Bab 2. Pesta Yang Riuh

1065 Words
Setelah pertengkaran itu, Revan ternyata tidak pulang ke rumah. Sofie yang menunggu sampai malam terus menghubungi Revan, tetapi suaminya tak kunjung menjawab panggilan teleponnya. "Kamu sebenarnya ke mana sih, Mas? Kenapa kamu nggak pulang?" Sofie merasa cemas. Wanita itu terlihat mondar-mandir di kamar sambil sekali mengusap kasar rambutnya. Jelas sekali terlihat jika Sofie benar-benar bingung karena tak biasanya Revan pergi sampai tak pulang ke rumah. Di tengah rasa cemas yang kian mengusik, tiba-tiba dering ponsel terdengar. Sofie langsung melihat, berharap itu adalah panggilan telepon dari Revan. "Stevie ... untuk apa dia telepon?" Sofie sebenarnya enggan menjawab. Mood-nya saat ini sedang buruk dan tidak ingin sahabatnya itu sampai tahu. Namun, sebelum panggilan itu terputus, Sofie pun akhirnya menjawab. "Ya, halo, Stev. Ada apa?" "Sofie, lo harus ke Paradise Senopati, suami lo tuh ada di sana! Jadi, dia nggak pulang ke rumah karena lagi sama selingkuhannya, Sof." Sofie terperangah seperti baru saja ditimpa oleh bongkahan batu besar di atas kepalanya. Kabar dari Stevani seakan-akan membenarkan apa yang ditemuinya kemarin. Semakin mempertegas bahwa Revan memang selingkuh di belakangnya. “Jangan bercanda, Stev! Lo emang tahu dari mana kalau Mas Revan ada di sana? Lo salah kali, Mas Revan nggak begitu kok." Sofie coba menguatkan hati, meski saat ini rasa sakit seakan begitu dalam menusuknya. Ia masih coba mengelak, membela suaminya, walau setengah hatinya mulai percaya saat teringat apa yang kemarin ia temui di dalam mobilnya. “Lo harus percaya sama gue, Sof. Gue tahu dari Mas Ferry. Sekarang lebih baik lo cepat ke sana! Lo labrak suami gak tahu diri itu!” Kedua lutut Sofie seperti kehilangan tenaga. Detak jantungnya kian tak beraturan saat mendengar semua itu. "Apa benar, Mas? Kalau memang benar, kenapa kamu tega ngelakuin semua ini sama aku?" Sofie coba mengatur napasnya. Dengan tertatih, ia pun segera berjalan ke bawah tanpa sempat mengganti pakaian. Setibanya di halaman rumah, Sofie langsung meminta sopir pribadinya untuk mengantar ke klub malam yang dimaksud. Rasanya begitu sakit, membayangkan apa yang akan dilihatnya nanti setelah sampai di sana. Sofie tidak membuang waktunya untuk segera masuk ke dalam klub tersebut. Surga dunia segera terpancar dari salah satu klub malam yang mahal sewaktu Sofie masuk. Sofie tak peduli dan dengan sisa tenaganya mencari sang Suami yang tengah bersenang-senang merayakan ulang tahun Astrid, kekasih simpanannya. Di parkiran, mobil mewah Jericho Danish yang sedang mencari Astrid─kekasihnya. Richo menarik napas panjang melirik pada klub malam Paradise tempatnya ingin menghabiskan waktu malam ini. Lebih dari itu, Richo ingin bertemu dengan Astrid untuk sekali lagi meminta maaf sekaligus memberikannya kado. Ia pun keluar dari mobil dengan sebuah kado spesial untuk gadis yang sudah mencampakkannya. Tuhan membukakan jalan Ayu untuk bertemu dengan Revan setelah ia naik ke lantai atas. Seolah matanya ditunjukkan pada pengkhianatan sang suami. Begitu Sofie naik ke lantai dua, suasana pesta langsung terlihat. Meskipun dari awal klub malam adalah tempat berpesta, tetapi di lantai itu berbeda. Semakin langkah Sofie mendekat, semakin ia melebarkan mata dengan napas tercekat. Revan dengan leluasa menciumi seorang wanita yang tidak lain adalah selingkuhannya di tengah perayaan pesta ulang tahun. Kue ulang tahun berdampingan dengan makanan lain, bir dan minuman beralkohol lainnya. “Mas! Mas Revan!” teriak Sofie di depan Revan yang baru saja memberi cumbuan mesranya pada Astrid. Bunyi musik yang terlalu besar menghalangi suara Sofie. Dengan marah, Sofie mengambil satu botol bir lalu melemparkannya hampir nyaris mengenai Astrid. Revan kaget dan menoleh. Seluruh tamu diam seketika menoleh pada Sofie. “S-Sofie!” ucap Revan terbata-bata dan kaget. Sofie benar-benar kehilangan kendali pada dirinya. Ia seolah melihat gelap dan tidak bisa lagi berpikiran lurus. Astrid benar-benar terkejut dan tidak menyangka. “Kamu memang b******k, Mas!” teriak Sofie masih bersaing dengan suara musik dari lantai bawah yang tidak berhenti berdentum kencang. Revan tidak membalas. Ia seperti mematung dan tidak tahu harus berbuat apa. “Kamu selingkuh sama perempuan murahan ini. Ternyata kamu cuma bohongi aku!” Sofie langsung memaki dan menunjuk Astrid dengan penuh amarah. Astrid tidak terima dan malah membalas Ayu. “Heh, elo tu yang murahan! Seenaknya ngatain orang!” bentak Astrid membalas Sofie sambil menunjuk wajahnya. Ia sudah akan maju dan Sofie yang kalap langsung meringsek ke depan menjambak rambut panjang Astrid yang tergerai. Revan seketika panik karena tidak bisa mengantisipasi kejadian itu dengan cepat. Sofie mengamuk dengan menarik Astrid sementara Revan mencoba melerai. “Lepasin dia! Sofie, lepasin!” bentak Revan mencoba membela Astrid. Astrid yang kalah kuat hanya menjerit-jerit mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Sofie. Suasana langsung berubah kacau. Karena marah, Sofie tak sengaja mendorong Astrid sampai terpental cukup keras. Astrid pun tersungkur ke belakang. Revan yang panik dan marah lalu menampar Sofie dengan keras dan mendorongnya sampai terpental ke lantai. Di saat yang sama, Jericho naik ke lantai dua tempat pesta itu berlangsung dan sontak membesarkan mata. Saat kakinya naik, saat itulah Sofie terpental di depannya dan ia langsung menangkapnya. Sofie terengah dan kesakitan. Ia menangis dan lalu menaikkan wajahnya. Sementara Richo yang kaget juga melihat atas Sofie yang dipeluk tak sengaja. Ia hanya diam mematung tidak tahu apa yang terjadi. “Kamu gila ya! Ngapain kamu datang kemari buat nyakitin orang lain!” bentak Revan menunjuk Sofie dengan marah. Musik yang berdentum makin rendah dan akhirnya dimatikan. Kini semua mata pengunjung tertuju pada lantai atas itu. Entah apa yang terjadi sampai keributan itu sudah mengarah pada kekerasan. Revan bahkan tidak peduli jika kedua lengan Jericho sedang melingkar pada tubuh istrinya. Jericho masih mencerna atas apa yang dilakukan oleh Revan tapi ia belum tahu jika yang dipeluknya tak sengaja adalah istri Revan. “Hei, lo gak punya harga diri mukul perempuan kayak gini?” hardik Jericho dengan wajah marah. Perlahan ia melepaskan Sofie yang memegang pipinya. “Diem lo. Ini bukan urusan lo!” balas Revan tak kalah galak. Astrid yang melihat Jericho langsung pura-pura kesakitan dan meminta tolong pada Revan. Ia terus mengeluh sakit pada perutnya yang ditendang tak sengaja oleh Sofie. “Mas, tolong Mas! bayi kita, Mas!” ucapnya meringis kesakitan. Revan pun langsung panik dan segera menolong Astrid. “Kamu gak pa-pa, Sayang? Perut kamu ga pa-pa kan? Ayo kita ke rumah sakit!” ajak Revan lalu menggendong Astrid. Astrid makin merekatkan diri pada Revan. Ia melirik pada Sofie yang bengong di posisinya dengan mata berair, Astrid menyeringai kemenangan sambil memeluk Revan. Jericho yang melihat kekasihnya kesakitan dan akan dibawa pergi oleh Revan langsung beranjak mendekat. “Tunggu Astrid, kamu gak apa-apa? Sayang, Astrid!” ujar Jericho mencoba mengejar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD