14 - KISAH DUA ALAM

1290 Words
Di alam gaib Bhanu dipusingkan dengan tuntutan para rakyat yang ingin dirinya agar segera menaiki tahta secara sah. Bhanu sudah tidak memiliki stok alasan lagi, mau tak mau ia harus mengiyakan permintaan rakyat-rakyatnya. “Damar, bagaimana keadaan di luar?” tanya Bhanu pada pengawal kepercayaannya. “Masih ramai seperti sebelumnya, sepertinya mereka baru puas setelah mendengar pernyataan Anda sendiri.” balasnya. Bhanu menghela napas panjang, ia sengaja menyuruh Damar untuk menyampaikan kesediaan dirinya menaiki tahta, tapi nampaknya hal itu belum bisa meredakan kepuasan rakyat. Tetap Bhanu sendiri yang harus turun tangan. “Baiklah aku akan ke sana, ayo ikuti aku.” ucap Bhanu pada Damar. Sigap Damar langsung mengekori tuannya untuk menemui para rakyat. Kerajaan alam gaib ini sangat luas dan mahsyur, Mahatma selalu menekankan pada bangsanya agar tidak mengganggu manusia karena ia sangat menghargai toleransi antar makhluk. Istana sendiri memiliki kemegahan luar biasa serta berdiri kokoh dengan emas murni, semua yang ada di sini akan menyilapkan mata para manusia yang melihatnya. Samar-samar keributan agak terdengar, hingga muncul lah Bhanu dari balik gerbang kokoh istana, ia mengenakan pakaian kebesaran khas pangeran. “Itu ada Pangeran Bhanu.” “Dia sudah datang.” Bisik-bisik rakyat pun akhirnya tenggelam dengan aura wibawa milik Bhanu, mata mereka langsung tertuju pada satu objek yang tinggi nan gagah itu. Para gadis juga terpesona melihat ketampanan Bhanu, memang pria itu memiliki paras yang rupawan. Sebenarnya kerajaan alam gaib tak jauh beda dengan kerajaan-kerajaan yang sering ada difilm kolosal. Hanya saja kehidupan mereka memang cukup misterius dan tak bisa dijelaskan dengan akal logika. Bhanu berdiri dengan tegak menatap seluruh rakyat yang datang, ekspresinya datar seperti tak tersentuh. Ya, itulah Bhanu dengan sifat dinginnya, selama ini ia dikenal sebagai calon pemimpin yang tegas dan taat aturan. Mereka hanya tidak tahu saja bahwa Bhanu juga melanggar aturan, entah apa yang akan terjadi bila rakyat mengetahui kebobrokan calon pemimpin mereka. “Tenang rakyatku sekalian. Seperti yang sudah disampaikan oleh Damar, aku akan mengambil alih tahta dan memimpin kerajaan ini. Sekali lagi terima kasih atas kepercayaan kalian, aku sangat tersanjung karena kalian selalu mendukungku.” Sedikitnya Bhanu tersenyum ramah. Senyuman menawan itu semakin membuat para gadis tergila-gila pada Bhanu. Mereka berharap suatu hari nanti Bhanu mengambil selir dan mereka lah yang menjadi kandidatnya. “Mohon maafkan hamba, Pangeran Bhanu. Apakah Anda serius? Karena sebelumnya Anda selalu disibukkan dengan mempelajari ilmu,” tanya salah satu rakyat. “Aku tidak akan mengingkari perkataanku sendiri, para anggota inti istana akan mendiskusikan hari pengangkatanku.” jelas Bhanu. Para rakyat pun bersorak gembira, akhirnya mereka bisa mendapatkan pemimpin yang baru. Memang benar tidak ada yang salah mengenai kepemimpinan Mahatma, hanya saja pria tua itu terlalu lunak dengan bangsa manusia padahal hutan tempat tinggal mereka sering dirusak. Rakyat berharap di bawah kepemimpinan Bhanu mereka bisa membalas ulah jahat manusia, terlebih lagi Bhanu terkenal sebagai sosok yang berhati dingin dan tega. Sifat Bhanu memang sangat bertolak belakang antara bersama keluarga kecilnya dengan rakyatnya. Bersama Elin ia akan menjadi suami yang romantis dan penyayang, sedangkan ketika mengurus hal-hal di istana akan terlihat ketegasannya. “Kami percaya dengan Pangeran Bhanu, terima kasih sudah mendengar aspirasi kami.” sahut orang tadi. Bhanu menganggukkan kepala pelan, dengan begini maka tidak ada lagi tuntutan dari rakyat. Damar mendekati telinga majikannya untuk berbisik, “Pangeran, bagaimana jika setelah pengangkatan Anda diminta menikah?” Bhanu terdiam dengan sorot dingin mendengar pertanyaan Damar. Itu sudah ia perkirakan sebelumnya, jujur saja salah satu tujuan Bhanu untuk mengulur pengangkatannya adalah tidak ingin menikah lagi. Bhanu hanya mencintai Elin, ia tidak akan membagi dirinya dengan wanita lain. “Aku sudah memikirkan hal itu, asalkan tidak ada yang memprovokasi maka semuanya akan berjalan dengan lancar. Perlahan-lahan aku juga ingin memasukkan Elin ke sini agar ia diterima oleh semua bangsa kita,” jawab Bhanu. Damar menganggukkan kepala paham, apapun keputusan tuannya maka ia akan mendukung. Bhanu pun pamit undur diri, akhirnya rakyat pun bubar setelah mendengar keputusan dari sang calon pemimpin. Saat tuan dan pengawal itu berjalan memasuki aula istana tiba-tiba saja ada yang menghadang langkah mereka. Bhanu sontak saja menghentikan langkahnya tanpa mau menatap si pengacau. “Jadi Pangeran Bhanu sudah mengambil keputusan untuk naik tahta?” Seorang pria berkata dengan nada mengejek didalamnya, tangannya saling mengusap satu sama lain, matanya terus menatap lawan bicaranya dengan alis terangkat. Bhanu masih menatap lantai bawah yang terbuat dari emas, ia malas menanggapi bualan Arya Sengkali. “Aku penasaran dengan rencanamu itu. Sudah lama pergi dari istana untuk meningkatkan ilmu, tampak sengaja mengulur waktu pengangkatan, lalu tiba-tiba saja kembali dan menyetujui keinginan rakyat? Seperti bukan dirimu saja.” lanjutnya. Arya Sengkali adalah keponakan Mahatma yang juga berarti sepupu dari Bhanu. Sejak dulu ia menjadi saingan Bhanu dalam menjadi kandidat calon Raja selanjutnya, tapi tetap saja Arya akan kalah mutlak karena hanya Bhanu lah yang pantas menduduki tahta tersebut. Kepala Bhanu yang awalnya menunduk pun kini terangkat dengan terang-terangan, sorot matanya langsung menatap lurus pada kornea milik Arya. “Urusanku tidak perlu kamu pikirkan,” sahut Bhanu. Arya menyeringai tipis, ia semakin yakin ada hal yang disembunyikan oleh Bhanu. Pasalnya dulu Bhanu selalu menanggapi persaingan dengannya, tapi sejak beberapa tahun ini pria itu tampak mengabaikan Arya. Kini Bhanu terlihat tampak tenang dan menjaga diri, seperti ada suatu rahasia yang sedang tersembunyi. Harusnya Bhanu langsung menaiki tahta dua tahun lalu, tapi secara mendadak pria itu memilih untuk meningkatkan ilmu dan mengundur waktu pengangkatannya. Sangat aneh menurut Arya Sengkali. “Sayang sekali aku ingin ikut campur urusanmu. Ahh, aku rindu persaingan kita dulu, kenapa sekarang tiba-tiba mengabaikannya? Lihat dirimu, kemampuanmu hanya itu-itu saja dan tidak ada kemajuan, sebenarnya apa yang kamu cari.” Arya menyahut, sengaja ingin menciptakan provokasi. Damar mengetatkan kepalan tangannya, ia sangat membenci Arya karena selalu mengganggu ketenangan tuannya. “Jaga batasanmu, Tuan Muda Arya!” Damar akhirnya ikut membuka suara, ia tidak suka jika Bhanu dirusuhi oleh pria jahat itu. “Wow, keberanianmu patut diberikan tepuk tangan, Damar.” Arya menepuk tangan beberapa kali, selanjutnya ia memutar bola mata jengah seolah meledek pengawal kepercayaan tersebut. Damar melangkahkan kakinya untuk mendekati Arya, tapi Bhanu lebih dulu menghentikan bahunya. “Sudah, abaikan saja dia.” Bhanu berusaha untuk menjaga sikapnya agar tak dicurigai oleh orang lain. Jangan sampai secuil informasi mengenai Elin bisa diendus oleh musuh-musuhnya, sangat berbahaya terlebih lagi Arya Sengkali. “Tapi Pangeran? Dia sudah menghinamu,” tekan Damar. Sebagai orang yang sudah kenal dekat dengan tuannya, Damar ikut merasa tersinggung jika ada yang menghina Bhanu. Bhanu menatap mata Damar lama lalu memberikan kode anggukan singkat. Damar paham, nanti Bhanu pasti akan menjelaskan alasannya. “Ayo kita pergi.” Bhanu mengajak Damar pergi dari sana, meninggalkan Arya yang menatap punggung itu dengan rasa penasaran membuncah. Sementara itu di ruang pribadi Bhanu, Damar meminta penjelasan. “Aku harus menjaga sikap agar Arya tidak curiga dan menelisik kehidupanku selama dua tahun ini. Jangan sampai keberadaan Elin dan Manggala diketahui olehnya, cara satu-satunya untuk menahan Arya adalah dengan menjaga ketenangan diri dan jangan mudah terpancing provokasi.” jelasnya. Damar mengerutkan dahinya tak mengerti dengan jalan pikiran tuannya. “Tapi dengan sikap Pangeran yang sekarang juga menimbulkan kecurigaan Arya. Kita semua tahu bahwa kalian berdua sering bersaing dalam banyak hal, ketika Anda akhirnya mengabaikan persaingan itu akhirnya Arya juga penasaran dengan alasan dibaliknya.” Bhanu menggelengkan kepala pelan, lalu senyum tipis terukir dari bibirnya. “Kamu lihat tadi? Arya sengaja ingin memprovokasi diriku untuk mencari celah kelemahanku, aku harus bisa menguasai diri agar tak termakan provokasinya atau aku sendiri yang justru keceplosan mengatakan rahasia itu.” Apa yang dikatakan Bhanu sangat masuk akal. Kini Damar pun bisa memahami, ternyata perkiraan tuannya lebih hebat. “Pangeran benar, Anda sangat cerdas.” Bhanu hanya menanggapinya dengan mengendikkan bahu pelan. Jangan sampai ia termakan provokasi Arya, emosi Bhanu sering tak terkontrol jika membahas mengenai rahasia hubungannya dengan Elin itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD