PERINGATAN!
Mengandung adegan dewasa yang 'itu'!
Mohon bagi yang belum cukup umur atau belum layak membaca bacaan seperti ini agar skip saja, ya!
Langsung lompat ke bab 8 saja!
Cerita ini hanya rekaan dan imajinasi penulis, mohon agar tidak mengikuti hal-hal buruk dalam n****+ ini!
Karena imajinasi tak seindah kenyataan!
Terima kasih!
____________________________________
"Apa? Siapa maksudnya? Apa kau sudah punya kesukaan yang baru?" Kiriko merasa tak nyaman mendengar hal tak mengenakkan hati itu. Rasa cemburu diam-diam merasuki hatinya ibarat virus yang merusak, meski ia tahu jika berkencan singkat dengan lelaki itu adalah sebuah risiko yang harus diambilnya. Ia tak senang dengan hal itu, merasa disisihkan dan dibuang.
"Kenapa? kau cemburu?" Ryuhei melepas dominasinya pada Kiriko, wajahnya terlihat muak.
Menyadari kesalahannya, perempuan itu segera mendekat padanya.
"Tidak. Aku tidak cemburu, kok!" kedua tangannya dikalungkan pada leher lelaki itu, tersenyum selebar mungkin menyembunyikan kegugupannya. Takut jika ia tak bisa bertemu lagi dengannya untuk selamanya.
Ryuhei tersenyum tipis.
"Aku tidak suka perempuan yang cemburu jika ia ingin tidur denganku," tangan kanan Ryuhei mengelus punggung Kiriko, sementara tangan kirinya ternyata sudah berada di balik handuk kimono perempuan itu, menekan 'milik' bagian paling sensitif Kiriko paling bawah hingga mendesah nikmat.
"Ah..." mata Kiriko terpejam menikmati gerakan tangan Ryuhei di bawah sana.
Ryuhei merendahkan lehernya dan berbisik di telinga kiri sang wanita, "jika kau terus menunjukkan sikap cemburu, di bawah sini tak akan bisa merasakan kehangatan dan kenikmatan dariku lagi," jari tengah kirinya menusuk pelan bagian pribadi Kiriko tapi bukan di bagian paling dalam, lalu menggerakkannya dengan perlahan hingga menghasilkan gesekan yang mengirimkan sensasi geli dan nyaman pada perempuan itu.
Tubuhnya bergetar hebat oleh gerakan kecil bertenaga tersebut. Lembut dan kuat seperti sosis kecil bermain di sana. Kedua kakinya tiba-tiba lemas. 'Bagian itu' sudah mulai terasa panas dan basah. Ia menggigit bibir menahan hasratnya, kedua tangannya merangkul erat leher Ryuhei.
"Aku tidak akan pernah cemburu, Ryuhei! Janji! Kau boleh tidur dengan siapa pun! Tapi jangan pernah meninggalkanku," pintanya dengan suara lirih, dan sedikit ada nada mendesak dan memerintah. Matanya terpejam menikmati gesekan lembut di bawah yang semakin membuat otot-otot tubuhnya mengendur rileks. Ia tak ingin main sekarang, tapi sudah keburu diterkam oleh serigala mempesona itu. Pikirannya tiba-tiba runtuh, merelakan dirinya berada dalam bahaya sekali lagi.
Di luar harapan Kiriko, ketika jari tengah Ryuhei nyaris memasuki bagian paling dalam perempuan itu, ia menarik tangannya dan mendorong perempuan itu dengan kasar.
"R-Ryuhei? Apa aku melakukan kesalahan lagi?" perempuan cantik itu gelagapan, matanya tersirat kebingungan seolah meminta pertolongan untuk menyelamatkan nyawanya dari kegilaan yang menjeratnya.
Lelaki itu terdiam. Matanya dingin sekali. Tak ada keramahan dan kebaikan sama sekali di wajahnya.
"Dua hal yang tak aku sukai dari kencan singkat. Satu, sifat cemburu. Dua, aku tak suka diperintah," ia mengucapkan kalimat ini dengan nada bicara setenang air tapi menusuk, kepalanya didongakkan miring dengan angkuh dan dinginnya. Menjulang tinggi menakutkan di mata lawan bicaranya.
Kiriko tampak panik, ia tak tahu harus berbuat apa. Kedua bola matanya bergetar, dan terjangan hasrat yang menggantung sebelumnya membuat perasaannya jungkir balik. Ia ingin lelaki itu!
Sekarang juga! Tapi, tapi... ia murka padanya? Baru kali ini ia melihat lelaki itu murka dengan begitu menakutkan hatinya. Sudah hampir setahun mereka berkenalan, tapi sosok ini tak pernah dilihatnya.
Tiba-tiba, hatinya menjadi dingin menyakitkan, air matanya ingin merebak.
"Ja-jangan tinggalkan aku, Ryuhei. Aku—aku tidak akan menuntut apa-apa! Tidur bersamamu sesekali saja sudah membuatku bersyukur," keningnya bertaut sedih dengan mata berkaca-kaca.
Tapi Ryuhei masih bersikap dingin. Hatinya sama sekali tak tersentuh.
Semua teman kencan singkatnya tak ada arti yang istimewa baginya. Mereka hanya alat pemuas nafsu, dan sudah dikatannya beberapa kali sebagai peringatan sebelum mengajak mereka main bersama.
"Aku minta maaf! Maafkan aku! Kumohon! Aku akan melakukan apapun yang kauminta!" kedua tangannya dijalin di depan dadanya, gemetar.
"Satu lagi yang aku benci saat kencan singkat, air mata yang tumpah dengan tatapan memelas dan mengiba. Itu membuatku jijik!" ucapnya dengan nada dingin dan tajam, ia berjalan melewati Kiriko menuju kamar mandi, seolah perempuan itu tak ada di sana.
Kiriko membeku di tempatnya, pipinya kini basah oleh air mata yang mengalir pelan turun hingga ke dagunya, pupil matanya mengecil dan berguncang. Ia tak bisa berkata-kata, tenggorokannya seolah tersangkut sesuatu, sulit untuk menelan.
"R-Ryu-Ryuhei!" ia bergegas mengejar lelaki itu ke kamar mandi, membuka pintu hingga memperlihatkan sosok dingin itu mengguyur dirinya di bawah pancuran air yang hangat.
Jantung Kiriko berdetak hebat, ia menelan air liur gugup.
Seksi sekali! batinnya terpesona saat menatap ekspresi sensual dan dingin milik Ryuhei yang tengah menatapnya angkuh di bawah guyuran air.
"Apa kau tak punya tangan? Ketuk dulu baru masuk!" keningnya bertaut tak senang.
Kiriko gemetar di sekujur tubuhnya. Bukankah tak apa-apa? Mereka, kan, sudah sering tidur bersama? Kenapa ia semarah itu hanya karena membuka pintu tanpa mengetuk?
Ia tak menyangka lelaki yang sangat hebat menggoda nafsunya itu bisa menjadi sedingin ini, namun
pikiran takutnya yang semula menguasainya tiba-tiba tergantikan oleh perasaan menantang.
Pemandangan di depan matanya membuat panas di tubuhnya naik. Tenggrorokannya menjadi kering.
"Ryu-Ryuhei... A-aku..." kakinya perlahan memasuki bagian pertama kamar mandi, di seberang pintu bersekat itu ia bisa meraih keinginan indahnya, memeluk punggung lebar itu!
Ryuhei melirik pelan ke lantai, mengamati gerakan kaki takut-takut si wanita. Samar-samar, ia tersenyum tipis yang licik.
Keran air dimatikan, tetesan air jatuh dari ujung rambutnya. Badannya yang tegap dan kokoh berkilau di bawah lampu kamar mandi.
"Kau bilang kau akan melakukan apa pun yang aku minta. Benarkah itu?" Ryuhei berbisik dengan suara rendah yang seksi.
Perempuan itu mengangguk dengan cepat, sangat cepat hingga mungkin lehernya bisa cidera berat karena terlalu bersemangat dibuatnya.
Ah! Ryuhei-ku yang liar dan menyiksa jiwaku! batinnya dengan pikiran mes*m yang semakin menggila, ia mendesah panjang sekali dengan uap keluar perlahan dari mulutnya. Bagian bawahnya sudah sangat basah seperti bendungan jebol, perlahan menuruni pahanya dengan sensasi hangat yang menggetarkan setiap syaraf tubuhnya. Otaknya panas seolah ingin meledak! Bagian pribadinya berdenyut hebat, bersaing dengan irama jantungnya yang semakin berdentum keras hingga ke telinganya.
"Aku akan melakukan apa pun yang kau minta! Tolong maafkan, aku!" mata perempuan itu sudah menjadi sedikit sayu, ia bergerak tertatih menuju pintu sekat di bagian terdalam menuju tempat shower tersebut.
Ryuhei tersenyum dingin.
"Bagus. Kalau begitu kemarilah! Aku akan menyiksamu karena sudah membuatku menjadi marah," tangan kirinya yang memiliki jari-jari panjang yang lentik dan indah terulur pelan dengan gerakan anggun seolah ingin mengajaknya berdansa. Ia memberikan senyum tipis yang menggoda dan berbahaya, dari tubuhnya seolah terpancar cahaya kuat yang menyilaukan mata perempuan mana pun dan menjadi buta.