Luka Dari Roy

1155 Words
Keesokan paginya, Lisa terbangun dalam keadaan yang sangat lelah dan merasakan sedikit sakit pada tubuhnya. Tadi malam, Roy baru saja menerjangnya dengan membabi buta. Lisa melihat Roy seperti orang yang sudah lama tidak bercinta dan melepaskan hasratnya habis-habisan semalam. Apalagi, Roy terlihat lebih energik dan bersemangat menggagahi tubuhnya semalam suntuk. Baru ketika jam dinding berada di angka tiga Lisa baru bisa bernapas lega karena Roy akhirnya tertidur dengan pulas setelah kelelahan berbagi gairah bersamanya. Lisa pun merasa bahwa ia memang sudah lama tidak memberikan kepuasan seperti itu pada suaminya. Sehingga Roy merasa semalam adalah waktu yang tepat untuk melampiaskan semuanya sekaligus. “Aku harus segera mandi dan berangkat ke butik yang baru. Sudah jam sembilan ternyata,” gumam Lisa dan menyeret langkahnya menuju kamar mandi. Sementara Roy masih tertidur dengan sangat pulas dan tidak menyadari bahwa Lisa sudah beranjak dari sisinya. Lisa selesai lebih cepat dari biasanya karena ia sudah sangat terlambat untuk datang ke butiknya itu. “Kau mau ke mana pagi-pagi begini, Sayang?” tanya Roy saat melihat Lisa sudah selesai dengan dandanannya. “Kau sudah bangun, Sayang? Aku harus ke butik pagi ini dan ini sudah sangat telat,” jawab Lisa dan menghampiri Roy untuk memberikan sebuah kecupan hangat pada suaminya itu. Sejenak Lisa melupakan beberapa kejanggalan yang terjadi saat mereka bercinta semalam. Roy seperti tidak rela jika Lisa pergi dan oleh sebab itu ia menahan tubuh Lisa dengan melingkarkan tangannya pada pinggang wanita itu. “Aku ada janji dengan pelanggan penting pagi ini, Roy. Tolong jangan membuatku tinggal di rumah. Kau udah melakukan lebih banyak dari yang biasanya semalam,” pinta Lisa dengan wajah memelas menatap ke arah Roy. “Benarkah begitu? Berapa kali aku melakukannya?” tanya Roy dan memainkan tangannya di wajah Lisa dengan lembut. Sehingga memberikan sensasi yang lain dalam diri istrinya itu. Roy sengaja menggoda istrinya itu karena ia ingin melihat bagaimana reaksi Lisa saat ini. Semalam Roy melakukannya dengan semangat membara dan tentu saja mereka tidak pernah menggunakan pengaman saat melakukannya. “Mungkin empat … atau lima kali,” ucap Lisa seperti sedang berpikir keras. Roy memperhatikan gaya Lisa yang lucu dan sangat menggemaskan baginya itu. Roy masih sangat sulit mempercayai ucapan Miranda tentang Lisa kemarin. Ia mencoba untuk menepis semua prasangka buruknya pada Lisa. Namun, sisi lain dalam hatinya saat ingin melihat reaksi Lisa jika ia membahas masalah anak. Selama ini, Roy tidak pernah membahas masalah anak pada Lisa karena takut istrinya akan sedih atau tersinggung. “Wah … ternyata sangat banyak. Aku rasa, salah satu dari benih itu pasti ada yang bisa bertahan di rahimmu dan menjadi jabang bayi. Kita akan segera punya anak setelah ini, Sayang.” Roy berkata dengan wajah yang dibuat sebahagia mungkin. Tiba-tiba saja tubuh Lisa menjadi kaku dan menegang. Wajahnya terlihat pucat dan dengan cepat memalingkan wajah dari Roy. Lisa bahkan menepis tangan Roy dari pinggangnya dengan sedikit kasar. Roy melihat dengan sangat jelas perubahan sikap Lisa padanya itu. Dalam hatinya pun, Roy mulai ragu pada kesetiaan Lisa padanya. “Maaf, Roy. Aku harus segera pergi dan kita akan bicarakan lagi nanti.” Lisa mengelak dari tatapan tajam mata Roy yang bisa mengubah suasana menjadi sangat mencekam dalam seketika. “Kenapa? Apa aku tidak boleh berharap bahwa kita bisa memiliki setidaknya satu orang anak saja dalam pernikahan ini?” tanya Roy yang sudah mulai tersulut emosi melihat perubahan sikap Lisa padanya itu. “Roy! Apa sekarang kau mempermasalahkan hal itu?” tanya Lisa dengan raut wajah tak percaya memandang pada lelaki tampan nan dingin itu. “Aku tidak mempermasalahkannya. Aku hanya masih berharap sampai detik ini. Bukan berarti aku tidak berharap akan memiliki seorang anak hanya karena aku tidak pernah membahasnya denganmu.” “Jadi selama ini kau menyimpan kekecawaan padaku dalam hal ini, Roy?” “Aku tidak mengatakan aku kecewa, Lisa! Hanya saja, aku tidak percaya jika kau seakan merasa bahwa itu bukan lah hal yang penting lagi sekarang. Kau bahkan tidak pernah melakukan usaha seperti yang dulu sering kita lakukan. Konsultasi dan berobat ke mana saja yang memiliki potensi atau tingkat keberhasilan tinggi.” “Aku lelah, Roy. Aku hanya bisa pasrah jika memang aku tidak ditakdirkan bisa memiliki anak. Bukan kah dulu kau mengatakan bahwa kau tidak akan masalah dengan hal itu. Lalu, kenapa sekarang kau mengungkitnya? Apakah ada maksud lain dari hal ini, Roy?” Perdebatan antara keduanya tidak bisa terelakkan lagi. Kini keduanya saling bersitegang dan Lisa sudah berdiri dan menatap pilu pada Roy. Roy sendiri sebenarnya tidak tega berkata begitu kasar pada Lisa. Namun, hal ini sudah sedikit membuktikan ucapan Miranda padanya kemarin. Sepertinya, Lisa memang sengaja tidak menginginkan bayi darinya. Itu sebabnya Lisa merasa santai dan tidak lagi pernah membahas perkara anak. Jika biasanya Lisa merasa sedih saat datang bulan, maka sudah beberapa bulan belakangan ini Lisa terlihat sangat santai dan nyaris tidak terlihat sedih seperti biasanya. Roy sudah lama memperhatikan perubahan itu. Awalnya, Roy tentu saja merasa senang karena berpikir Lisa tidak lagi berlarut dalam kesedihannya. “Percuma aku bicara padamu, Roy. Sepertinya kau sengaja mencari kesalahanku yang tidak pernah kau jadikan masalah selama ini. Apa mungkin kau sudah punya wanita lain,Roy?” tebak Lisa pada Roy dengan hati yang teramat sakit. Namun, Lisa masih bisa untuk terus menahan rasa sakitnya dan tidak ingin terlihat lemah di depan Roy. Ia memang asal tebak saja karena selama ini Lisa sangat percaya dan yakin pada kesetiaan Roy padanya. Roy tidak pernah bersikap manis dan lembut pada wanita lain selain padanya selama ini. Lain halnya dengan Roy yang seketika raut wajahnya menjadi kelabu saat mendengar pertanyaan dari Lisa. Ia tidak menyangka sama sekali jika Lisa sampai bertanya padanya tentang hal itu. Roy memang sudah meniduri wanita lain di belakang Lisa dan lebih parahnya lagi, itu adalah sahabatnya sendiri. Apa benar Lisa memiliki feeling bahwa Roy sudah menghianati cinta dan kepercayaannya? “Jangan menuduhku seperti itu! Mungkin saja, kau yang sudah punya lelaki lain,” tuding Roy memutar balikkan fakta. “Aku? Kau yakin dengan pertanyaanmu itu, Roy?” tanya Lisa dengan kecewa dan tak percaya jika kini Roy pun sudah meragukan kesetiaannya. “Bisa saja! Kau terlalu sibuk sekarang hingga sering mengabaikanku. Relasimu banyak dan tidak menutup kemungkinan bahwa kau akan menjalin hubungan dengan salah satu dari mereka,” lanjut Roy yang sudah terlanjur menyakiti Lisa dengan tuduhannya itu. “Lalu bagaimana denganmu? Apa hal itu tidak mungkin terjadi padamu juga, Roy?” Lisa mengembalikan pertanyaan itu pada Roy. “Itu berbeda, Lisa. Aku lelaki dan memang sudah tugasku bekerja di luar rumah dan bertemu banyak kolega dan klien dalam bisnis. Seharusnya kau diam saja di rumah karena kau seorang wanita dan seorang istri. Bagaimana kau bisa hamil jika kau terus sibuk dan tidak bisa mengatur waktumu seperti itu?” Sekali lagi, kalimat Roy berhasil melukai hati dan perasaan Lisa. Setelah menatap Roy dengan penuh kekecawaan, akhirnya Lisa memundurkan langkahnya, dengan memegang erat dadanya yang terasa sangat sakit, Lisa meninggalkan kamar dan air mata membanjiri pipinya ketika ia sudah berada di dalam mobilnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD