Bagian 6

1035 Words
Devan berhasil membeli rumah dan menempatkan Nai di sana. Ia menyuruh Mr. Hann untuk membeli keperluan rumah dari Belgia. Setelah terisi dengan barang- barang Devian langsung lega. "Sekarang kita bisa tinggal disini." Ujar Devian. Nai hanya diam ia berfikir bagaimana caranya kabur. Kabur dari lelaki yang memperkosanya ini. Nai mencari tasnya dan merogoh isinya. Ia mencari smartphonenya. Setelah dapat Nai langsung membuka smartphonenya dan memeriksa dalamnya. Nai memukul hpnya karena paket perbulannya habis. Nai berdiri ia menuju keluar dan berjalan kaki mencari konter hp terdekat. Setelah dapat Nai menhetuk etalase agar terdengar oleh penjualnya. Tapi sayang sang penjual tidak menghiraukan justru asik mendengarkan lagu. "Permisi." Ucap Nai susah payah. Nai menggaruk kepalanya ia masih menggenggam hpnya dan uang seratus ribu. "Permisi..." Nai terkaget saat seseorang di belakangnya berkata. Nai menengok tepat di belakangnya ada Devian. Apa lelaki ini mengikutinya? "Eh? Apa apa mas?" Kata penjualnya. Penjual itu seorang wanita seperantara Nai. ''Saya mau beli kuota internet ada?" Tanya Devian sambil mengetuk etalase. Nai merasa tidak enak perlahan ia menyingkir dari kukungan lelaki itu. "Wah, kayaknya pernah liat... Devian ya? Aktor terkenal yang main film di sunrise devil." Kata penjual itu. Devian tersenyum lalu menggeleng. "Bukan, mungkin kamu salah. Saya hanya pria desa yang pindah ke sini. Btw saya beli kuotanya, berapa?" Devian mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang. "Tujuh puluh ribu." Penjual itu mengambil kartu paketan di dalam etalase lalu di letakan di atasnya. Nai mengambil kartu paketan itu lalu pergi menjauh, meninggalkan Devian sendirian. ** Kabar berita tersebar begitu saja. Bahkan tidak sampai semenit foto Devian dengam seorang wanita keluar dengam cepat entah di tv, koran, media sosial dan sebagainya. Rey menutup koran paginya dan menyeruput kopi bikinan Key. Kini mereka sedang berada di rumah kakek dan nenek Nai. Daniel yang melihat kakaknya di rundung duka karena hilangnya Nai ikut sedih. Sedih karena orang yang di sukainya hilang. Daniel juga kehilangan Devian tapi dirinya sudah ada tapi entah kemana. "Kalian ini bagaimana, Nai hilang kenapa tidak di cari." Ujar sang nenek. Key menghembuskan nafasnya sedih. "Sudah mah, bahkan Jello berulang kali kesana bahkan sampai sekarang. Tapi apalah daya dia juga tidak ketemu." Jelas Key ngelangsa. "Apa kamu sudah mendatangi teman- temannya.?" Selidik nenek Nai lagi. Key dan Rey mengangguk "Mereka bilang tidak tau. Karena pulangnya terpisah.'' Jawab Rey. Rey menghembuskan nafasnya sambil tertunduk, apakah ini karma baginya? Bukankah karma sudah berlaku untuk Rey di masa mudanya dulu?. Entahlah "Sebaiknya beritau Bundamu Key. Bundamu sudah tau kan?'' Ujar Mamah. Nai menggeleng. "Bunda tidak mau mah, kalo bunda tau pasti marah karena cucunya hilang. Kan mamah tau, bunda lagi ke Rusia bersama ayah." Jawab Key. Nadia hanya menghembuskan nafasnya. "Baiklah, tenangkan saja dirimu key. Papah sudah mencarinya. Menyebar beberapa anak buahnya mencari Nai." Kata Mamah sambil mengusap bahu Key. "Key takut mah, hiks... Key gak mau Nai akan bernasib sama. Key gak mau... Key gak mau dirinya tidak memiliki kebahagian." Kata Key sambil menangis. Key memang jagonya membuat orang nangis. Rey memeluk istrinya. *** Nai mengisi daya hpnya agar penuh. Sambil menunggu Nai masuk ke kamar mandi. Hari mulai siang tak terasa sudah dzuhur, ia melakukan kewajibannya sebagaimana mamah dan papahnya ajari. Setelah dari kamar mandi Nai berhenti dan berdoa setelah selesai ia menuju kamarnya dan membuka sajadah dan mukenah yang baru di belinya. Nai mulai memakai dan mulai sholat.  Biar di jelaskan rumah ini berukuran sedang. Memiliki dua kamar yang saling berhadapan, satu kamar mandi dan satu dapur tak lupa ruang tengah. Kamar Nai memiliki jendela yang menembus ke arah dapur. Agar sinar matahari dari atap dapur yang transparan bisa masuk. Berhubung rumah ini berada di tengah. Devian yang ingi masuk kamar mandi menengok ke sebelahnya ia reflek teriak lalu menutup matanya. "Ya tuhan! Ku pikir hantu." Kata Devian sambil memperhatikan Nai beribadah. Devian melipat kedua tangannya dan mengurungkan niatnya masuk ke kamar mandi. Ia bersandar di tempat cucian piring. Apa Nai seorang muslim? Tentu saja. Berbeda dengan dirinya yang beragama kristen protestan. "Untuk berdoa saja aku tidak sempat. Padahal seminggu sekali ke gereja. Sedangkan wanita itu, ia berdoa lima kali dalam sehari tapi masih sempat aja." Gumam Devian. Setelah Nai selesai Devian langsung buru- buru menegakan tubuhnya dan masuk ke kamar mandi. *** Nai menengok ke jendela dirinya merasa ada yang memperhatikan tapi tidak tau siapa. Apa Devian? Entahlah. Nai melepas mukenah dan lainnya lalu melipat sajadah setelah selesai dan membuka pintu. "Baa...." kata Devian mengagetkan. "Wakkkksss" pekik Nai. Nai langsung menutup pintunya keras membut hidung bangir Devian tertubruk pintu itu. Devian hanya memejamkan matanya, tangannya berada di dalam saku celana kain. "Yah tuhan, tabahkan aku." Gumam Devian. "Nai? Keluarlah, kita makan siang." Ujar Devian. Devian lalu ke meja makan dan duduk. Devian tidak masak tapi delivery memalui Mr. Hann. Nai perlahan membuka pintu dan keluar. Ia mengintip ke samping matanya melebar melihat meja di penuhi berbagai macam makanan. Ia juga melihat Devian mulai makan siang. Nai menelan liurnya lalu keluar dan duduk di hadapan lelaki itu. Nai perlahan mengambil sendok dan mengangkat piring. Nai melihat jenis makanan yang menurutnya aneh tapi ada juga ada makanan indonesia. Tapi yang mengalihkan perhatian adalah sekotak cokelat. Cokelat asal Belgia "Makan nasi baru makan coklat." Devian berkata sambil terus makan. Nai melirik Devian lalu membuang pandangannya. Nai melihat Devian tidak memakan nasi melainkan kentang yang di tumbuk lalu di berikan beberapa bahan lainnya dan daging setengah masak. Nai meleletkan lidahnya tidak suka. Nai langsung mengambil nasi dan ayam bakar lalu memakannya hingga habis. Setelah habis ia langsung mengambil sekotak coklat lalu memakannya. "Enak." Kata Nai sambil memakan coklatnya. Devian yang selesai langsung minum dan mengelap mulutnya dengan kain bersih. "Kau suka coklatnya? Coklat itu di produksi oleh perusahaanku di Belgia. Perusahanku adalah pembuat coklat terbaik di Eropa." Beritau Devian. Nai terdiam sambil melihat coklatnya. Ia kemudian memakan coklatnya hingga habis. *** Malam mulai datang. Devian akan kembali besok ke jakarta, semakin cepat maka semakin baik menurutnya. Devian menghubungi Mr. Hann guna mencari siapa yang menjebaknya hingga membuat skandal seperti ini. Devian tidak ingin menuduh seseorang tanpa bukti, walaupun sasaran utamanya adalah Erdogan. Devian memijit keningnya ia kemudian bersandar si sofa ruang tengah. *** Nai melihat smartphonenya. Ia ingin sekali menghubungi sang mamah tapi Devian memgancam jika menelfon ia akan di perkosa. Nai hanya bisa pasrah sampai semuanya usai.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD