“Aaakhh … Roy!” Miranda terus mendesah dan mengerah karena hujaman dari kejantanan Roy yang perkasa.
Tidak pernah ia bayangkan bahwa milik Roy memang sangat nikmat seperti ini, meski ia sudah sering membayangkannya. Namun, Miranda masih tidak mengira jika saat ini ia benar-benar bisa merasakannya dan berada di dalam dekapan suami sahabatnya itu. miranda terus mengikuti irama gerakan yang diberikan Roy pada pinggulnya.
Dan tiba-tiba saja satu hentakan kuat menghantam kewanitaan Miranda dan terasa cairan hangat itu menyemprot pada dingin rahim wanita yang sudah berstatus janda itu. diiringi dengan lenguhan panjang dan terdengar sangat menggairahkan dari rongga mulut Roy. Miranda tahu, pada akhirnya Roy mendapatkan pelepasannya.
“Ouugghh … s**t! Kau memang nikmat, Mir.” Roy berkata dengan lenguhan terakhir yang ia lontarkan pada Miranda.
Dengan senyum mengambang penuh kenikmatan, Miranda tergolek lemas di atas ranjang itu. Ia masih berpikir bahwa Roy pasti tidak akan semudah yang dibayangkan untuk bisa ia taklukkan. Mungkin saja tadi hanya karena percintaan panas yang sudah lama tidak ia rasakan, dan nanti dia akan berubah pikiran lagi.
“Roy … kau puas dengan pelayananku?” tanya Miranda sambil mengusap usap d**a bidang Roy yang sangat kekar dan ditumbuhi bulu-bulu lebat yang menggoda.
“Saat ini, aku akui sangat puas. Kau memang pandai memuaskan pria, dan mungkin itu juga karena aku sudah lama tidak mendapatkan hal seperti itu,” jawab Roy dengan nada datar dan pikirannya kembali menerawang jauh.
“Benarkah seperti itu? Apa perlu kita ulangi lagi permainan ini?”
“Tidak sekarang! Kau harus segera menepati janjimu, Miranda!”
“Janji? Tentu saja aku akan menepati janjiku. Aku tidak mungkin ingkar janji, Sayang.” miranda kembali mencoba merayu Roy dengan memberikan pergerakan halus pada jarinya dan menyentuh kulit Roy.
Roy diam saja mendengar ucapan Miranda karena jujur saja dia memang sangat merindukan hal seperti ini. Dimanjakan dalam urusan ranjang dan diberikan kepuasan. Tidak hanya memanjakan dan memberi kepuasan saja. Jadi, sedikit banyaknya Roy merasa terlena dengan perlakuan Miranda padanya saat ini.
Sejatinya, sekaya dan setampan apa pun seorang pria, meski dia pria yang dingin dan kejam sekali pun, pasti ada sisi lembut dan manja dalam dirinya. Hal itu tentu saja tidak akan ia perlihatkan pada semua orang. Biasanya, hanya pada orang yang benar-benar disayanginya lah hal itu akan terlihat jelas dan ia tidak merasa malu untuk memperlihatkan sifat aslinya yang tersembunyi.
“Aku hanya ingin mengetahui rahasia apa yang kau punya tentang istriku.” Roy berkata dengan nada tegas dan intonasi dalam.
Miranda tahu, bahwa ia tidak bisa lagi menunda memberikan informasi itu pada Roy. Jika ia masih mengulur waktu, mungkin saja Roy akan marah dan segera meninggalkannya di kamar hotel ini. Kemudian, Roy tidak akan pernah lagi menanggapinya. Tentu saja Miranda tidak ingin hal buruk itu terjadi. Kemudian, Miranda mengatur posisinya menjadi duduk dengan keadaan masih bertelanjang bulat. Di sisinya, Roy memperhatikan tubuh indah dan seksi itu dengan mata yang berusaha menahan birahinya.
“Apa kau sudah benar-benar siap untuk mengetahuinya, Roy?” tanya Miranda berusaha untuk meyakinkan diri Roy.
“Tentu saja! Aku sudah siap dengan apa pun. cepat katakan!” desak Roy setelah menjawab pertanyaan Miranda itu.
Sementara itu, mata Roy tak berhenti memandang tubuh indah milik Miranda itu. Tubuh putih dan mulus itu memang sangat menarik gairahnya, akan tetapi masih bisa ia kendalikan untuk saat ini. Miranda beranjak dari ranjang itu dan mengutip satu persatu pakaiannya, mengenakannya dan duduk di kursi santai di depan ranjang.
Tanpa aba-aba, Roy pun langsung mengemasi pakaiannya dan mengenakannya kembali. Roy ingin segera pergi dari kamar hotel ini setelah Miranda menyampaikan informasi yang ia pegang tentang Lisa. Hanya itu lah tujuan Roy datang dan mau bercinta dengan Miranda saat ini. Hanya karena ia terlalu penasaran dengan rahasia besar yang dikatakan oleh Miranda padanya melalui sambungan telpon tadi.
“Ada hal besar yang sudah disembunyikan oleh Lisa selama bertahun-tahun ini darimu, Roy. Bahkan, setelah malam pernikahan kalian. Bukan kah itu sudah cukup lama?” Miranda berkata sambil menenggak win yang ada di atas meja kamar hotel itu.
“Rahasia apa? Jangan membuatku semakin penasaran. Aku bisa mempermalukanmu jika kau mempermainkanku, Miranda!”
“Sabar lah sebentar, Sayang. kau sangat terburu-buru. Cukup di ranjang saja kau menggebu-gebu seperti itu. Okey?”
“Cepat lah, aku tidak punya banyak waktu lagi!”
“Baik lah kalau kau memang tidak tahan lagi.”
Miranda berdiri dari duduknya dan mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. Roy tentu saja hanya memandangi hal apa yang dilakukan oleh wanita di depannya itu. Wanita yang baru saja bercinta dengannya dan dia tak lain adalah sahabat dekat istrinya sendiri. Orang yang sangat dipercayai oleh istrinya selama ini.
Kemudian Miranda menyerahkan ponsel itu ke hadapan Roy, seperti sebuah isyarat bahwa Roy harus membaca isi dalam ponsel itu atau mungkin melihatnya. Entah apa yang ada di dalam ponselnya itu, Roy sama sekali tidak mengetahuinya. Hal itu karena tanpa sadar, Roy masih terus fokus memperhatikan wajah cantik Miranda. Mungkin memang tidak secantik Lisa, tetapi Miranda seperti memiliki pesona dan daya tariknya sendiri.
Entah itu hanya perasaan Roy saat ini saja atau memang sudah ada sejak dulu. maklum saja, sejak Lisa bersahabat dengan Miranda, ia tidak pernah memperhatikan Miranda dalam keadaa dekat dan sangat detail seperti ini. Roy bahkan tidak pernah menyentuh sahabat istrinya itu meski hanya berjabat tangan saat perkenalan saja. Namun, siapa yang mengira jika akhirnya mereka justru bercinta dengan liar dan panas pada saat ini.
Roy mengalihkan netranya dari wajah dan tubuh Miranda ke arah ponselnya yang lampu layarnya hampir saja padam. Dengan cepat Roy menyentuh layar ponsel Miranda itu agar cahayanya tidak meredup dan mati.
Dengan seksama Roy memperhatikan isi ponsel milik Miranda itu. Sepertinya, yang tertulis di sana adalah sebuah percakapan pada akun sosial media. Roy membacanya dengan sangat cepat, lalu mencoba untuk mencerna maksud dari semua percakapan online itu. kembali mata Roy melirik ke sana dan mendapati bahwa tanggal, bulan, dan tahun yang tertera pada percakapan itu memang sudah sangat lama sekali. Sudah seusia pernikahannya dengan Lisa, sesuai dengan yang dikatakan oleh Miranda padanya tadi.
“Apa kau sudah membacanya dengan jelas, Roy?” tanya Miranda pada Roy dengan tatapan yang membingungkan.
Roy hanya diam dan mengusap kasar rambutnya. Ia seperti seorang yang sangat marah dan kecewa saat ini. Miranda sudah menduga bahwa Roy pasti akan merasakan hal itu karena memang ini adalah hal atau rahasia yang sangat besar yang pernah ada dan disembunyikan oleh Lisa dari Roy.
“Jadi, itu alasannya selama ini Lisa tidak kunjung hamil?” tanya Roy pada Miranda dengan mata yang sayu mendayu.