"Aku tidak menyukainya, Daniel!" Kayana menyentakan tanganku saat kita berdua baru saja sampai di parkiran. Aku menatap gadis yang ada di depanku dengan intens, sebenarnya wajar saja Kayana bersikap seperti ini, di dalam tadi semua orang terus menggodaku dan Cassandra, mereka senang membahas masa lalu kami berdua.
"Sudahlah, Kay. Mereka, kan, hanya bercanda"
"Bercanda katamu??" ups, sepertinya aku sudah salah menjawab, wajah Kayana terlihat semakin kesal. "Memintamu untuk kembali bersama dengan gadis itu, mengulang masa-masa saat kalian masih menjadi pasangan kekasih, dan mereka melakukannya di depanku, Daniel!"
Aku tak tau harus berkata seperti apalagi, Kayana juga terlihat cemburu saat ini. Aku tidak ingin menambah kekesalannya.
“Hei, Daniel”
Aku menoleh dan mendapati Cassandra kembali menghampiriku, sial, waktunya tidak tepat lagi. Kayana langsung membuang muka saat Cassandra datang menghampiri kita berdua, atau lebih tepatnya menghampiriku dengan senyum lebar yang mengembang.
Kalian pasti kepo siapa Cassandra sebenarnya, dia adalah mantan pacarku semasa kuliah dulu, hubungan kami harus berakhir saat Cass pergi ke London untuk melanjutkan S2 nya, kita lost contact dan aku sudah tidak pernah tau lagi kabar dia hingga beberapa bulan kemudian aku bertemu dengan Kayana.
“Hei, Cass” balas ku menyapa, Kayana mendengus disampingku.
“Aku akan stay di Amerika sampai liburan selesai, Daniel. Jadi, kapan-kapan kita bisa menghabiskan waktu bersama” ucap dia santai seakan keberadaan Kayana tak membuat gadis itu canggung sama sekali. Padahal dia sebenarnya tau kalau Kayana adalah pacarku, dan tidak seharusnya dia berbicara seperti itu, 'kan?. “Oh, aku dengar kau jadi DJ sekarang?”
“Benar”
“Kau masih saja tidak berubah, Daniel. Malam nanti aku akan datang ke club tempatmu bekerja, aku mendapatkan alamat dari Josh.”
“Wah, pemuda itu benar-benar.."
Cassandra tergelak, “Kalau begitu aku akan pulang sekarang, see you tonight, Daniel” sebelum pergi Cass menyempatkan diri bercipika cipiki denganku, aku tidak buta dan aku tau kalau sedari tadi Kayana terus menatap interaksiku dengan Cassandra dengan tatapan elang nya. Gadis cantik berkaki jenjang itu melangkah pergi dan masuk ke dalam mobil.
“Kayana”
“Tidak apa-apa, aku tidak peduli, Daniel. Percayalah, aku baik-baik saja!” sela dia, memasang helm di kepalanya dengan kasar, aku menggaruk tengkuk, bingung. “Ayo Daniel, hari ini aku ingin bersenang-senang denganmu, dan lupakan soal pertemuan dengan gadis bernama Cassandra tadi.”
Tanganku hendak mengusap kepalanya tapi berhenti di udara saat mengetahui kalau kepala Kayana sudah terlindungi helm. Aku mengangguk sebari mengembangkan senyum. Ya sudahlah, toh mau bagaimana lagi?
Kendaraan roda duaku membelah jalanan, melaju dengan cepat, Kayana menyandarkan dagunya di pundakku, kedua tangan gadis itu melingkar erat di perutku. Sudah ratusan kali Kayana memelukku saat diatas motor seperti ini, tapi bagiku tetap saja rasanya mendebarkan.
Dari belakang aku mendengar Kayana berteriak. “Daniel, kita ke pasar saja ya?!”
“Hah?! Ngapain ke pasar?!” aku menjawab dengan suara yang sedikit lebih tinggi, takut Kayana tidak mendengarkan jawabanku.
“Aku ingin belanja bahan masakan! Kita akan menghabiskan waktu di apartemen!” meski kedengarannya ambigu, aku paham apa maksud Kayana. Sepertinya gadis itu ingin memasak lagi, yah, tidak apa-apa sih. Toh masakan Kayana juga enak kok. Akhirnya aku menyetujui keinginan gadis itu. Berputar arah menuju CIPM (Chicago International Produce Market). Perjalanan memakan waktu hampir satu jam karena jaraknya yang lumayan jauh.
Setelah perjalanan tibalah kami di CIPM, Kayana menatapku, lantas beralih menatap jam yang melingkar di pergelangan tangannya. “Daniel, kenapa harus disini? CIPM sebentar lagi akan tutup, bukan?”
“Memang, dan karena itulah ayo cepat belanjanya.”
Kayana mencubit perutku membuatku justru terkekeh. Aku menggenggam jemari Kayana, lantas mengajaknya masuk ke dalam. Memang sudah menjadi tugas seorang pria untuk mendorong troli belanjaan. Dengan gesit Kayana memasukan bahan-bahannya, mulai dari bumbu-bumbu dapur hingga sayur-sayuran. Setelah selesai kini dia beralih ke tempat daging, “Kayana, beli ini aja” kataku sembari mengangkat daging pork.
Gadis itu menyipitkan mata, lantas menggeleng. “Aku tidak bisa mengolahnya, kita pakai daging sapi saja” tanpa menunggu persetujuan ku, Kayana langsung memasukan beberapa daging ke dalam troli. “Sepertinya ini saja sudah cukup, Niel.”
“Yasudah, kita langsung ke kasir." jawabku. "Kau mau es krim? Coklat? Atau camilan?"
"Es krim boleh"
"Kau ke kasir dulu, aku akan mengambilkan beberapa es krim untuk mu"
“Terima kasih, Daniel"
(^_^)(^_^)
-Author pov-
“Kemarikan, aku akan memakaikannya untukmu"
Napas Kayana tertahan saat tubuhnya begitu dekat bahkan menempel dengan tubuh Daniel yang tengah mengikatkan tali celemek di belakang punggungnya. Tubuh Kayana yang mungil tenggelam pada d**a bidang milik Daniel. “Kay, I love you. More than anything” Daniel berbisik ditelinga Kayana membuat sang empu jadi merasakan bulu kuduknya mulai meremang.
Ada sensasi yang begitu aneh yang Kayana rasakan sekarang, debaran jantung gadis itu mulai berpacu dengan cepat dan tidak normal takala merasakan sebuah benda kenyal menempel di lehernya, spontan gadis itu mundur.
Untuk beberapa saat mereka saling tatap, “What happen with you, Kay?” tanya Daniel bingung, kali ini dia benar-benar yakin kalau Kayana yang ada di depannya bukanlah Kayana yang ia kenal dulu, mereka orang yang berbeda.
“Da-daniel, aku, aku, aku hanya..”
“Kau berubah, Kayana. Kau sungguh berubah, aku tidak mengenali Kayana yang sekarang”
Ucapan Daniel bagaikan pukulan keras untuk Kayana, dia tau seharusnya dia menjadi gadis yang agresif disini, tapi dia tidak bisa, Kayana tidak bisa melakukan sesuatu yang menentang hati nuraninya. “Daniel maaf—“
“Aku akan segera menikahimu, kalau perlu, besok."
“Daniel!!”
Tanpa menjawab ucapan Kayana, Daniel segera pergi sembari menyambar coat yang ada tergeletak di kursi. Dia tidak jadi menemani gadisnya memasak hari ini. Entahlah, pikiran Daniel sedang kacau karena belum terbiasa dengan perubahan sikap Kayana. Pergi, Daniel ingin sebuah pelampiasan kesalnya. Sebelum melajukan motornya pemuda itu mendial nomor seseorang.
“Cass, are you free now?”
Di seberang telepon, Cass yang tengah menikmati segelas wine di apartemennya tersenyum. “Tentu saja, apa kau ingin bertemu denganku Daniel?”
“Ya”
“Baiklah, kita bertemu di club tempatmu bekerja”
Tanpa menjawab, pemuda itu langsung memutuskan sambungan telepon. Menginjak pedal gas dan meluncur ke jalanan, membaur dengan kendaraan yang juga tengah melintas. Sepuluh menit setelah kepergian Daniel, masih di apartemen yang sama, Cassandra keluar dengan mini dress berwarna hitam, dan segera masuk ke dalam mobil.
Beralih dari Cassandra dan Daniel, masih berada ditempatnya, Kayana mulai memasak sesuatu. Niatnya hari ini dia akan makan malam dirumah Daniel sekaligus membuat citranya perlahan membaik di mata kedua orang tua Daniel, tak peduli kalau saat ini pemuda itu tengah marah kepadanya. Kayana tau, Daniel tidak akan meninggalkannya hanya karena dia tidak ingin dicium saja.
Déjà vu, Kayana kembali merasakan kejadian yang pernah ia alami dulu, “Min Jun” tiba-tiba saja dia teringat akan sosok Moon Min Jun, apa sekarang dia sudah lulus atau belum? Kay merasakan sedikit debaran di jantungnya,
“Ah, aku rindu Min Jun” gumam gadis itu, “Apa aku bisa ke Korea lagi?” pertanyaan itu entah dia tujukan kepada siapa. Melanjutkan memasaknya, tak peduli kalau sekarang nama Min Jun tengah memenuhi tempurung kepalanya.
(^_^)(^_^)
“Daniel, kau terlalu banyak minum. Sudah cukup.” Cass mengambil alih gelas kaca yang ada di tangan Daniel, dia tidak bisa melihat pemuda itu mabuk berat seperti ini. Cassandra memang bebas dalam bergaul dan bermain, tapi dia bisa menahan serta menjaga dirinya dengan baik. Dia tidak bisa meminum minuman beralkohol kecuali Wine.
Pemuda itu hendak merampas kembali gelasnya, namun dengan sigap Cass berkelit. “Sudah cukup, Daniel. Apa yang terjadi denganmu?!” kali ini dia sedikit menaikan oktaf suaranya, Daniel menatap manik mata berlensa milik gadis yang ada didepannya. Mata Daniel sayu, Cass tau saat ini Daniel tengah berada di alam bawah sadarnya.
“Bolehkah aku menciummu?” tanya Daniel dengan suara serak, Cass mengerutkan kening. Seandainya Daniel dalam keadaan sadar dia pasti langsung mengangguk dan tidak menolak, tapi sekarang pemuda itu.. “Maaf, Daniel. Dengan kondisimu yang seperti ini, aku tidak mau.” tandas Cass tanpa rasa ragu.
Daniel mendesah kecewa, selang beberapa saat kepala pemuda itu jatuh tepat di pundak Cass, Cass pun tak bergerak, dia hanya diam. “Semuanya begitu rumit, Cass. Semenjak kau pergi, aku kehilangan semua mimpiku dan memutuskan untuk menjadi DJ, hidupku tidak baik-baik saja. Aku melanjutkan kuliah sesuai keinginan mereka, apapun yang mereka inginkan selalu aku turuti. Tapi, ada satu permintaan yang nggak bisa aku penuhi..” Daniel menghentikan ucapannya, sepertinya dia sudah tidak sadar dengan apa yang barusan di bicarakan lantaran pengaruh minuman tadi.
Cass tau pemuda itu tidak sedang berbohong, mengenal Daniel sudah cukup lama membuat Cass tau betapa penurutnya seorang Seo Daniel, bahkan saat gadis itu mendengar bahwa Daniel sekarang bekerja sebagai DJ di sebuah club cukup membuatnya terkejut.
“Aku tidak bisa memenuhi permintaan Mom and Dad yang menyuruhku untuk menjauhi Kayana. Dia adalah gadis yang aku temui beberapa bulan yang lalu di club ini, tempat inilah yang mempertemukanku dengan Kayana. Aku menyukai dia dengan segala kekurangannya, mungkin diluar Kayana terlihat buruk, tapi aku tau hati gadis itu sangat baik dan lembut.”
Pikiran Cass langsung tertuju pada seorang gadis yang saat itu tengah bersama Daniel, dilihat dari wajahnya memang dia sangat polos. Tapi, bagaimana bisa gadis sepolos itu bermain-main di sebuah club? Banyak hal yang membuat Cass penasaran sebenarnya, tapi dia tahan.
“Apa yang akan kau lakukan sekarang Daniel?”
“Menikahi Kayana, apa lagi?”
Entah kenapa jawaban Daniel yang begitu enteng justru membuat hatinya sesak. Jujur saja, Cassandra masih menyukai pemuda yang tengah mabuk di sampingnya ini. Tapi, sekarang dia tau kalau hati Daniel sudah bukan untuknya lagi, kalau sudah begini apakah Cass akan terus melanjutkan rencananya?
“Aku mencintai dia, Cass. Tapi Mommy dan Daddy tidak bisa menerima Kayana, bahkan mereka sudah memilihkan gadis lain untukku"
Tak ada jawaban apapun dari Cassandra, jemari lentik yang kukunya diberi kutek itu mengelus pelan kepala Daniel, menyalurkan rasa nyaman yang ia punya untuk teman nya. Baik Daniel maupun Cass tidak ada yang membuka suara sama sekali setelah itu, mereka sama-sama terlelap dalam pikiran masing-masing.
Dentuman demi dentuman musik menggema, banyak orang yang tengah asik menari entah dalam keadaan sadar atau mabuk. Cass tidak tertarik untuk ikut, netranya tak sengaja menatap jam yang menempel di dinding, pukul 7 malam, dia harus segera pulang. Tapi, Daniel masih bersandar di pundaknya, dia tengah tertidur dan Cass tak tega untuk membangunkan pemuda itu.
Sekarang bagaimana?
Dua pemuda berusia 22 tahun itu melenggang didepan mereka. “Frank” panggil Cass, sedikit tak yakin. Salah satu dari mereka berhenti dan menoleh. “Cass?”
Cassandra tersenyum, ternyata Frank masih mengingatnya. Fyi, Frank itu tetangga Cassandra, dan mereka sudah lama tidak bertegur sapa karena Cass yang pindah ke London. “Cassandra? Wow! Bagaimana bisa kau berada disini? Bukankah kau di London?” tanya Frank, hendak memeluk tapi tidak bisa lantaran ada Daniel, akhirnya mereka hanya bercipika cipiki saja.
“Aku baru kembali dari London kemarin, dan belum sempat pulang ke rumah.” balas Cass santai, dia ingin berbasa basi sejenak, tapi ada yang lebih penting dari itu sekarang. “Frank, aku butuh bantuanmu.”
“Bantuan apa?”
“Bantu aku bawa dia ke mobil”
Frank menyipitkan mata, menatap menggoda ke arah Cass yang langsung paham akan tatapan itu. “Jangan berpikiran yang macam-macam, dia Daniel, kalau kau lupa. Dan aku ingin membawanya pulang, dia mabuk berat.” perjelas Cass sebelum terjadi salah paham.
Pemuda bercelana sobek-sobek serta berkaus hitam panjang itu terkekeh, “Baiklah, lagipula aku mengingatnya. Apalagi dia jadi DJ disini, Sam, bantu aku”
Sam, teman yang tadi bersama Frank langsung mengangguk. Mereka memapah tubuh Daniel yang masih tak sadarkan diri. Mobil Cas tak jauh dari pintu club membuat mereka tak perlu bersusah payah, setelah memasukan tubuh Daniel, Frank menutup pintunya. “Apa kau punya waktu luang setelah ini, Cass?”
Dari tatapan yang Frank berikan, bisa Cass arti kan sebagai tatapan ajakan pesta di club ini, mungkin maksudnya setelah mengantarkan Daniel nanti.
“Sorry, Frank. Aku ada acara setelah ini, lain kali saja ya.” Cass menepuk pundak Frank sekali, tatapannya beralih pada Sam, Cass bukan gadis yang tidak peka, dia sangat peka apalagi saat Sam terang-terangan menatapnya dengan pandangan penuh nafsu seperti itu. “Dan, thank you, Sam. Lain kali kita bisa mengobrol lebih banyak. Aku pergi dulu, bye”
Cassandra masuk ke dalam mobil, beberapa menit kemudian Porsche hitam itu sudah melesat menjauh dari pelataran club.
(^_^)(^_^)
Beberapa menit sebelum mobil Cass sampai didepan rumah Daniel, sebuah taxi lebih dulu berhenti disana, seorang gadis bertubuh mungil, berambut coklat digerai itu turun, dia mengangsurkan beberapa dolar kepada driver. Menatap bangunan rumah yang ada didepannya, menarik nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.
Memencet bel yang ada di samping pagar, menunggu sejenak dengan hati yang gelisah. Bel kedua Kayana pencet, semoga kali ini Mama ataupun siapa saja yang ada di rumah besar itu mau membukakan pintunya.
Harapan Kayana terkabul, pintu rumah terbuka dan muncul lah wajah Mama Daniel. Wanita itu berjalan keluar, menatap Kayana dengan datar. “Mommy” sapa Kay, Mommy Daniel hanya mengangguk.
“Kau mencari Daniel? Dia tidak ada dirumah"
Tepat saat ucapan itu selesai, porsche hitam milik Cassandra berhenti. Kayana menoleh, Mommy Daniel pun turut menatap mobil mewah itu, tak lama seorang gadis turun dan langsung membuka pintu sampingnya. Mengeluarkan Daniel yang seperti orang mati, masih belum sadarkan diri. Tak ada yang menginterupsi kegiatan gadis cantik bertubuh tinggi semampai itu.
Cass memapah Daniel, saat hendak melangkah dia baru sadar kalau sedari tadi dua pasang mata tengah mengawasinya. Gadis itu menatap Mommy Daniel dan Kayana bergantian, tersenyum canggung. “Mommy?"
“Cassandra?” raut wajah Mommy Daniel seketika berubah, dengan semangat wanita itu membukakan pintu gerbang. “Wow, Cass. Sudah lama Mommy tidak melihatmu, kau makin cantik saja. Mana kedua orang tuamu?” mungkin sangking excited nya Mommy Daniel sampai tak menghiraukan anaknya sendiri yang tengah tidak sadar, juga Cass yang sepertinya kesusahan memapah tubuh Daniel.
“Emm..”
Ucapan Cass terpotong saat Mommy Daniel melambai ke dalam rumah, tak lama seorang pria, mungkin supir keluarga Seo mendekat, “Bawa Daniel ke kamarnya” titah Mama Daniel yang langsung di angguki oleh supir itu.
Kini Cass bisa bernafas lega, gadis itu tersenyum cantik. Mereka berdua berpelukan. “I'm sorry, Mom. Because I got Daniel drunk"
"It's okay, Cass" Mommy Daniel mengusap bahu Cass seraya tersenyum senang. "Kalian jadi datang, 'kan?"
“Of course, Mom, malam ini adalah malam yang sangat penting dimana aku dan Daniel akan di Jodohkan"
Bagai dihantam bebatuan, disambar kilatan petir, Kayana menjatuhkan wadah berisi makanan yang sedari tadi dipegangnya. Mommy Daniel dan Cass menoleh ke arah Kayana yang saat ini sudah meneteskan air matanya. Dia, merasa dikhianati, bukan oleh mereka apalagi oleh Daniel, melainkan oleh takdir.