What’s it like?-3rd Our

1989 Words
Sebuah panggilan masuk, ponsel hitam yang sedari tadi teronggok bisu disamping tempat tidur itu terus bergetar meskipun pemiliknya masih berada di alam mimpi. Kalau hanya getaran ponsel saja tidak akan bisa membangunkan pemuda yang saat ini masih berpetualang di alam bawah sadarnya, pintu terbuka dengan kasar membuat dirinya mau tak mau harus membuka mata. Manager masuk dengan wajah yang begitu khawatir. “Yeon Jin-a, bangun! Ada masalah!” Yeon Jin mengerjap beberapa saat, bahkan nyawanya saja belum terkumpul sekarang tapi, sang manajer sudah mengguncang tubuhnya dengan begitu tidak santainya. “Oh ayolah, Yeon Jin. Kita harus segera pergi ke perusahaan!” “Hyung, aku masih ngantuk. Ada apa?” “Yeon Jin-a, kau baru saja terkena skandal kencan dengan gadis itu!” Pemuda berusia 23 tahun yang hendak kembali ke alam mimpi itu kini langsung disadarkan oleh kenyataan. Kelopak matanya terbuka lebar, bola mata hitam legam itu menatap sang manager yang ada di depannya sebari melotot tak percaya. "Jangan bercanda, hyung. Aku mohon" "Aku tidak sedang bercanda." “Tapi Ini tidak mungkin!” Manajer Lim tidak mendebat jawaban Yeon Jin, dia mengerti kalau Yeon Jin pasti akan kaget mendengar berita ini. Dan dia pasti akan terus menyangkalnya. “Apa yang sudah terjadi? Kapan berita itu dipublikasikan dan bagaimana tanggapan perusahaan? Lantas, bagaimana dengan Jinners?” Yeon Jin menatap Manager Lim yang diam membisu lantaran sedikit syok karena mendapatkan banyak pertanyaan dari Yeon Jin. Jinners, adalah sebutan untuk penggemar Yeon Jin. Manager Lim duduk di pinggiran ranjang Yeon Jin, dia memikirkan kalimat yang tepat untuk diutarakan. Jangan sampai jawabannya malah membuat Yeon Jin semakin tertekan. “Beritanya tersebar pagi tadi, sekitar pukul enam. Ada seorang sasaeng yang sengaja memotret kalian berdua saat berpelukan kemarin. Aku sudah menghubungi perusahaan, dan sebaiknya kita segera berangkat kesana.” Yeon Jin meraba-raba bawah selimutnya, dia mencari dimana ponselnya berada. Saat menemukan benda pipih itu, Yeon Jin segera meluncur ke kolom pencarian untuk melihat sendiri berita tentang dirinya. Tak sampai 1 menit, netra Yeon Jin sudah disuguhkan dengan berbagai gambar dan artikel tentang dirinya. “Apa yang mereka katakan?!” pemuda itu menatap sang manajer dengan bola mata yang bergerak liar, bergantian menatap sang manajer dan ponselnya. “Kenapa mereka menulis berita seperti ini? ‘Lee Yeon Jin, terungkap tengah berpelukan dengan kekasih nya di depan gudang salah satu pusat perbelanjaan XXX’ Ini tidak bisa dibiarkan, Hyung!” “Aku tau Yeon Jin, dan karena itulah lebih baik kau segera bersiap dan kita harus segera datang ke perusahaan.” Lee Yeon Jin, selama berkiprah di dunia entertainment tidak pernah sekalipun terkena skandal yang macam-macam. Pemuda itu hanya ingin berfokus pada karirnya di dunia permodelan saja, belum tertarik untuk berkencan dengan siapapun. Bahkan dia jarang sekali terlihat dekat dengan seorang gadis di luar lingkup pekerjaannya. Manajer Lim keluar dari kamar Yeon Jin, sementara sang empu langsung masuk ke dalam kamar mandi dan bersiap untuk pergi ke perusahaan. Dia akan memberikan keterangan seterang-terangnya kepada mereka semua. Yeon Jin tidak akan membiarkan setitik noda menghancurkan karir yang sudah ia perjuangkan selama ini. Setelah menyelesaikan urusannya, Yeon Jin turun, di bawah sudah ada manajer yang tengah menunggu. Mereka berdua segera menuju perusahaan. Plangton Entertainment menjadi tujuan mereka, agensi yang menaungi Yeon Jin termasuk salah satu agensi para model paling terkenal di Korea. Mereka pastinya tidak akan tinggal diam saat melihat kasus ini. “Ini semua gara-gara mereka!” geram pemuda yang saat ini tengah duduk di dalam mobil, “Kalau saja mereka tidak mengejarku maka aku tidak akan ada di situasi yang mengharuskan ku ada diruangan yang sama dengan gadis itu. Kencan katanya?? Bahkan aku saja tidak tau namanya!” Lee Yeon Jin juga manusia biasa, meski yang mengejar dia kemarin adalah penggemar, bukan berarti Yeon Jin tidak bisa geram karena tingkah brutal mereka. Yeon Jin senang di cintai banyak orang, tapi bukan berarti dia juga senang saat ada yang terobsesi dengan dirinya. Manajer Lim tak menanggapi, otaknya terus berputar memikirkan bagaimana nasib karir Yeon Jin setelah isu ini tersebar. Yeon Jin yang selalu dikenal bersih dari berita yang kurang menyenangkan sekarang harus menerima berita buruk pertamanya. Skandal kencan. Mobil hitam terus melaju sampai pada tempat yang mereka tuju, kendaraan roda empat itu berhenti tepat di depan pintu Plangton Entertainment, disana banyak wartawan yang pastinya tengah menunggu Yeon Jin. Bukan hanya wartawan, bahkan para netizen termasuk Jinners juga berada disana untuk melihat idolanya setelah diterpa kabar kencan. Beberapa bodyguard diarahkan untuk melindungi Yeon Jin dari serbuan para wartawan juga paparazzi tersebut. “Tuan Lee, apa benar anda tengah berkencan dengan seorang gadis yang ada di foto tersebut?” “Bagaimana tanggapan anda sebagai manager saat artis anda terkena skandal kencan semacam ini?” “Berapa lama anda dan gadis itu menjalani hubungan backstreet , tuan Lee?” "Apakah perusahaan tau tentang kencan kalian?" "Apa yang akan tuan Lee lakukan setelah ini?" Dan masih banyak pertanyaan yang mereka ajukan, Lee Yeon Jin terus melangkah sembari menunduk, dia dan sang manajer dilindungi oleh beberapa bodyguard. Saat menaiki lift barulah suasana hingar bingar yang ada di luar perusahaan tak lagi didengar oleh mereka berdua. Yeon Jin menghela nafas. Dia menurunkan maskernya. “Sudah kuduga reaksi netizen akan jadi seperti ini, meledak. Namamu yang bersih dan sedang berada di atas harus terkena setitik noda hitam seperti ini, Yeon Jin.” kata sang Manajer, pintu lift terbuka dan mereka langsung keluar. “Aku tidak menyalahkanmu, hanya saja reaksi yang mereka tunjukan benar-benar membuatku kesal!” "Mereka pasti menunggu aku melakukan klarifikasi, Hyung" "Tentu saja, dan semoga setelah rapat selesai kita bisa menemukan jalan yang terbaik. Jangan pesimis, Yeon Jin. Seorang public figure terkena skandal itu sudah biasa." Yeon Jin tak menjawab ucapan sang manajer, dia berjalan dan terus berjalan sampai pada sebuah ruangan. Disana sudah ada beberapa orang yang menunggu kedatangan Yeon Jin dan sang manajer, mereka berdua merendahkan tubuhnya untuk mengucap salam. (^_^)(^_^) “Rapat selesai, terima kasih.” Satu persatu jajaran staf dan direksi perusahaan yang ikut membahas soal skandal Yeon Jin keluar hingga menyisakan dia dan sang manajer. Keduanya nampak sangat kacau dan frustasi karena keputusan yang barusan disepakati. Keputusan nya berbanding terbalik dengan harapan mereka berdua, sekarang justru semakin runyam. “Apa mereka semua sudah gila?!” pekik Yeon Jin sembari menatap Manajer Lim, dia meremas rambutnya dengan frustasi. “Aku masih tidak setuju kalau itu adalah keputusan yang tepat, Hyung.” Manajer Lim menatap Yeon Jin dengan penuh empati, dia tau seberapa kerasnya Yeon Jin kepada dirinya sendiri untuk bisa sampai di titik ini, mulai dari diet ketat dan mengesampingkan urusan pribadinya. Memang benar ungkapan kalau semakin tinggi pohon maka semakin kencang pula angin yang menerpa. Pemuda berwajah tampan dengan rahang lancip itu menatap Manajer Lim lagi, “Bayangkan betapa kecewanya Jinners saat tau berita kencan ini, mereka pasti kaget dan merasa kecewa karena ku. Skandal kencan, aku bahkan tak pernah membayangkan akan terkena skandal semacam ini." "Yeon Jin-a, lebih baik kita pikirkan bagaimana keluar dari masalah ini, berhenti memikirkan Jinners untuk sementara waktu dan fokuslah pada dirimu sendiri." "Aku tidak bisa, Hyung. Aku sudah mengecewakan mereka.." Yeon Jin menelungkupkan wajahnya pada lipatan tangan. Manajer Lim menatap kasihan ke arah Yeon Jin, sebenarnya berita tentang kencan ini bukan masalah besar. Apalagi untuk Jinners, mungkin mereka akan kecewa dan marah, tapi seharusnya mereka tidak melakukan itu. Manajer Lim tau kalau Jinners menyayangi Yeon Jin, dan karena itulah seharusnya mereka mendukung dan memberi semangat kepada idolanya bukan malah menghujat serta menjatuhkan idolanya di sosial media. Yeon Jin mungkin belum tau soal hujatan itu, tapi Manajer Lim sudah mengetahuinya. “Kita tidak punya pilihan lain, Yeon Jin. Para staf sudah memutuskan untuk membuat beritanya seperti itu agar tidak menjadi semakin runyam. Jika kau memberikan klarifikasi dan berkata tidak, mereka tidak akan mempercayainya dan akan menganggapmu sebagai pembohong. Citramu sudah ternodai setidaknya jangan memperkeruhnya lagi.” “Lantas dengan membenarkan berita itu, apa menurutmu adalah jalan yang terbaik, Hyung?” sarkas Yeon Jin yang sudah terlanjur emosi. Manajer Lim menggeleng, “Bukan yang terbaik, hanya keputusan yang baik saja. Lagipula, setelah beberapa hari kemudian akan dirilis berita tentang putusnya hubungan kalian. Ini hanya untuk beberapa hari Yeon Jin.” Yeon Jin terdiam, dia memikirkan kata-kata sang Manajer dengan baik, “Apa setelah ini semuanya akan baik-baik saja, Hyung?” “Tentu.” "Apa Jinners tidak akan marah lagi kepadaku?" "Kenapa yang ada di otakmu hanya Jinners dan Jinners, sekarang nasib dirimu sendiri lebih penting daripada mereka, Yeon Jin." “Baiklah kalau begitu, Hyung bisa menghubungi gadis itu dan kita akan membicarakan sebuah perjanjian sebelum aku memberikan klarifikasi” “Kau sudah melakukan yang terbaik, Yeon Jin.” “Terima kasih, Hyung. Aku begitu mengkhawatirkan reaksi Jinners sekarang” Manajer Lim menghela nafas, "Terserah kau saja" Karena skandal itu semua jadwal Yeon Jin ditunda sampai namanya bersih kembali, mereka berdua kembali ke Apartemen tempat tinggal sang model. Disana nantinya dia akan bertemu dengan gadis itu. Di lain tempat, Kayana yang masih terlelap dalam tidurnya harus kaget saat suara Ae Ri terdengar seperti orang yang memberikan peringatan kebakaran. Apalagi gadis itu menggedor pintu Kayana dengan brutal membuat sang empu harus segera terbangun kalau tidak ingin engsel pintu nya rusak. Berjalan dengan segenap nyawa yang baru saja terkumpul, Kayana membuka pintu dan sosok Ae Ri langsung menerjang nya. “Kau dalam masalah besar, Kayana! Ini tidak mungkin! Bahkan aku tidak percaya ini semua akan terjadi padamu!” Kayana terdiam ditempatnya sembari menatap Ae Ri yang heboh sendiri. “Pasti ada sasaeng yang sengaja mengedit ini semua!” “Ya! Ae Ri-a. Apa yang terjadi denganmu? Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan sedari tadi.” potong Kayana dengan suara serak, dia menguap lebar. Ae Ri menderap, dia memegang kedua bahu Kayana dengan erat. “Hei, dengarkan aku baik-baik! Kau dalam masalah besar!” “Hm? Masalah apa? Bukankah setiap hari aku juga dalam masalah karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan?” “Ish! Bukan itu, Kayana!!” Ae Ri geram karena Kayana masih terlihat begitu malas dan tampak tak berminat. Padahal sekarang gadis itu dalam keadaan darurat. “Ini, lihatlah” Ae Ri tak ingin berbicara panjang lebar lagi, dia menyodorkan ponselnya didepan Kayana. Netra Kayana menatap deretan kata yang terpampang di ponsel Ae Ri, semakin lama wajah Kayana semakin tegang dan dia merasakan detak jantungnya kian cepat. Gadis itu merampas ponsel milik Ae Ri, membaca berita itu sekali lagi. Dia mengerjapkan matanya lagi, lantas mendongak menatap Ae Ri yang juga tengah menatapnya dengan tatapan penuh simpati. “Tamatlah riwayatmu, Kayana..” “Ae Ri-a..” Mereka berdua bertatapan selama beberapa detik sampai getaran ponsel Kayana terdengar. Gadis itu segera mencari dimana letak benda pipih itu berada. Panggilan dari nomor yang tidak dikenal, Kayana menatap Ae Ri dengan ragu tapi tak lama kemudian dia segera mengangkatnya. Suara diseberang telepon bak sambaran petir di pagi hari untuk Kayana, gadis itu jatuh terduduk di ranjangnya. Ponsel yang dia pegang luruh, sebelum menghantam lantai Ae Ri dengan sigap menangkapnya. “Kayana, kau tidak apa-apa?” tanya gadis berambut bob itu dengan wajah khawatir. “Matilah aku sekarang juga, Ae Ri.” “Sebenarnya apa yang terjadi, Kayana?” Ae Ri duduk di ranjang milik Kayana, bersebelahan dengan gadis itu. Tangannya mengelus bahu Kayana, menyalurkan kekuatan untuk gadis yang seperti kehilangan nyawanya dan hanya menyisakan raganya saja. Kayana tak ingin berbohong disini, akhirnya dia menceritakan tentang kejadian saat di fansign kemarin. Tak menambahi juga tak mengurangi sedikitpun, Ae Ri mendengarkan dengan seksama, dia mencoba mengerti rentetan peristiwanya sebelum mengambil kesimpulan. “Bahkan aku tidak tau kalo ada seseorang yang memotret kita berdua karena setahuku disana tidak ada siapapun kecuali Yeon Jin Oppa dan Manajernya” “Semuanya sudah terjadi, Kayana. Bukti photo itu menguatkan dugaan kalau kalian memang tengah berkencan.” “Apa yang harus aku lakukan sekarang, Ae Ri?” “Menghadapi dan melewatinya, apa lagi?” Kayana menghela nafas, “Aku harus pergi sekarang, Ae Ri. Mereka ingin bertemu denganku” “Apa aku harus mengantarmu?” Kayana tersenyum, dia menggeleng. “Tidak perlu, aku akan kesana sendiri.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD