Bab 10

2433 Words
Hari ini, sejak pertama Mesya membuka mata, jantungnya selalu berdebar tidak nyaman. Seperti ada sesuatu yang tidak benar. Padahal, Mesya tidak melakukan kesalahan apapun. Pada akhirnya, karena Mesya merasa gelisah terus-menerus, Adrel memutuskan untuk tidak masuk ke kantor. Hari ini Dira katanya akan datang, Mesya sudah berencana untuk menjemput kakaknya di bandara. Sebenarnya rencana awal hanya dia yang akan menjemput, tapi karena Adrel merasa khawatir dengan keadaan Mesya yang sedikit aneh pagi ini, akhirnya Adrel memutuskan untuk menemaninya. Sayangnya, sekalipun ada Adrel di sampingnya, Mesya tetap merasakan jika jantungnya terus berdetak tidak nyaman. Sebenarnya Adrel sudah menawari untuk melakukan pemeriksaan dulu ke rumah sakit, tapi mengingat jika mereka sudah hampir terlambat, akhirnya Mesya menolak. Mungkin jika keadaannya tidak kunjung baik hingga nanti sore, Mesya baru akan datang ke rumah sakit. “Kamu beneran nggak pa-pa, Sya?” Adrel terlihat masih khawatir dengan keadaan Mesya. Untuk sesaat juga Mesya bertanya pada dirinya sendiri, apa dia benar baik-baik saja atau tidak? Karena jika sudah menyangkut jantung, sejujurnya Mesya juga merasa sedikit khawatir. Salah satu penyebab bapak menyusul ibu berpulang adalah karena bapak memiliki riwayat penyakit jantung. Bapak tidak akan bisa menahan keterkejutannya karena ditinggal oleh ibu. Jadi Mesya selalu merasa khawatir dengan penyakit itu. “Kayanya nggak pa-pa. Kalau sampai nanti sore belum baik, kita baru ke rumah sakit..” Mesya mencoba meyakinkan Adrel dan juga dirinya sendiri. Sekarang sudah hampir pukul 8 pagi. Katanya Dira akan mendarat pukul 7:30. Itu artinya Mesya dan Adrel sudah sangat terlambat. Jika lalu lintas normal, mereka mungkin baru akan sampai di bandara sekitar 30 menit lagi. Tapi jika jalanan ramai seperti ini, entahlah.. mungkin Dira harus menunggu lebih lama. Mesya jadi merasa tidak enak karena di hari pertama kedatangannya saja Dira sudah harus mendapat penyambutan yang kurang menyenangkan. Mesya harap kakaknya tidak marah dan tersinggung karena hal ini. “Kamu ini kenapa ya? Nggak biasanya seperti ini..” Sama seperti Adrel, Mesya juga sebenarnya kebingungan. Dia terbangun dengan keringat yang membuat bajunya basah. Juga jantungnya yang berdetak dengan sangat tidak normal. Tadi pagi sebenarnya lebih parah, saat ini sudah sedikit lebih baik. Mesya harap ketika nanti siang, keadaannya juga akan bertambah baik. Dia tidak ingin terjadi masalah dengan kesehatannya. “Aku juga nggak tahu. Padahal sejak kemarin aku juga tidak makan sesuatu yang aneh” Kadang, Mesya memang sedikit sensitif mengenai makanan. Dibandingkan dengan Adrel, Mesya lebih sering alergi terhadap sesuatu. Teringat jelas saat dimana dia makan sate ayam di pinggir jalan bersama dengan Adrel, keesokan harinya Mesya muntah-muntah dan tidak bisa bergerak dari tempat tidurnya karena keracunan. Sementara itu Adrel tampak sangat baik-baik saja padahal jelas-jelas mereka makan sate yang sama. Sejak saat itu Adrel jadi sangat protektif dengan apapun yang Mesya makan. Untunglah juga Mesya pandai memasak sehingga mereka tidak perlu terlalu sering makan di luar. Kalaupun harus makan di luar, maka Adrel akan memastikan tempatnya bersih dan makannya sehat. Pria itu juga tidak pernah lagi mengajak Mesya makan di pinggir jalan. Padahal salah satu kesukaan Adrel adalah mengeksplor food street. “Bener kamu nggak makan apa-apa? Kali saja ada makanan basi di rumah yang tiba-tiba kamu makan kaya biasanya..” Adrel bertanya sambil menggerutu. Terlihat jelas jika pria itu sebal dengan kebiasaan buruk Mesya. Mesya jadi tertawa pelan sambil mengarahkan tangannya ke pundak Adrel. Memukul pelan sambil tertawa geli. Astaga, Adrel selalu bisa membuat Mesya merasa lebih baik. Lihat saja, hanya dengan menggerutu seperti itu saja Mesya sudah bisa tertawa padahal sejak tadi Mesya selalu merasa tegang. Baiklah, begini penjelasannya.. Sejak kecil, Mesya selalu diajari untuk menghabiskan makanan yang ada di rumah. Jangan sampai menjadi basi dan di buang begitu saja. Dulu ibunya juga sering melakukan itu. ketika dia melihat ada kue yang ditumbuhi sedikit jamur, maka ibu akan memotong bagian itu lalu memakan bagian kue yang lain. Itu berlaku untuk semua makanan, padahal menurut Mesya makanan itu sudah basi, tapi bagi ibunya belum. Pada akhirnya ibunya yang menghabiskan makanan itu. Dulu Mesya selalu tertawa dan mengejek ibunya setiap kali wanita itu mulai makan makanan yang hampir basi. Tidak disangka jika sekarang dia juga seperti itu. Astaga, kebiasaan ibu semakin banyak yang menurun padanya. “Ya kan sayang kalau nggak dimakan, Adrel..” Mesya masih tertawa ketika melihat mimik wajah suaminya yang terlihat kesal. Adrel selalu marah dan mengomel ketika melihat Mesya makan makanan kemarin. Padahal bagi Mesya itu adalah hal yang biasa. Ya, meskipun Mesya pernah masuk rumah sakit selama 5 hari akibat keracunan s**u busuk. Entah apa yang ada di pikiran Mesya ketika dia memutuskan meminum s**u kemarin malam yang belum habis. Sekalipun memang ada sedikit bau busuk, Mesya tetap saja meminumnya. Menganggap jika bau busuk itu tidak akan menimbulkan masalah besar. Akhirnya? Ya, Mesya muntah-muntah dengan perut yang selalu teras sakit. Adrel membawa Mesya ke rumah sakit dan dokter mengatakan jika Mesya keracunan. Sejak saat itu Adrel selalu marah jika melihat Mesya makan sembarangan. Sebenarnya sifat buruk itu hanya Mesya lakukan pada dirinya sendiri. Mesya tidak pernah meminta Adrel makan makanan kemarin. Wanita itu yang akan diam-diam menghabiskannya. “Ya harusnya kamu lebih sayang tubuh kamu. Setelah kamu makan lalu kamu keracunan, kaya begitu yang kamu bilang sayang makanan?” Astaga, kenapa mereka malah bertengkar? Adrel memang selalu saja menyebalkan! Kadang rasa khawatir Adrel yang terlalu berlebihan justru akan dijadikan lelucon untuk Mesya. Adrel akan jadi marah dan kesal jika Mesya mempermainkan dirinya. Ya, begitulah yang selalu mereka lakukan selama 5 tahun ini. Hidup berdua.. hanya berdua. “Ihh, kenapa malah bahas masalah itu, sih? Jantung aku berdebar bukan karena keracunan, kok..” Mesya menatap Adrel dengan pandangan geli. Kemarin mereka tidak makan di luar. Juga tidak ada makanan sisa yang dimakan oleh Mesya. Jadi seharusnya dia tidak keracunan apapun.. “Ya sekalian aja. Biar kamu jadi kapok. Lagian aneh-aneh, makanan busuk masih aja dimakan” Mesya kembali tertawa. Kali ini sambil mendekatkan tubuhnya ke arah Adrel. Meletakkan kepalanya untuk bersandar di bahu suamnya. Rasanya menyenangkan. Mesya seperti kembali mendapatkan kekuatannya. Selama menikah dengan Adrel, selain pertengkaran kecil mereka yang kadang malah terdengar sangat menggelikan, Mesya sangat jarang menghadapi masalah. Kata orang, menikah adalah awal dari permasalahan yang baru, tapi bagi Mesya tidak. Sejak menikah dengan Adrel, hanya ada satu atau dua masalah serius yang mereka hadapi. Mesya berkata seperti ini bukan karena dia ingin mendapatkan masalah, tapi memang begitulah adanya.. bersama Adrel membuat Mesya jadi merasa terbebas dari segala masalah. Hanya ada satu masalah yang terus mengiringin kehidupan rumah tangga mereka selama lima tahun ini; mengenai kapan mereka bisa memiliki keturunan. Hanya ada satu hal itu saja yang terus menghantui diri Mesya. Membuatnya tidak tenang ketika malah hari. “Iya udah.. terserah kamu aja. Tapi aku emang nggak makan apapun..” “Terus kira-kira itu kenapa bisa jantungnya berdebar begitu?” Mesya tertawa pelan. Membuat Adrel khawatir adalah hal yang sangat menyangka. Pria itu tidak bisa mengendalikan diri jika mengenai Mesya. Adrel akan selalu menggerutu dengan ekspresi yang lucu jika Mesya sampai melakukan sesuatu yang membahayakan dirinya sendiri. “Kalau nggak berdebar, aku mati dong..” Mesya malah menjawab dengan santai. Menganggap jika kecemasan Adrel adalah hal yang patut dia tertawakan. Kadang kecemasan seperti inilah yang membuat Mesya merasa dicintai. Adrel akan menunjukkan jika pria itu khawatir padanya, Adrel peduli padanya. Kadang, orang sering salah sangka mengenai hubungan pernikahan dan pacaran. Ketika dulu masih pacaran, katanya akan sama-sama bersikap manis. Mengatakan rindu tanpa malu, mengatakan sayang tanpa segan. Menunjukkan kepedulian setia saat pada satu sama lain. Tapi sete;ah menikah, orang banyak yang mengabaikan kegiatan kecil seperti mengobrol berdua untuk mengungkapkan rindu satu sama lain. Atau saling menunjukkan kepedulian seperti saat sedang berpacaran. Orang yang sudah menikah cenderung jarang melakukan itu semua karena mereka mengira bahwa pasangan sudah mengerti apa yang dia pikirkan tanpa perlu mengatakan rindu. Tanpa juga menunjukkan mengatakan kekhawatiran seperti saat sedang berpacaran. Padahal salah. Sekalipun sudah menikah, tidak ada salahnya sama-sama mengatakan rindu. Justru semakin tidak salah ketika kita mengatakan kalimat panjang yang berisi tentang kekhawatiran. Tidak, setelah menikah semua itu sangat wajib mereka lakukan. Bukan malah sebaliknya. Karena merasa sudah menjadi pasangan, mereka jadi jarang mengatakan cinta, jarang juga menunjukkan kepedulian. Itu justru yang salah. Semua orang suka mendengarkan kata-kata manis. Tentu saja juga dengan pembuktian secara nyata. Memang, setelah menikah Adrel tidak sesering dulu dalam melemparkan gombalan untuk menggoda Mesya. Tapi sesekali suaminya masih melakukan itu. membuat Mesya kembali tersipu malu lalu akhirnya memutuskan untuk balik melancarkan serangan. Ikut menggoda suaminya dengan cara yang kadang-kadang sangat menggelikan. Tapi memang di situlah letak kelebihan antara menikah dengan berpacaran. Saat sedang berpacaran dulu, mana berani Mesya menggoda Adrel dengan tangannya yang bergerak nakal di seluruh tubuhnya. Adrel juga tidak akan berani menggodanya dengan kecupan di sepanjang leher dan wajahnya. Tapi setelah menikah, semuanya berubah. Iya, perubahan yang lebih baik tanpa meninggalkan kebiasaan lama yang baik. “Kamu enteng banget, ya, kalau ngomong..” Adrel menyentuh puncak kepalanya. Tampak kesal sekalipun tangan pria itu tetap bergerak untuk menyentuh puncak kepala Mesya. Menghembuskan napasnya sambil tersenyum ketika mendengarkan suara Mesya yang tertawa geli. Mereka menikmati semua ini. Selalu menikmati setiap momen yang mereka habiskan bersama. Dengan Adrel, Mesya selalu bisa mencari cara lain untuk menikmati waktu bersama mereka. Semuanya membuat Mesya selalu tersenyum dan bersyukur. Entah kebaikan apa yang pernah Mesya lakukan sehingga dia bisa memiliki suami seperti Adrel. “Udah, deh. Udah mau tua, juga.. ngapain kita mesra-mesra kaya anak pacaran?” Mesya mengangkat kepalanya. Menatap Adrel sambil tersenyum. Baru beberapa detik kemudian, Adrel sudah kembali menarik kepala Mesya. Membawa Mesya untuk kembali bersandar di bahunya. Pada akhirnya yang bisa Mesya lakukan adalah tertawa geli. Tapi wanita itu memang menikmati momen ini. Dulu saat pacaran, jangankan saling menyandarkan kepala seperti ini. Entahlah, Mesya juga sebenarnya tidak tahu kenapa dia bisa melupakan saat dia sedang berpacaran dengan Adrel. Memang ada banyak momen yang berputar di kepalanya, tapi jika diminta menjelaskan secara jelas, yang bisa Mesya katakan adalah; dia bingung. Dia tidak ingat. Karena memang begitulah adanya. Mesya tidak bisa mengingat momen ketika mereka berpacaran. Setelah Adrel datang dengan rombongan orang ke rumahnya, baru saat itulah Mesya bisa mengingat semuanya. Kejadian yang berlangsung setelah acara lamaran mereka, semua itu Mesya ingat dengan baik. Entahlah, Mesya sendiri bingung dengan dirinya. Sayangnya setiap Mesya bertanya pada Adrel, suaminya itu malah tertawa dan segera mengalihkan topik pembicaraan mereka. Itulah yang selalu membuat Mesya merasa kesal dengan Adrel. Pria itu membuat Mesya merasa penasaran.. “Kalaupun nanti kita udah tua, kita juga bakal tetep kaya begini. Kita ejek semua anak muda yang lagi jomblo” Kalimat yang diucapkan oleh Adrel membuat Mesya jadi tertawa. Pria itu, padahal usianya sudah 30 tahun, tapi lihat saja bagaimana kelakuannya. Tidak akan ada yang percaya jika tahun ini Adrel sudah kepala tiga, semua orang selalu menganggap Adrel sedikit lebih muda karena memang wajah pria itu sama sekali tidak menunjukkan pria berusia 30 tahun. Entah kenapa Mesya mereka, tidak.. bukan hanya Mesya.. Tapi banyak orang mengatakan jika Adrel memiliki wajah yang jauh lebih muda dari usianya. Dan itu memang benar.. “Iya, biar mereka jadi ketawain kita karena kaya orang tua yang nggak inget umur.” Adrel justru semakin tertawa. “Karena sekalipun kita tua, kita juga bakal tetep kaya begini, Sya. Nggak akan ada yang berubah..” Untuk sesaat Mesya tidak bisa mengatakan apapun lagi. Adrel sering memberikan kata-kata manis. Kadang Mesya hanya mengganggapnya angin lalu saja. Tapi, ketika keadaan di sekelilingnya sedang.. ya, begitulah, ini mengenai perceraian kakaknya. Ketika melihat ada satu lagi rumah tangga yang gagal, mendengar kalimat manis Adrel membuat Mesya merasakan hal yang berbeda. Seperti ada sesuatu yang mengalir dalam tubuhnya. Getaran menyenangkan yang membuat Mesya merasa nyaman. Laki-laki dihargai dari ucapan dan perbuatannya. Selama ini Adrel tidak pernah mengingkari janjinya. Sekali pria itu mengatakan akan membawa Mesya dalam kehidupannya, berusaha untuk selalu menyenangkan Mesya sekalipun mungkin sesekali mereka juga akan tetap bertengkar dan menghadapi masalah. Hingga saat ini, janji yang dibuat oleh Adrel selalu ditepati oleh pria itu. Sekalipun memang jarang menghadapi masalah yang benar-benar serius, mereka memang sering bertengkar. Tapi dibalik semua itu, sebenarnya Adrel adalah seorang pria yang bertanggung jawab. Dia menepati janjinya untuk selalu berusaha membuat Mesya bahagia. Tidak pernah sekalipun Adrel membuat Mesya menangis dengan sengaja. Kadang pertengkaran mereka sering kali membuat Adrel lepas kendali. Sebenarnya bukan masalah yang besar. Adrel tidak pernah membentaknya apalagi memukul dan melukai Mesya secara fisik. Tidak, tidak pernah. Mereka juga sangat jarang bertengkar selama lima tahun pernikahan. Tapi kadang, dalam setiap hubungan sudah pasti akan ada sebuah perselisihan kecil. Bagi seorang wanita yang sangat cengeng dan mudah menangis seperti Mesya, hanya dengan kata-kata Adrel yang sedikit tajam saja sudah berhasil membuatnya menangis. Ya, jika sudah seperti itu, Mesya akan kesulitan sendiri untuk menutupi tangisannya, sementara Adrel yang akan kelimpungan karena merasa bersalah. Ya, selalu seperti itu. Hubungan mereka dimulai dengan baik-baik. Mesya tidak ingin mengakhirinya selama dia masih hidup. Dua orang yang sudah disatukan oleh Tuhan tidak akan bisa dipisahkan oleh manusia. “Iya. Jangan pernah tinggalin aku, ya?” Adrel tersenyum lalu perlahan mendekatkan bibirnya untuk mengecup puncak kepala Meya. Tidak ada jawaban lain yang akan diberikan oleh Adrel karena Mesya sudah sangat sering mendengarkan jawaban dan juga janjinya. Wanita itu, selain membutuhkan kata-kata yang jelas, Mesya juga butuh pembuktian. Jadi dibanding memberikan jawaban yang hanya berupa kalimat biasa, Adrel lebih memilih untuk melakukan kontak fisik yang menunjukkan jawabannya. Mesya tersenyum. Dia tahu, sangat tahu seberapa besar cinta yang dimiliki Adrel untuk dirinya. Dia pun begitu, mencintai Adrel adalah hal terindah yang dia miliki. Bersama Adrel, Mesya jadi bisa merasakan kebahagiaan dari sisi yang lain. Yang awalnya tidak pernah diketahui oleh Mesya. Adrel membawanya ke dunia dari sisi yang lain. Membuat Mesya bisa melihat jika dari dunianya yang dulu, dunia yang satu ini jauh lebih besar. Akan ada banyak hal baru yang tentu saja akan sangat menyenangkan.. tapi juga akan ada masalah baru yang jauh lebih rumit dari yang dulu. Menyelaraskan isi kepala dari dua orang yang berbeda adalah hal yang sangat sulit. Tapi lihat mereka sekarang, lima tahun sudah berlalu dengan banyak pengalaman yang menakjubkan. Dan yang pasti masih akan terus berlanjut. Masih ada banyak hal menyenangkan yang akan mereka bagi bersama karena jika dibandingkan dengan rumah tangga lain, rumah tangga Adrel dan Mesya masih baru seumur jagung. Mereka masih belum benar-benar tahu apa saja yang akan mereka hadapi. Tapi itu sama sekali bukan masalah besar, seiring berjalannya waktu, Mesya yakin mereka akan semakin kuat. Mereka akan bertumbuh bersama, belajar bersama, dan tentu saja akan selalu menikmati kebersamaan mereka. Tidak banyak orang yang bisa mendapat suami seperti Mesya. Adrel adalah pria yang baik. Selain bekerja, Adrel juga tidak akan malas untuk membantu Mesya memasak dan membersihkan rumah. Sering kali kalau pembantunya tidak bisa hadir, malah Adrel yang akan menyetrika bajunya Mesya. Menurut Adrel, membersihkan rumah dan menyiapkan segala keperluan adalah tugas mereka berdua. Jika Mesya mau melakukan itu, berarti Adrel juga harus melakukan hal yang sama. Mereka berdua yang harus bekerja sama untuk melakukan itu semua. Sementara itu, untuk masalah mencari uang, itu adalah kewajiban Adrel seorang. Jika memang Mesya mau membantu, itu adalah hak Mesya. Tapi jika tidak, Adrel juga tidak berhak untuk memaksanya. Ya, begitulah aturan yang selama ini mereka lakukan. Dan baik Adrel maupun Mesya, tidak akan yang keberatan dengan semua itu. Mesya tersenyum. Bersama Adrel adalah anugrah terindah yang dia miliki. Dan satu hal lagi.. tanpa sadar debaran tidak nyaman di dadanya mulai menghilang. Kali ini Adrel kembali berhasil membuat Mesya menjadi jauh lebih baik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD