"Sialan, kau Frasco! Aku tahu kau punya masalah dengan Kaivan. Tidak bisakah kau kesampingkan dulu masalahmu dengannya?!" seru Levin tersulut emosi.
Frasco menghentikan langkahnya lalu berbalik. Ia mengangkat sebelah ujung bibirnya melayangkan senyuman sinis.
"Dengar! Urusanku dengan Kaivan tidak bisa dikesampingkan. Dan, kau! Siapa kau bisa bicara seperti itu padaku!!"
Levin mengepalkan tinjunya dan siap menghajar Frasco, namun Elina menghalanginya. "Sudah, Levin. Kita tidak bisa mengharapkan bantuan dari pria berhati batu sepertinya. Kita pergi saja.”
Elina menarik tangan Levin. Ia membiarkan pria itu berdiri di sampingnya.
"Aku akan membantumu, Sayangku. Tapi, dengan syarat," balas Frasco tersenyum sinis. Ia melirik Levin, kemudian berjalan mendekati Elina.
"Apa syaratnya, Frasco?" tanya Elina.
"Ada, sayangku. Nanti aku akan menghubungimu, personally," balas Frasco setengah berbisik kepada Elina.
"Berengsek kau, Frasco!" sarkas Elina.
Frasco tersenyum senang melihat Elina mulai meninggikan suaranya. Tatapan keemasannya menggoda Elina. "Kau seksi sekali kalau sedang marah.”
Levin meraih lengan Frasco. Pria berambut pirang itu mencoba mendorong tubuh Frasco. "Frasco kau sungguh keterlaluan! Kau tidak hanya tidak sopan tapi juga sudah melecehkan Elina!"
"Sudahlah, Levin, kita pergi dari sini. Tidak ada gunanya kita disini," ajak Elina.
Elina dan Levin pun akhirnya meninggalkan Frasco. Sepanjang perjalanan mereka, Levin dan Elina masih membicarakan jalan keluar untuk masalah yang dihadapi Kaivan. Elina dan Levin kembali menemui Panji di kediamannya.
"Pak Panji, kami tidak berhasil membujuk Frasco. Frasco bersikeras tidak mau membantu Kaivan. Bagaimana ini?" Levin hampir frustrasi.
"Hanya itu jalan satu-satunya, Levin. Aku sudah mendapat laporan forensik bahwa Nona Linda tewas sekitar lima jam sebelum mayatnya ditemukan tetangganya. Berdasarkan laporan kepolisian, Nona Linda ditemukan sekitar jam 06:00 pagi. Itu artinya pembunuhan terhadap Nona Linda dilakukan sekitar jam 00:00-01:00 dini hari. Tapi, Ada satu yang memberatkan. Sidik jari Kaivan terdapat di pintu yang rusak. Hal itu terkesan bahwa Kaivan sengaja melakukan pengrusakan untuk menghabisi Linda," kata Panji.
"Jam 01:00 pagi Kaivan sudah ada di rumah, Om. Kaivan pulang sekitar jam 00:00 tengah malam. Apa itu alibi yang cukup untuk meyakinkan pihak yang berwajib untuk membuktikan bahwa Kaivan tak bersalah?" tanya Elina.
"Elina, bukti itu belum cukup kuat. Kita butuh Frasco untuk bisa meyakinkan pihak yang berwajib dengan keterangannya. Kita butuh bukti bahwa kerusakan pintu itu dilakukan di hadapan Linda sendiri tanpa paksaan," balas Panji.
Sial! Frasco bahkan tidak mau membantuku sama sekali. Walau bagaimanapun aku harus bisa meyakinkan Frasco untuk memberi kesaksian bahwa malam itu dia bersama Kaivan. Aku tidak mau melihat Kaivan dipenjara. Aku mencintainya, batin Elina.
"Elina, aku akan selalu membantumu. Aku sudah menganggap kau dan Kaivan seperti saudaraku sendiri," kata Levin menenangkan Elina.
"Aku tahu, Levin. Kau selalu membantu kami. Aku sangat berterima kasih," balasElina.
Elina bertekad akan melakukan segala cara untuk menekan Frasco agar memberikan kesaksiannya pada pihak berwajib untuk membebaskan Kaivan dari segala tuduhan. Hari ini dia cukup merepotkan Levin. Dia tidak ingin Levin terbebani dengan kasus yang menimpa suaminya.
****
Malam itu Levin kembali ke London karena ada urusan bisnis yang urgent untuk ditangani dan dia berjanji bahwa minggu depan dia akan kembali menemui Elina.
Elina membuka pintu kamar Satria. Ia memandangi wajah Satria yang sudah tertidur pulas bersama Bi Tini yang meringkuk di samping bocah itu. Bagaimana kalau sampai Frasco tidak mau bersaksi dan ayahnya harus mendekam di dalam penjara? Apa yang harus Elina katakan pada Satria? Apa yang akan dihadapi pria kecil yang ada di hadapannya kelak? pikirnya. Semua pertanyaan itu bergulir dan memenuhi kepalanya. Tidak terasa air matanya mengalir deras. Dia terisak membayangkan apa yang akan terjadi pada Kaivan, dirinya, dan juga Satria jika keberuntungan tidak berpihak pada mereka.
Nada notifikasi dari ponsel Elina berdering, Elina melihat tanda pesan pendek. Tidak ada nomor tertera hanya ada pesan bertuliskan:
“Kau mau Kaivan dibebaskan? Datanglah padaku.”
Elina mengerutkan dahi. Otaknya berputar mencari jawaban, siapa pengirim pesan misterius itu? Sekelebat bayangan Frasco muncul. Ia teringat perkataan Frasco tadi siang bahwa dia akan membantu Elina tapi dengan syarat tertentu. Mungkin ini pesan dari Frasco, pikirnya. Elina bergegas mengambil kunci mobil lalu melajukan kendaraannya itu menuju kediaman Frasco.
"Frasco! Keluar kau!" teriak Elina.
Tak lama Frasco muncul sambil menuruni tangga ruang utama rumahnya.
"Sayangku, Elina. Kau masih bersikeras agar aku bisa membantu suami tercintamu itu?" tanya Frasco.
"Frasco, apa pun syaratmu akan kulakukan asal kau mau memberikan kesaksian pada pihak berwajib kalau Kaivan malam itu ada bersamamu.” Elina memaksa.
"Hmm... kau sungguh keras kepala rupanya. Aku bahkan belum memikirkan apa syaratnya? Sebentar aku pikirkan dulu." Frasco tersenyum puas sambil meletakkan ujung telunjuk di pelipisnya.
"Frasco, please!" pinta Elina sendu. Matanya mulai berkabut melihat pria yang berdiri di hadapannya seolah-olah sedang mempermainkannya.
"Sayang, kau tidak boleh menangis di hadapanku atau aku tidak akan memikirkan satu syarat pun untukku menolong Kaivan tersayangmu itu," balas Frasco.
Langkahnya terhenti di hadapan Elina. Pria itu menatap wajah muram Elina. Matanya hampir tak berkedip memandangi wajah cantik Elina.
"Aku sudah menemukan syaratku, Elina sayang," bisik Frasco.
"Apa? Katakan. Aku akan melakukan semua syaratmu, Frasco," balas Elina.
Frasco tersenyum penuh kemenangan. Dia meraih tangan Elina lalu membawa istri Kaivan itu menaiki tangga menuju satu ruangan megah, kamar pribadi Frasco.
"Frasco, ke mana kau akan membawaku?" tanya Elina.
"Ke sini," jawab Frasco membuka pintu ruangan yang terlihat sangat megah dengan nuansa biru muda. Yang dipenuhi perabot lux dengan desain interior berwarna senada. Tampak sebuah tempat tidur bergaya klasik yang sangat elegan di tengah ruangan itu.