"Belum diketahui siapa penyebar foto tersebut sampai saat ini, pihak kepolisian masih menyelidiki pelaku atas tindakan yang menyebarkan foto berikut video berdurasi 20 detik tersebut. Sudah dapat dipastikan kalau pelaku tidak bergerak sendirian--"
Ara menekan tombol remote tv nya dengan kasar, gadis itu muak dengan berita pagi yang membahas tentang skandal Do Hyun dan Kayana terus menerus. Dia mengganti channel, ingin menonton kartun saja.
Tapi keinginan itu sepertinya tidak akan terjadi, di setiap saluran tv, selalu berita itu yang muncul. Ara membanting remote nya di sofa, gadis itu meniup poninya dengan kasar lantaran jengah, telinganya panas.
"Pihak kepolisian nampak nya kesulitan mencari tau identitas gadis yang saat itu bersama soloist Kim Do Hyun, diduga gadis tersebut adalah pendatang ilegal di Korea--"
Bip.
Ara mematikan saluran televisi yang tengah ia tonton, sejak dua hari yang lalu skandal Do Hyun dan Kayana, semakin memanas, justru setelah foto adiknya tersebar, wartawan serta kepolisian semakin gencar menyebar ke seluruh penjuru Korea Selatan hanya untuk menemukan Kayana. Apalagi sekarang Kayana diterpa rumor pendatang ilegal.
Gadis itu menatap kamar Kayana yang lenggang, Ara menghela nafas. Adiknya masih mengurung diri dikamarnya sejak fotonya diketahui banyak orang. Ara beranjak, dia tak bisa membiarkan ini terjadi. Melangkahkan kaki hendak menuju ke kamar Kayana, tapi, tiba-tiba saja gadis itu membuka pintunya dengan kasar.
“Kayana, ada apa? Kau akan pergi kemana?!” tanya Ara dengan nada tinggi yang terkesan khawatir. Kayana menatap sang kakak, dia menelan silva nya susah payah.
“Aku akan menemui seseorang yang bisa membantuku, eonni. Biarkan aku pergi—“
“Tidak, tidak, aku tidak bisa membiarkanmu pergi disaat seperti ini!” Ara menahan bahu Kayana, “Kayana tolonglah, untuk sekali ini saja, percaya pada eonni"
Ara menatap Kayana dengan tatapan penuh harap, sementara Kayana tak ingin terpengaruhi lagi. Dia tau apa yang harus dia lakukan sekarang. Menurut Kayana, Ara tidak akan mengerti karena dia dan dirinya berasal dari dunia yang berbeda. Tapi sayangnya, Kayana salah, mereka memang berasal dari dunia yang berbeda, hanya saja sekarang Kayana ada didunia Ara, gadis itu lebih tau.
Mereka berdua saling diam dan menatap satu sama lain, Ara tidak ingin kehilangan Kayana karena disini, hanya Kayana lah yang Ara punya setelah kedua orang tua mereka meninggal.
Perlahan, Kayana melepaskan cekelan tangan Ara dengan penuh penyesalan. Ara harus menelan kekecewaan lantaran sang adik tidak mau mendengarkan ucapannya. Gadis itu menunduk, “Maafkan aku eonni, tapi aku harus pergi. Dan mungkin.. aku tidak akan pernah kembali”
Ara spontan mendongak, tapi dia terlambat lantaran Kayana sudah berlari menuruni anak tangga seraya menangis. Meski berat bagi Kayana untuk meninggalkan Ara yang begitu mengkhawatirkannya, tapi dia tidak punya pilihan lain. Kayana harus pergi menemui seseorang yang akan membantu masalahnya kali ini.
Ara menangis sesenggukan di anak tangga, entah kenapa kakinya terasa berat, dan karena itulah Ara memutuskan untuk tidak mengejar Kayana padahal dia ingin. "Pada akhirnya aku memang akan hidup sendiri" kekehan Ara dengan suara miris. Dia mengasihani diri sendiri. "Semua orang pergi, bahkan Kayana yang selama ini aku besarkan dan jaga dengan baik, sekarang juga pergi. Apa salahku?" monolog gadis itu di tengah dadanya yang sesak.
Setelah keluar dari rumah, Kayana segera mengenakan maskernya, tak lupa dia memakai topi dan menggunakan tudung hoodie nya untuk menutupi wajahnya, dia berharap semoga tidak ada yang mengenali dirinya.
Gadis itu sangat penasaran, siapa yang menyebarkan video dan fotonya di media, kalau sampai Kayana menemukan orang itu, sudah dapat dipastikan kalau Kayana tidak akan memaafkan perbuatan orang tersebut.
Mungkin lebih efektif jika Kayana menaiki taksi, tapi dia lupa tidak membawa dompet. Hanya kartu transportasi umum yang dia bawa. Gadis itu berjalan menuju halte, disana ada beberapa orang yang tengah menunggu bus datang sama seperti dia.
Kayana berdiri dengan gelisah, gadis itu terlambat dua menit, jadilah dia harus menunggu bus selanjutnya. Karena penasaran, Kayana melirik orang-orang yang ada disekitarnya yang juga tengah menatap aneh ke arah Kayana lantaran dimusim panas gadis itu malah mengenakan pakaian tebal.
Entah sudah berapa kali Kayana meneguk silva untuk menetralisir rasa gugupnya, jantung Kayana berdetak lebih cepat, dia sudah mirip seperti buronan disini, bukan hanya mirip, tapi Kayana memang seorang buronan. Angin berhembus kencang, Kayana tak menyangka kalau tudung hoodie nya akan tersingkap.
“s**t!” umpat Kayana, karena gugup saat dia hendak mengenakan tudung itu kembali, tak sengaja tangannya malah menyenggol topinya hingga jatuh, sekarang setengah wajahnya jadi terekspos.
“Ya! Bukankah itu dia?!”
“Benar! Itu dia!”
"Dasar gadis gila!"
Saat orang-orang mulai bergerombol dan mendekat ke arahnya, Kayana langsung berlari, persetan dengan topi itu. Orang-orang tadi langsung mengejarnya, Kayana semakin mempercepat larinya. Gadis itu hampir kehabisan napas. Tuhan, tolong Kayana.
Di dalam mobil benz, seseorang itu menarik sudut bibirnya, dia melihat Kayana dikejar-kejar oleh orang-orang. Rencananya berhasil, bahkan sangat berhasil untuk memancing Kayana agar mau keluar dari rumah. “Jalan” seseorang itu menepuk pundak supirnya, dan mobil benz kembali melaju.
(^_^)(^_^)
Tanaka Naomi, tidur gadis itu semakin tidak nyenyak karena skandal panas yang tengah terjadi. Sebenarnya, ini bukan skandal nya. Hubungan yang terpublish kemarin mendapatkan dukungan dari para penggemar jadi, seharusnya tidak jadi masalah.
Tapi kemunculan skandal baru antara Do Hyun dan seorang gadis misterius itu malah menyeret namanya.
Manajer Kim mondar mandir di kamar Tanaka Naomi, bagaimana tidak gelisah kalau artisnya terseret skandal? Perusahaan tentu akan meminta pertanggung jawaban darinya karena tidak menjaga Naomi dengan baik.
“Kenapa kau harus berhubungan dengan aktor itu?!" Manajer Kim mengusap wajahnya dengan kasar. "Oh s**t! Dan bagaimana mungkin namamu terseret dalam skandal orang lain! Gadis gila itu! Kenapa dia harus menggamblangkan kalau menyukai Dae Hyun?!"
Naomi hanya menunduk dalam-dalam, dia tak berani menatap sang manajer saat tengah marah seperti ini. Dia tau, apapun bentuknya, baik atau buruk itu tetap skandal yang bisa membuat namanya tercemar. Naomi sedikit menyesali keputusannya saat menerima Dae Hyun kemarin.
"Tanaka Naomi" panggil sang Manajer dengan suara lunak, dia menatap artisnya dengan tatapan sendu.
"Ya, manajer?"
"Kau menyukai karirmu, 'kan?"
Naomi mengangguk, tentu dia menyukai karirnya sebagai seorang model.
“Sekarang, hubungi pacarmu itu. Kalian harus putus”
“Tapi, manajer—“
“Kau punya dua pilihan Naomi, putus dengan Dae Hyun atau berhenti berkarir dan kembali ke Jepang"
Tanaka Naomi menggeleng, dia tidak ingin kembali ke Jepang apapun alasannya. Dia akan tetap berada di Korea. Naomi berdiri, dia menatap sang manajer, berharap pria itu mau mengasihaninya.
“Tapi, bagaimana dengan reaksi para penggemar?” tanya gadis itu takut-takut. "Mereka pasti merasa dipermainkan. Aku dan Dae Hyun baru beberapa hari menjalin hubungan dan sekarang harus putus begitu saja?"
Sang Manajer terkekeh, “Kalau sudah seperti ini, kau baru memikirkan penggemar, Tanaka Naomi?”
Ponsel Naomi bergetar, ada nama 'Prince' disana, Manajer Kim mendengus. Dia tak menyangka kalau Naomi akan sealay ini. “Biar aku yang mengangkatnya” Manajer Kim mengulurkan tangan, Naomi tak bisa melawan, dia memberikan benda pipih itu kepada Manajer Kim.
Suara berat dari seberang langsung masuk ke indera pendengaran Manajer Kim. “Hai princess”
“Ini bukan princess, ini manajer Kim”
Dae Hyun terdiam, kenapa yang menerima telepon malah manajer pacarnya. Kemana Naomi pergi?
Belum sempat Dae Hyun mengucap sepatah kata tambahan, suara Manajer Kim kembali terdengar. “Dae Hyun, kebetulan sekali. Ada yang ingin aku bicarakan dengan manajer mu. Kita akan bertemu dua jam lagi di D’Laterra.”
Tut.
Manajer Kim mengembalikan ponsel Naomi, gadis itu menerimanya. “Manajer, apa aku harus putus dengan Dae Hyun? Aku baru menjalin hubungan dengan dia beberapa hari. Tidakkah manajer kasihan kepadaku? selama ini, aku terus bekerja keras dan—“
“Selama kau masih terikat kontrak, kau harus terus bekerja keras, Naomi”
Manajer Kim keluar dari kamar Tanaka Naomi.
Gadis itu menatap ponselnya dengan prihatin, kenapa takdir sepertinya tak mengizinkan Tanaka Naomi untuk merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya? Apakah dia harus terus berpura-pura bahagia seperti saat dia di depan kamera?
Kehidupan Naomi di Jepang jauh dari kata bahagia, dia ditelantarkan oleh kedua orang tuanya yang sibuk dengan urusan masing-masing. Bahkan untuk makan sehari-hari saja, Naomi harus membelinya sendiri dengan uang yang diberikan oleh Ibunya. Uang yang seharusnya untuk satu hari, Naomi harus menghematnya sampai cukup untuk tujuh hari.
Singkat saja, mereka tidak peduli dengan keberadaan Naomi sampai pada akhirnya, gadis itu mendengar teman-teman nya membicarakan tentang audisi menjadi Idol Kpop. Sampai di rumah, Naomi menatap pantulan dirinya di cermin, wajahnya cantik, proporsi tubuhnya juga mendukung. Gadis itu memejamkan mata seraya mengatur nafas, mencoba menyanyi.
Suara nya pun sepertinya mendukung, Naomi tersenyum cerah. Dia mencari tahu tentang audisi itu, dan setelah mendapatkan informasi. Pada senin pagi, Naomi bolos sekolah, dia memilih untuk datang ke Audisi yang diadakan oleh salah satu agensi hiburan Korea Selatan.
Sepertinya Dewi Fortuna tengah berpihak kepadanya, Naomi dinyatakan lolos setelah proses audisi panjang yang dia lalui, gadis itu terbang ke Korea. Ibu dan ayahnya tidak peduli, meski begitu Naomi tetap berpamitan. Tangis mengiringi langkah kaki gadis itu saat keluar dari rumah, bahkan di hari terakhirnya, kedua orang tuanya tetap tidak peduli.
Naomi mengikuti proses trainee untuk menjadi seorang idol Kpop, hanya saja setelah dua tahun, gadis itu ditendang lantaran ketahuan berkencan dengan sesama trainee, laki-laki tentunya.
Dan saat itulah, Manajer Kim menemukan Naomi tengah makan ramyeon di depan toko. Melihat wajah Naomi yang cantik dengan proporsi tubuh yang bagus, gadis itu di casting dan dibawa oleh manajer Kim menuju tempat dia bekerja. Naomi mendapatkan pelatihan selama satu tahun, sebelum akhirnya terjun ke dunia permodelingan.
Naomi pikir, setelah dia menjadi seorang model kehidupannya berubah, dia bisa jadi lebih bahagia dan menikmati kehidupan barunya. Mungkin sekarang dia bisa memiliki segalanya, kecuali dua hal, kebahagiaan yang sesungguhnya dan kehangatan keluarga.
Mengingat perjalanan hidupnya, Naomi hanya tersenyum getir. Takdir terus memaksanya untuk tetap baik-baik saja, meskipun sebenarnya Naomi ingin menangis sekeras-kerasnya. Dia ingin berteriak marah dan mengamuk, tapi gadis itu tidak bisa. Setelah menandatangani kontrak, maka hidupnya milik agensi yang menaunginya.
Manajer Kim kembali masuk. "Segera bersiap, hari ini kita akan bertemu dengan Dae Hyun serta manajernya untuk membicarakan hubungan kalian. Setelah itu, ada pemotretan untuk produk yang baru saja diluncurkan oleh Dior"
"Manajer" panggil Naomi saat manajer Kim hendak keluar. Pria itu menoleh, "Terima kasih karena manajer mau membantuku, juga selama ini manajer yang selalu ada disampingku"
Manajer Kim terdiam, dia mengangguk. "Aku hanya menjalankan tugasku sebagai seorang manajer"
Naomi mengangguk, lagi-lagi dia hanya tersenyum getir. Sekarang dia tau, tidak ada yang peduli dengan hidupnya, tidak ada yang tulus menerima Naomi. Jadi, untuk apa dia tetap berada di dunia ini? Tidak ada alasan untuk Naomi bertahan. Kematian, menjadi jalan satu-satunya, agar gadis itu bisa mendapatkan sebuah kedamaian.
(^_^)(^_^)
Kayana terengah-engah, entah seberapa jauh dia berlari dan terus berlari sampai nafasnya tersenggal. Gadis itu menatap sekitaran yang lumayan sepi, orang-orang yang mengejarnya mungkin tak sanggup untuk melanjutkan aksi kejar-kejaran mereka. Kayana bisa bernafas lega, dia menyesal karena mengabaikan ucapan Ara. Sekarang gadis itu tak bisa berkeliaran sembarangan, bahkan untuk pulang saja Kayana ragu.
Berjalan terseok-seok, Kayana menyusuri jalanan yang sedikit menanjak itu. Kepalanya mendadak pusing sampai tak sadar saat pintu terbuka dan seseorang keluar dengan tumpukan kardus menabrak Kayana. Mereka berdua jatuh, kardus berisi sisa tepung itu berserakan. Tepungnya mengenai tubuh Kayana dan seseorang itu.
Kayana terbatuk.
"Maaf, maaf, aku tidak sengaja"
Gadis itu menatap pemuda yang wajahnya cemong, entah kenapa dimata Kayana justru pemuda itu terlihat lucu. Kayana tertawa, mungkin tawa pertama setelah beberapa hari diterpa kesedihan. "Wajahmu" Kayana menunjuk wajah seseorang itu.
"Wajahmu juga"
Jemari Kayana spontan mengusap wajahnya sendiri, mereka saling tatap dan kemudian tertawa bersama. Kayana membantu seseorang itu memungut kardusnya, "Sekali lagi aku minta maaf karena tumpukan kardus ini aku tidak melihatmu tadi"
"Tidak masalah"
Kayana menatap pantulan dirinya di cermin toko, berantakan, tak mungkin Kayana berkeliaran dengan wajah cemong seperti ini. Pemuda itu ternyata cukup peka, "Kau bisa membersihkan diri di rumahku, kebetulan tempatnya tidak terlalu jauh dari sini"
"Apakah tidak apa-apa?"
Pemuda itu mengangguk dan tersenyum ramah.
"Baiklah, aku akan ikut denganmu"
Mereka berjalan dari toko roti menuju rumah pemuda itu, waktu yang dibutuhkan kira-kira hanya lima menit. Kayana menatap lingkungan sekitar, agaknya dia bisa aman untuk sementara waktu jika dia bisa tinggal disini. Rencana untuk menemui Yeon Jin, ditunda dulu sampai keadaan membaik.
"Ah, aku belum tau namamu" ucap pemuda itu.
"Kayana"
"Okay, namaku Kim Se Jun"
"Se Jun" ulang Kayana, gadis itu tersenyum.
Mereka sampai dirumah minimalis, "Aku mengontrak disini"
Saat sampai di dalam rumah Kayana melepaskan maskernya, Se Jun jelas tau wajah Kayana karena foto gadis itu selalu muncul di setiap siaran televisi. "Maaf" ujar Kayana tak enak hati saat menatap raut terkejut yang ditampilkan oleh Se Jun.
"Ka-kau, kau benar gadis itu?"
Kayana mengangguk, "Kalau kau tidak nyaman, aku bisa pergi sekarang"
Se Jun menahan lengan Kayana, "Bukankah bahaya jika kau berkeliaran diluar? Untuk sementara, kau bisa tinggal disini, aku.. aku akan tinggal di toko rotiku jika kau tidak nyaman tinggal satu atap denganku"
"Tidak, tidak, aku tidak ingin merepotkanmu"
"Kau tidak merepotkanku, aku ingin menolongmu"
"Sebenarnya, ya.. aku butuh tempat tinggal. Aku akan menerima bantuanmu, kau tidak perlu tinggal di toko roti, aku tidak masalah jika harus tinggal satu atap denganmu. Hanya saja, kita harus tidur berpisah."
Pemuda itu mengangguk. "Aku mengerti"
Mereka berdua terdiam, Se Jun menyipitkan mata saat menatap ke arah leher Kayana yang berkedip. Di dalam hati Se Jun tersenyum, gadis itu sudah sampai di tempatnya, dan Se Jun tidak akan melepaskannya.
"Jujur saja, kau tidak perlu merasa canggung denganku, sungguh, kau bisa tinggal disini untuk sementara waktu. Dan juga,.. jika kau ingin menemui seseorang kau bisa memberitahukan alamat ini"
"Kau serius?"
Se Jun mengangguk.
Hanya satu orang yang ada dipikiran Kayana, Lee Yeon Jin.
Dan Se Jun tau itu, semuanya berjalan sesuai rencana.