Bab 4. Pengaduan Tak Dianggap

1094 Words
Tidak ingin menanggung sendiri, Sofie memutuskan untuk bicara pada ibu mertuanya, Mama Vonny. Sofie sudah tidak bisa lagi menoleransi sikap Revan yang jelas-jelas sudah berselingkuh bahkan sampai wanita bernama Astrid itu hamil. Rasa marah, kecewa dan kesal menyelimuti Sofie yang langsung pergi ke rumah mertuanya. Sepanjang jalan, ia berusaha untuk berkonsentrasi mengendarai mobil. Sofie tahu jika suaminya sudah tidak lagi pulang semenjak kejadian semalam di klub malam. Dari pada mencari Revan, Sofie memilih untuk mencoba menyelesaikannya lewat jalur keluarga. Sofie memarkirkan mobil sedannya di depan garasi rumah ibu mertuanya. Ia keluar setelah menyeka sisa air mata di sudut matanya. Setelah membunyikan bel dan pintu di buka oleh pelayan di rumah tersebut, Sofie masuk dan bertemu dengan ibu mertuanya yaitu Mama Vonny. “Sofie, tumben kamu datang siang-siang begini,” sapa Vonny sambil berjalan menghampiri Sofie. Sofie ikut berjalan ke arah mertuanya dan langsung memeluk lalu menangis. Mama Vonny langsung bingung dan menjarakkan diri dari pelukan itu. “Lho, kamu kenapa?” “Mas Revan, Ma!” jawab Sofie masih terisak menyeka air matanya. “Duduk dulu, ada apa sama Revan.” Vonny membawa Sofie ke salah satu sofa yang berada tidak jauh dari mereka. Sofie dan Vonny duduk bersama. “Revan gak kenapa-kenapa, kan?” Vonny tambah memberondong Sofie dengan pertanyaan. Sofie menghela napas panjang serta berat lalu menungkupkan telapak tangannya menutupi wajah. Vonny ikut menarik napas dengan kening mengernyit menatap menantunya. “Mas Revan selingkuh, Ma!” Vonny sontak membesarkan mata dan menaikkan kedua alisnya bersamaan. “Apa?!” Sofie makin menegakkan diri berhadapan dengan Vonny di posisi duduk yang sama. “Dua hari lalu aku ketemu pakaian dalam wanita di dalam mobilku. Mobil itu dipinjam sama Mas Revan. Kemarin malam dia malah merayakan ulang tahun selingkuhannya di klub, dan dia ternyata sudah hamil!” tukas Sofie mengadu dengan emosi dan makin meneteskan air matanya. Vonny pun mengambil boks tisu dan menyodorkannya pada Sofie. “Makasih, Ma!” Sofie mengambil dua lembar tisu untuk mengeringkan air matanya. Namun, Vonny masih tenang dibandingkan dengan harapan Sofie pada sikap mertuanya. “Soal mobil kamu, mungkin aja kamu salah sangka ....” “Gak mungkin, Ma! Untuk apa ada lingerie lace seperti itu ada di jok belakang?” bantah Sofie mulai sengit. “Mungkin saja itu punya kamu.” “Gak dong, Ma! Masa aku gak bisa bedakan yang mana punyaku yang mana punya wanita lain? Buat aku lepasin celana dalam di jok belakang?” tukas Sofie langsung menjelaskan pada ibu mertuanya. Vonny pun mengangguk dan menghela napas panjang. “Jangan cepat emosi. Harusnya sebagai Istri, kamu cari tahu dulu persoalan Suami kamu. Revan kan pasti menjelaskan.” Sofie menoleh pada Vonny dan mengernyitkan keningnya. “Kok Mama malah belain Mas Revan sih? Udah jelas-jelas dia selingkuh, Ma! Selingkuhannya itu bahkan sudah hamil!” “Selingkuh sama siapa? Kamu tahu orangnya?” Sofie mengangguk. “Dia itu kolega bisnisnya Mas Revan, Ma! Siapa lagi!” sahut Sofie begitu kesal dan emosi. Ia bahkan sampai sedikit menaikkan nada bicara pada orang tua. Begitu menyadari, Sofie langsung minta maaf. “Maafkan nada suaraku, Ma. Aku gak bermaksud buat marah-marah sama Mama,” ucap Sofie dengan nada rendah. Vonny masih tenang dan sedikit tersenyum angkuh. “Mama tahu kamu emosi. Tapi kamu juga harus bisa melihat dong dari sisi Revan.” Kening Sofie mulai mengernyit lagi. Ia menoleh pada Vonny yang berusaha menjelaskan pendapatnya pada Sofie. “Maksudnya Mama meminta aku membiarkan saja semua ini?” “Bukan. Mama ingin kamu tenang dan bisa berpikir jernih. Gak semua yang kamu sangkakan itu benar, Sofie. Bisa saja salah. Bisa jadi kamu salah tuduh, iya kan?” Sofie terdiam dan memalingkan wajahnya ke arah lain. “Segala kemungkinan bisa saja terjadi, Sofie. Bukan berarti Revan berselingkuh, bisa jadi itu cuma pikiran kamu saja,” sambung Vonny mulai terlihat membela anaknya. Sofie makin mengernyit lalu sekilas mengurut keningnya. “Kayaknya gak mungkin deh, Ma. Aku lihat sendiri bagaimana Mas Revan ciuman sama perempuan itu!” sanggah Sofie mulai merasa dipojokkan. “Mata itu bisa saja salah, terlebih kalau kamu emosi. Kamu sudah bicara sama Revan?” Sofie mengangguk. “Tapi dia gak mau ngaku!” “Ya karena dia gak bersalah!” sahut Vonny mulai sengit membela putranya. “Kalau Mama menemukan hal seperti itu, apa yang Mama pikirkan? Apa Mama gak berpikir kalau Mas Revan selingkuh?” Sofie yang mulai kesal balas membalikkan pertanyaan pada mertuanya itu. “Gak, Mama lebih berpikir kalau bisa saja Revan khilaf!” Sofie mendengus kesal dan membuang wajahnya ke arah lain. Ternyata tidak ada gunanya ia mengadu. Ibu mertuanya pasti akan membela putranya. “Mama membela Mas Revan untuk perbuatan yang dilakukannya? Mas Revan itu selingkuh, Ma!” “Kamu gak punya bukti yang kuat, Sofie. Lagi pula Revan-nya saja gak mengaku.” Sofie menarik napas dan memejamkan matanya sejenak. “Lalu aku harus bagaimana? Apa aku harus cari bukti biar Mama percaya?” Vonny malah tersenyum dan memegang pundak Sofie. “Sofie, kamu adalah seorang istri pengusaha terkenal. Revan itu sedang berada di puncak kariernya sekarang. Wajar kalau banyak orang yang ingin memfitnah dia. Apa kamu gak berpikir kalau ini adalah salah satu cara pesaing bisnisnya merusak reputasi dia?” tukas Vonny mencoba memberikan alibi. Sofie terdiam sambil mencoba mencerna sekalipun ia tidak bisa. Rasanya alibi yang diberikan oleh Mama Vonny makin tidak masuk akal. “Kamu harusnya lebih berkonsentrasi bagaimana caranya agar kamu bisa hamil. Kalian sudah menikah selama lima tahun tapi belum memiliki anak sampai sekarang. Kalau Revan akhirnya malah mencari istri kedua, kamu yang rugi!” tambahnya lagi. “Aku sudah mencoba mengajak Mas Revan untuk periksa ke dokter, Ma. Tapi dia selalu menolak,” jawab Sofie memberikan alasannya. “Ya jelas dia gak mau. Itu sama dengan kamu mengatakan kalau yang mandul itu Revan!” sanggah Vonny mulai sengit. Ia seperti tersinggung dengan apa yang diucapkan oleh Sofie. “Tapi kan kalau kami berdua gak diperiksa, kita gak pernah tahu masalahnya apa.” “Mama yakin masalahnya bukan sama Revan,” cetus Vonny memotong cepat. Sofie menarik napas panjang. Ia memang akan selalu jadi pihak yang dicurigai mandul oleh banyak orang. “Sofie, dari pada kamu menyalahkan Revan menuduhnya berselingkuh, ada baiknya kamu yang berpikir dan memperbaiki diri. Suami itu gak akan pergi dari rumah kalau dia mendapatkan semuanya dari istrinya.” Sofie kembali menatap Vonny dengan mata berkaca-kaca. Oh Tuhan, bahkan mertuanya yang ia sangka baik itu kini ikut menyalahkannya. “Mama ngomong seperti ini karena gak mau kalian berantem untuk hal yang gak penting seperti ini. Kalau sedikit-sedikit kamu mengadu, Revan bisa marah sama kamu dan Mama.”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD