut gadis itu. Rasa hangat membanjiri d**a Victor. Dia berjalan mendekat sehingga rasanya bisa mendengar degup jantung gadis itu yang sangat cepat karena takut. Rasa penasaran Victor semakin besar karena kini dia merasa dadanya sangat sesak. Tanpa diduga, Victor pun menempelkan tubuhnya pada gadis itu. Dadanya seperti mau meledak. “Pak ... Anda membuat saya sesak,” kata gadis itu berusaha menggeliatkan tubuhnya dan lepas dari himpitan Victor. Gadis itu menggigit bibirnya dan merasa ngeri pada apa yang akan dilakukan lelaki ini di lift. Victor mencium wangi rambutnya dan menyasar ke lehernya yang terbuka. Rasa hangat itu membakar kulitnya dan kepalanya seperti mau lepas dari tubuhnya. “Ma-maaf, Pak. Singkirkan tubuh Anda dari saya atau saya akan memencet bel tanda darurat.” Tangan gadis itu mulai menggapai dan tubuhnya menggeser-geser sepanjang dinding lift. Semakin mendekati tombol yang dimaksud. Victor tidak membiarkan gadis itu melakukannya, tangannya meraih kedua pergelangan tangan gadis itu dan menguncinya di sisi tubuhnya. Dia tidak menyiakan kesempatan untuk menyesap aroma gadis itu dan rasa hangat terus menerjang tubuhnya seperti tsunami menghancurkan garis pantai. Lengkungan kecil segera tercipta di wajah Victor seandainya saja pintu lift tidak membuka di lantai dasar dan membuat kewaspadaannya hilang. Melihat kesempatan baik itu, sang gadis cepat pergi dari kungkungan Victor dan menghilang di keramaian gedung. Meninggalkan Victor sendirian dengan tatapan yang berubah datar perlahan-lahan dan kehangatan dalam dadanya perlahan hilang bersamaan lenyapnya gadis itu dari pandangannya. “Aku harus memilikinya. Harus!” desis Victor sebelum pintu lift kembali menutup. Sebuah tangan menahan pintu lift dan sosok Leon bergerak masuk. “Anda tidak apa-apa, Tuan? Tadi saya lihat wajah Anda ....” Leon tidak bisa menyelesaikan perkataannya. Dia tidak sampai hati untuk mengatakan kalau tadi dia melihat Victor benar-benar ‘hidup’. “Apa yang terjadi, Tuan?” Akhirnya pertanyaan itu yang terlontar dari mulutnya, sementara tangan Leon memencet tombol lift ke lantai dua puluh satu, tempat kantor Victor berada. Victor seolah baru ditarik dari kedalaman mimpi. Dia memandangi Leon dengan tatapan bingung. Seperti orang baru bangun tidur dan disodori soal-soal aritmatika yang harus dijawab segera. Tubuhnya sedikit limbung sehingga dia menyandar pada dinding llift sejenak. Butuh waktu yang sedikit lama sebelum akhirnya Victor bisa berdiri tegak dan keluar dari lift seolah tidak ada hal penting yang terjadi. “Apa yang terjadi?” kejar Leon begitu Victor merebahkan tubuhnya di atas kursi kerja yang empuk. Leon memberikan segelas air putih untuk atasannya. Segera Victor meneguknya habis. “Panggilkan Mama,” perintahnya begitu dia memperoleh fokusnya lagi. “Sekarang? Tapi Anda mau meeting.” “Mama harus ada di sini begitu aku selesai meeting.” Keinginannya absolut, tak bisa dibantah. Leon segera mengubungi Nyonya Loraine dan memintanya segera datang karena Tuan Victor menginginkan keberadaan ibunya. “Anda masih belum mau cerita apa yang terjadi?” “Gadis itu ... gadis yang tadi di lift. Kamu harus mencarikannya untukku, Leon. Secepatnya!” Ingatan Leon berkabut. Gadis tadi hanya sekilas dia lihat keluar dengan cepat dari lift. “Akan saya temukan dia. Ada apa dengan gadis itu? Kalau boleh saya tahu.” Victor memandang kepercayaannya lekat-lekat. “Gadis itu melakukan sesuatu padaku, Leon. Dia ... dia membuat aku menjadi manusia.” “Maksud Anda ....” Leon pernah mendengar mitos itu. Kisah yang diceritakan berulang-ulang oleh Nyonya Loraine. Seorang gadis akan datang untuk membuat Victor memiliki perasaan. Apa gadis di lift tadi adalah gadis yang dimaksud Nyonya Loraine? Jika benar, dia harus menemukan gadis itu dan memastikannya supaya tidak pergi dari sisi Victor. “Gadis itu seperti yang diceritakan Mama,” kata Victor lemah. Leon menarik napas panjang, “Akan saya temukan dia.” (*)
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD