10

1560 Words
Aidan memang dekat dengan Sava, selain itu tidak bisa dipungkiri bahwa Aidan juga mencintai Sava. Ia mencintai Sava tapi ia tidak mengatakannya. Ia masih terlalu takut untuk mencintai Sava karena ia takut, Sava ini bukanlah perempuan biasa. Sava bukan hanya sekadar anak kelas tiga SMP saja karena sekarang ia sudah memiliki banyak bisnis. Selain itu, ia takut jika dirinya tidak akan bisa mengimbangi Sava. Ia takut dengan kenyataan bahwa Sava merupakan anak dari Keluarga Admaja. Meskipun keluarganya juga merupakan keluarga yang terpandang tapi keluarganya belum bisa sampai menyentuh keluarga Admaja. Rasanya masih beberapa langkah lagi untuk itu. "Belum ditembak juga Lo sama Aidan? Masih friendzone nih Lo sama dia?" tanya Dhito saat Sava baru saja membuka pintu untuk menuju ke ruang VIP itu. Mendengar itu Sava saat ini merasa kesal kepada Dhito tersebut. Abangnya ini selalu saja begini kepada dirinya saat ia dekat dengan Aidan. "Apa sih bang, sok tahu ah Lo." ujar Sava kepada Dhito tersebut saat ini. "Heh udah, makan. Makanan udah datang ini jangan dianggurin dong katanya tadi laper. Lo juga Dhit, lagi pula jangan ganggu Sava kenapa dah." ujar Alka membuat Dhito kini melotot gaj percaya, padahal selama ini Alka juga sangat sering menganggu Sava. Apakah Alka tidak mengaca sekarang. "Lo ga ngaca ya, Lo juga sering woy ganggu Sava." ujar Dhito tak terima. "Udah deh abang-abang Sava yang sangat Sava sayangi, mending sekarang kalian diam dan makan atau gua bakalan tarik kalian keluar nih karena ga bisa diem." ujar Sava kepada mereka dan kini mereka langsung diam. Sava pun kini tersenyum dan merasa senang karena mereka berdua sekarang ini mau diam dan mereka juga sedang makan dengan tenang juga. Aleta dan Axel sebenarnya sedari tadi bingung kenapa bisa ketiga orang ini bisa dekat padahal saat mereka ini berkumpul, kebanyakan mereka itu pasti berantem ya seperti yang baru saja terjadi. Jika seperti ini mereka persis layaknya anak remaja biasanya. Anak SMP atau SMA yang sewajarnya juga. Tidak seperti jika mereka sudah kembali ke perusahaan mereka masing-masing yang mana damage kerennya sangat terlihat secara langsung. Apalagi saat mereka menggunakan baju kerja mereka, mungkin mereka akan sangat senang melihatnya. Karena mereka benar-benar mengagumkan dilihat dari sisi manapun. Seperti tidak ada celah yang jelek dari mereka tersebut saat ini. "Oh ya btw kalo Lo berdua mau tanya anything about Seven Sky Lo bisa tanya disini. Gua udah pastiin kalo disini ga ada penyadap." ujar Dhito yang memang tadi ia meminta anak buahnya untuk memeriksa gedung ini, memang gedung ini milik Axel, tapi ia tidak tahu bagaimana bawahan Axel. Jadinya ia tidak mau mengambil resiko lebih dengan membicarakan tentang Seven Sky tanpa mengamankan tempat pembicaraan mereka lebih dahulu. "Gua ada Dhit, gua penasaran aja sih sebenarnya. Kayak gua penasaran sebenarnya apa kriteria Lo dalam memilih anggota Seven Sky? Karena jujur aja gua sama sekali ga expect kalo gua bakalan kepilih. Dipikiran gua sebelum ini ga ada pikiran sampai ke situ. Benar-benar ga ada pikiran karena gua tau gua siapa. I mean masih banyak yang lebih dari gua di Georgeus International Highschool." ujar Axel, sebenarnya tidak hanya Axel saja karena Aleta pun kini juga sangat penasaran dengan jawaban pertanyaan itu. "Gua sebenarnya juga penasaran Dhit, karena sama kayak Axel gua pun juga ga nyangka sama sekali. Meskipun emang gua pingin masuk jadi anggota dari Seven Sky tapi gua ga pernah kepikiran kalo gua bakalan kepilih. Kayak, gimana bisa gua ngalahin orang-orang hebat lainnya. Karena gua tahu Dhit masih banyak yang lebih pintar, lebih kaya, dan lebih berkuasa dari gua. So, kenapa?" tanya Aleta kini. Mereka bertiga pun kini mengangguk mendengar kan pertanyaan dari Altea dan Axel. Wajar jika mereka bertanya. Karena hal seperti ni juga perlu dipertanyakan. Jiika mereka tidak bertanya mungkin mereka akan terus memikirkan hal ini entah sama kapan juga. Kenapa wajar? Karena perkataan Aleta tadi benar adanya bahwa masih banyak yang lebih berkuasa, lebih pintar dan lebih kaya dari pada mereka. Namun mereka bisa masuk karena mereka di nilai layak, karena Seven Sky tidak hanya mengenai kekuasaan atau sebuah kekayaan semata, tidak itu. Karena mereka yang sudah masuk ke dalam Seven Sky merupakan orang yang terpilih dan dipilih langsung oleh Dhito, Sava dan juga Alka. "Okay, make sense pikiran Lo Aleta. Karena emang benar. Gua tahu masih banyak yang lebih pinter daripada Lo berdua, masih banyak yang lebih kaya dari Lo berdua dan masih banyak yang lebih berkuasa. Tapi, bukan cuman itu aja yang dicari Aleta. Not. Kita juga nyari siapa yang pantas, karena kita juga nyari apa aja yang pernah dia lakukan, apakah dia bersih dari n*****a dan juga dari kejahatan atau ga. That's the point." ujar Dhito itu. Ia mengatakan hal tersebut sekarang ini. "Yash, gua bilangin aja ya sama kalian berdua. Kita hampir aja ga lolosin satu diantara kalian berdua karena kita ada kandidat yang lebih cocok, tapi waktu di lihat lagi ke White ternyata dia pemakai. Itu ga bisa kita tolerir karena kita ga bisa masukin pecandu n*****a ke Seven Sky. Ada lagi yang hampir masuk ke kualifikasi kita tapi ternyata dia pernah kill it people. Dia bisa bebas karena ga ada bukti, bukti yang ada udah dihancurin sama keluarganya sendiri. It’s very trouble yash?" ujar Alka kepada mereka yang mana kini membuat mereka tampak sedikit terkejut ketika mereka mengetahui hal itu. Jadi maksudnya diantara teman mereka ada yang sekarang menjadi pemakai bahkan pecandu n*****a? Bagaimana bisa? God! "Tunggu maksud Lo ada yang jadi pemakai? Di Georgeus International Highschool? Really? How?" tanya Aleta tampak benar-benar sangat kaget juga. "Yash but kita ga bisa ngasih tau kalian who is. But hati-hati sama pergaulan kita karena kita bukan siswa biasa. Kita ga bisa benar-benar melakukan kesalahan dan langsung bisa dimaafin gitu aja. Why kita ga bocorin ini ke media karena kita pikir tanpa kita yang bocorin, sebentar lagi juga itu bakalan bocor sendiri kok." ujar Sava kepada mereka berdua. Mereka pun mengerti meskipun kini mereka tampak bertanya-tanya siapa orang itu. "Ah ya, gua peringatin juga jangan nyebar gosip ini dan jangan cari tahu." ujar Dhito dan tentu mereka mengerti, mereka tidak akan membocorkan itu. Sekarang mereka tampak melanjutkan makan mereka lagi, Sava kini tampak melihat Aidan yang sekarang ini pergi bersama dengan keluarganya. Sebenarnya sekarang ini keluarganya yang sudah keluar karena saat ini Aidan tampak mendekati mereka. Aidan mendekati pintu kaca tersebut sekarang. "Cailah dicariin tuh Lo bocil." ujar Alka kepada Sava tersebut saat ini. "Iy apa sih gua bukan bocil tahu. Sebel banget sih gua. Orang gua bukan bocil juga. Udah ah gua mau kesana dulu sekarang." ujar Sava dan sekarang Sava tampak keluar dari sana untuk menemui Aidan. Kini Aidan tersenyum. "Ada apa Aidan?" tanya Sava sembari tersenyum kepada Aidan tersebut. "Ga papa Aav, sebenarnya aku cuman mau pamit pulang aja." ujar Aidan kepada Sava. Kini Sava tampak tersenyum lagi kepada Aidan. Sava pun mengangguk dan saat ini ia sudah meminta Aidan untuk hati-hati dijalan. Sava kembali masuk ke dalam sekarang, ia benar-benar menemukan senyumannya kembali. Hanya dengan mengobrol dan bertemu dengan Aidan saja rasanya Sava sudah sangat senang pada saat ini. Sekarang ini Sava sudah dijahili oleh Alka, Aleta juga sudah mulai berani menjahili dirinya. Sava sekarang hanya terdiam dan tampak tersipu malu, ia sekarang benar-benar tak tahu sudah seberapa pink pipinya itu. Sepertinya sekarang mukanya sudah seperti tomat. Ia benar-benar tidak tahu yang pasti sekarang ini dirinya malu kepada yang lainnya. Ia akhirnya melanjutkan makan saja. Sekarang mereka sudah selesai makan, mereka pun kini sudah pergi dari restoran Axel. Saat ini mereka sudah ada di mobil untuk pulang ke rumah mereka masing-masing. Sekarang ini mereka tampak sudah berada di mobil. "Lo beneran belum pacaran sama Aidan?" tanya Dhito saat mereka sekarang dalam perjalanan pulang. Kini mereka pulang sembari mengobrol hal-hal yang ringan karena kepala mereka akan meledak jika setiap hari mereka membicarakan tentang bisnis mereka yang semakin hari semakin bertambah dan juga semakin pesat. Namun jika mereka membicarakan itu terus, mungkin mereka bisa gila dan juga stress dalam usia muda saat ini. "Gua belum pacaran sama Aidan Bang, lagi pula kayaknya Aidan ga suka deh sama gua Bang. Iya ga sih bang? Kalo menurut Lo gimana bang?" tanya Sava kepada Dhito. Ia meminta pertimbangan dari Dhito karena Dhito sangat tahu bahwa ia benar-benar mencintai Aidan. Ya meskipun ia sendiri tidak tahu apakah ini hanya sekadar cinta monyet atau ia benar-benar mencintai Aidan. "No, gua rasa Aidan juga punya rasa sama Lo. Mungkin emang belum waktunya aja buat Lo berdua. Lo tunggu aja pasti Aidan bakalan ngasih kepastian kok. Lagi pula mungkin dia ngerasa kalo sekarang ini Lo berdua masih terlalu kecil kali. Tunggu aja SMA deh." ujar Dhito kepada Sava itu. "Iya sih, mungkin kali ya bang. Eh iya bang, Lo jadi datang di acaranya Axel kan ya? Gua nebeng ya." ujar Sava kepada Dhito dan Dhito mengangguk. Kini mereka berdua sudah sampai di rumahnya. Mereka pun masuk dna langsung berganti baju. Meskipun hari ini mereka hanya ke beberapa tempat tapi sekarang ini mereka banyak melakukan hal-hal yang sangat berat juga. Mereka pun sekarang ini mandi dan setelah sudah mandi mereka pergi ke ruang kerja mereka masing-masing. Sava masih memikirkan tentang project bisnis produk kecantikan yang akan ia mulai itu. Dirinya sekarang sedang meminta pada asistennya untuk membuat kerja sama dengan beberapa selebgram yang sudah ia pilih sebelumnya. Ia sudah memastikan mereka yang cocok untuk itu. Asistennya sedang mengirim beberapa email dan berbincang dengan manajer selebgram-selebgram tersebut. Selain itu ia sekarang sedang melihat bisnisnya yang lainnya, ia melihat berapa kenaikan dari profitnya bulan lalu ke bulan ini. Ia tampak benar-benar meneliti semuanya sekarang ini. Ia sangat sibuk sebagai seorang siswa dan pebisnis.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD