Aku membalikkan badan saat melihat Kak Iman dari kejauhan, mengurungkan niat untuk meneruskan langkah menuju kantin, memutar haluan mencari jajanan di tempat lain. Nadin dan Nadia mengikuti, walau kuyakin mereka belum menyadari. Aku pun memilih kedai bakso sebagai gantinya. Teman kembarku ini tak pernah mempermasalahkan apa yang menjadi pilihanku. Mereka akan turut ikut walau nantinya banyak tanya karena yang kulakukan tak sesuai rencana. "Kenapa jadi ke sini?" tanya Nadia mulai tak sabar mencari tahu alasanku. "Hehe … biasa." "Kak Iman?" sahut Nadin bertanya. "Ya. Jasnya masih ada di aku, lupa terus mau balikin. Tadi pagi ketemu, dia nagih. Makanya aku menghindar takut kena tagih lagi!" "Queen … Queen … idolanya banyak pria!" "Aku? Haha yang benar itu, buronannya banyak pria. Seper