part 4

872 Words
lima bulan telah berlalu, dari saat peresmian pertunangan ku dengan kak reza,semakin lama aku merasa kak reza semakin jauh ,entah kenapa aku merasa ada yang kak reza sembunyikan dariku. pernah sesekali kak reza berkirim pesan kepadaku,sekedar menanyakan lagi dimana ,udah makan atau belum dan pertanyaan basa basi lainya. aku juga sangat jarang bertemu dengannya, walaupun hampir tiap hari aku berada dicafe tapi tak jua kutemukan batang hidung tunanganku itu. keadaan cafe pun kian memburuk,seperti ditelantarkan olehnya, kalau bukan aku yang sering mengecek kesana, mungkin kak reza tak ada waktu mengurusnya, bahkan aku sering ikut menopang kebutuhan operasional seperti gaji pegawai cafe listrik dan lain lain. keadaan keuangan cafe benar benar buruk.dan ini tidak bisa dibiarkan aku harus bicara dengan kak reza ,sore itu aku memaksa ingin bertemu dengannya. aku segera menghubunginya. "hallo kak,aku ingin ketemu,penting ..." kataku tanpa basa basi " ada apa hana..kaka lagi ada urusan diluar kota" jawabnya "kapan kaka pulang...aku tunggu, datanglah kerumah..sudah lama juga kak reza gak datang kerumah kan, ayah ibu nanyain terus kak, aku bingung harus jawab apa" kataku lagi "nanti kalau kaka sudah kembali dari bogor kaka sempatkan main kerumahmu hana"jawabnya " oke,aku tunggu kak..." kataku "eemmmm....,hana kaka masih ada urusan ,kaka matiin telpon nya ya.." ucap kak reza "iya kak, jaga diri baik baik disana , assalammualaiku." kataku mengakhiri percakapan kami "waalaikum salam, tuuuuttttttt...." sedetik kemudian, sambungan telepon kami sudah terputus, seakan tergesa gesa kak reza mematikan teleponya. aku memandang lurus kedepan..., hati ini merasa gelisah naluriku sebagai seorang wanita mengatakan ada yang disembunyikan dariku oleh tunanganku ini.aku harus mencari tau....kini, tekadku sudah bulat. ..... seperti biasa pulang dari kantor aku menyempatkan diri mampir ke cafe, aku harus melakukan audit, cafe itu ramai pengunjung tapi kenapa untuk menopang biaya oprasional aja bisa sampai kekurangan. pertama yang aku lihat laporan pemasukan dan pengeluaran, ada yang aneh..tiap minggu kak reza selalu memakai keuntungan dari cafe untuk kepentingan pribadinya . aku juga berfikir kok hampir tiap minggu kak reza selalu pergi ke bogor, berdalih lagi mengerjakan proyek baru dengan teman temanya. ada apa ini...apa ada yang tidak aku ketahui. aku bertanya pada mirna ,pekerja cafe yang sudah lama kak reza percaya ,ia yang bertanggung jawab dicafe ini. "mir...aku merasa ada yang aneh dengan keuangan cafe ini, kenapa tiap bulan nya merugi, padahal kalau kulihat tempat ini ramai pengunjung" kataku pada mirna "eeeee...anu mbak,maaf saya nggak ada wewenang untuk bicara" mirna menjawab sambil menunduk ada sorot ketakutan dimatanya "kamu nggak usah takut mir, ini kita bicara sebagai seorang wanita ,aku tidak akan mengadukanmu ke kak reza kok ,aku janji" aku tersenyum sambil mengacungkan jari kelingkingku,mirna menyambutnya, menautkan jari kelingking kami. "mir...kamu tau aku dan kak reza sudah bertunangan kan. sebentar lagi kami akan menikah, aku merasa dia sekarang berubah, apa kamu melihat gelagat aneh juga darinya" kataku pada mirna mirna tampak gugup..... "ada apa mir...katakan saja" kataku lagi "maaf mbak saya gak tau harus memulai bicara dari mana ,saya hanya pekerja disini" mirna menjawab dengan suara bergetar "mir..kamu sudah aku anggap sebagai sahabatku, bicaralah apa penurunan pendapatan cafe akhir akhir ini ada hubunganya dengan kepergian kak reza ke luar kota setiap minggu ..."kataku mendesak mirna mengangguk samar..... " maaf mbak saya gak tau persisnya, hanya saja pak reza setiap mau berangkat selalu mengambil uang cash dari cafe ,beliau bilang nanti akhir bulan dikembalikan buat pembukuan nya " ucap mirna terbata dengan tetap menundukkan kepala kelantai tak berani menatapku "tapi mbak, pak reza gak pernah mengganti uangnya, disini disisain cuma buat beli bahan baku saja, kalau mbak hana gak bantu keuangan cafe saya yakin anak anak nggak gajian bulan lalu, bahkan pak reza sepertinya melupakan kewajibanya.menggaji kami semua" suara mirna mulai tenang menceritakan semua yang terjadi. aku manggut manggut berusaha memahami perkataan mirna, aku mengerti bagaimana buruknya keuangan cafe ini, padahal dulu kami berdua membangun nya dengan susah payah, memang sih aku cuma membantu sedikit modal awalnya ,tapi aku harus ikut bertanggung jawab juga ,aku malu sama papa dan mama kak reza yang memberi modal banyak dan yang meminjami tempat ini untuk kami usaha. "mir...biasanya kak reza ke cafe hari apa ,dan jam berapa" kataku kemudian "hari kamis atau jumat mbak sekitar jam 3 sore, kemudian pak reza pergi" kata mirna " dia kesini sama siapa mir...apa sama asep?" tanyaku asep adalah kaki tangan kak reza yang selalu ikut kemanapun dia pergi. "eeee...iya mbak ,eh kadang .." kata mirna dengan suara bergetar lagi seperti timbul ketakutan lagi "mir ada yang kamu sembunyiin kah dariku" kataku pelan "mbak saya takut dimarahin pak reza atau nanti bakal dipecat" ucap mirna "kamu percaya aku mir...aku gak akan kasih tau " kataku pada mirna meyakinkan "pak reza kesini bareng cewek cantik mbak, dandananya menor pakai baju seksi" kata mirna bagai disambar petir, aku sangat terkejut dengan penuturan mirna "kenapa kamu gak pernah bilang mir...."suaraku mulai melemah menahan tangis. "pak reza mewanti wanti saya mbak agar saya diam saja, gak boleh bilang ke mbak ataupun ke ibu dan bapak" ucap mirna ibu dan bapak maksud mirna adalah papa dan mama kak reza yasudah ,aku mencob tegar,kini aku sudah mendapatkan sumber masalahnya. aku bertekat untuk mencari tau sendiri.hari rabu dan kamis ini aku putuskan untuk cuti dari kantorku.aku gak bilang ke kak reza.sengaja aku mau standby dicafe, aku ingin melihat bagaimana reaksi kak reza nanti.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD