Bab 25

2783 Words
Adrel mengernyitkan dahinya ketika Dira malah menarik tangannya untuk masuk ke dalam kamar wanita itu. Apa.. apa yang akan dilakukan oleh Dira? Apa wanita itu sudah gila? Adrel tidak ingin ada keluarga yang melihat jika dia masuk ke dalam kamar Dira. Mereka pasti akan berpikir yang buruk mengenai Adrel. Kamar Dira adalah salah satu tempat terlarang yang harusnya Adrel jauhi. Jujur saja, sekalipun tidak melakukan apapun, orang yang melihat apa yang dilakukan oleh Adrel, mereka jelas akan memikirkan hal yang buruk. Adrel menarik tangannya dengan cepat ketika Dira menutup pintu kamarnya. Apa yang akan dilakukan oleh wanita ini? Jujur saja Adrel memang sudah melihat ada sesuatu yang sadar dengan Dira. Wanita itu tampak hanya diam saja seperti sedang memikirkan sesuatu. Adrel sudah akan bertanya, tapi mungkin akan lebih baik jika mereka sedang di dalam ruangan yang sepi seperti ini. Ada sebuah rahasia besar yang tidak boleh diketahui oleh siapapun. Jujur saja, tujuan Adrel membawa Dira datang ke desa adalah untuk melepaskan wanita itu dari satu hal yang ternyata masih mengikatnya. Membuat wanita itu tidak bisa hidup dengan dirinya sendiri. Tidak bisa berpikir dengan tenang menggunakan otaknya sendiri. Ada sesuatu di dalam diri Dira yang terus berusaha untuk menguasa wanita itu. Adrel sangat tahu jika itu semua membuat Dira merasa tersiksa. Oleh sebab itu, Adrel berusaha untuk membawa Dira kembali ke tempat asal wanita itu mendapatkan masalah. Hanya di tempat ini mereka akan mendapat penyelesaian. Adrel menatap Dira yang tampaknya mulai kehilangan fokusnya kembali. Wanita itu menatap sekitar dengan pandangan ketakutan. Seperti ada yang mengawasi mereka. Jujur saja, bukan hanya Dira yang bisa melihat keberadaan sosok lain di dalam ruangan ini. Sama seperti Dira, Adrel juga bisa melihat mereka. Adrel menggoyangkan tangannya di depan mata Dira, berusaha untuk kembali membuat Dira menatap matanya. Hanya matanya saja. Adrel cukup tahu, jika orang mulai menatap ke sesuatu yang bukan manusia, orang itu akan mulai kehilangan kendali atas dirinya. Ada banyak roh halus yang mencoba mengalihkan perhatian manusia dengan cara menatap mata mereka. Begitu mereka mendapatkan tatapan manusia, mereka mulai bisa memanipulasi pikiran manusia. “Mbak Dira!” Adrel menggerakkan tubuh Dira. Berusaha agar Dira kembali fokus. Wanita itu akan mengatakan apa? Adrel butuh adar Dira kembali sadar. Bukan seperti orang linglung begini. Kalau sampai ada yang melihat keadaan Dira, mereka pasti akan sangat curiga. Dulu, saat Dira masih remaja, wanita itu pernah kerasukan setan. Adrel yang menjadi saksi mengenai bagaimana gilanya seorang Dira. Wanita itu tidak bisa dikendalikan sekalipun akhirnya dengan bantuan orang pintar Dira bisa kembali normal. Satu hal yang membuat Adrel menyesal sampai saat ini, ada satu rahasia besar yang dimiliki Adrel dan Dira. Rahasia yang tidak akan pernah Adrel biarkan diketahui oleh orang lain. Terlebih lagi Mesya. Tidak, istrinya itu tidak boleh tahu rahasia kelam yang disimpan oleh Adrel dan Dira. Sampai kapanpun, rahasia itu akan tetap Adrel simpan. Sama seperti Adrel, Dira juga berjanji akan melakukan yang sama. “Mbak Dira!” Adrel kembali mengguncang tubuh Dira. Kali ini Dira bisa kembali menatap mata Adrel. Baiklah, Adrel berhasil. Sekarang Adrel hanya perlu mengatakan rencana yang sudah tersusun dengan baik di kepalanya. Dira harus mengetahui apa saja yang harus mereka lalukan agar wanita itu bisa segera terbebas dari segala hal yang mengikatnya. Sejak pertama melihat Dira, Adrel sebenarnya sudah melihat ada cahaya kegelapan yang seakan menguasai wanita itu. Dira seperti tidak bebas. Ada sesuatu yang mengikat Dira sekalipun tanpa wanita itu sadari. Mungkin memang inilah tujuan Dira datang ke rumah Mesya, selain membutuhkan bantuan Mesya, Dira juga membutuhkan bantuan Adrel karena selama ini hanya pria itu yang mengetahui rahasia kelamnya. Adrel menghela napas, semua ini tidak akan bisa mereka lakukan dengan mudah. Apalagi di tempat ini, di kamar ini tidak hanya ada Adrel dan Dira. Ada banyak makhluk jahat yang menguasai kegelapan, mereka yang bisa dengan mudah memanipulasi hati yang lemah. Mereka ada di sini. Adrel melihat dengan jelas.. “Adrel.. mereka ada di sini” Adrel mencoba untuk kembali mendapatkan fokus mata Dira yang mulai berkelana semenjak mereka masuk ke dalam kamar wanita itu. Tunggu dulu, apa yang salah dengan kamar ini? Dira tadi tampak baik-baik saja ketika sedang berbicara dengan Mesya. Kenapa wanita ini malah jadi begini sekarang? Adrel menganggukkan kepalanya. Sepertinya memang benar, Dira akan mudah terganggu jika wanita itu sendirian. Tapi, siapa yang akan menemani Dira? Wanita itu memang harus tidur di kamar ini sendirian. Kemarin, saat keluar dari kamarnya yang ada di rumah Adrel, Dira juga juga bersikap sangat aneh. Padahal, saat pagi wanita itu terlihat baik-baik saja. Benar, seharusnya Dira selalu ditemani. Tidak, tidak masalah.. malam ini juga Adrel akan melepaskan ikatan wanita itu. mulai saat ini tidak akan ada hal yang bisa membuat Dira merasa terikat. Semua hubungan Dira dengan kegelapan yang dulu pernah wanita itu lakukan, semuanya harus terlepas malam ini juga. Tidak ada waktu lagi karena Adrel sudah merasa khawatir dengan keadaan Dira. Adrel takut jika terus-menerus bersikap tidak normal, keluarga yang ada di sini akan merasa curiga. Teringat jelas saat itu, bertahun-tahun yang lalu saat Adrel tahu ada yang salah dengan diri Dira. Saat itu, malam terasa sangat pekat dan langit benar-benar gelap tanpa bintang. Sangat tepat dengan rahasia kelam yang akan diberitahukan Dira pada Adrel. 7 tahun lalu... Adrel baru saja pulang dari warung tempatnya bisa nongkrong ketika sedang di desa. Jujur saja, sebenarnya sebagian dari teman tongkrongannya sudah banyak yang berganti. Saat sedang di warung juga Adrel tidak banyak berbicara lagi karena banyak orang baru yang tidak dia kenali. Tapi, Adrel tetap datang ke tongkrongan itu setiap akhirnya pekan. Adrel yang sedang mengejar pendidikan di perguruan tinggi yang ada di kota tempat tinggalnya selalu akan pulang ke desa setiap akhir pekan. Tujuannya pulang ke sini sebenarnya sangat tidak masuk akal. Ya, setelah bertahun-tahun mengejar sesuatu yang tidak pasti, Adrel tetap saja berusaha. Sebagai seorang pria, Adrel tahu jika menaklukkan hati orang yang kita sukai memang memerlukan banyak pengorbanan. Sejauh ini, selain berkorban waktu, Adrel baru berkorban di masalah bensin yang harus dia beli untuk bisa berkendara dari kota menuju ke desa terpencil ini. Sudah, baru itu saja. Menurut Adrel itu adalah hal yang masih wajar. Masih banyak hal yang harus dia korbankan untuk bisa meminang seorang gadis cantik yang menjadi kebanggaan desa ini. Jika Adrel mendapatkan Mesya dan berhasil menaklukkan wanita itu, Adrel akan membuat pesta pernikahan selama 7 hari 7 malam di desa ini. Lalu dilanjutkan acara yang lebih meriah lagi untuk merayakan resepsinya ketika di kota. Sungguh, untuk seorang Mesya, Adrel akan melakukan apapun. Sudah bertahun-tahun Adrel menunggu gadis itu. Dari mulai menunggu Mesya hingga gadis itu tumbuh dewasa, sekarang Adrel masih harus menunggu hingga dia mau berhubungan dengan Adrel. Adrel melangkahkan kakinya dengan pelan, menyusuri jalan desa yang masih jarang diterangi oleh cahaya lampu karena di desa ini saja listrik baru masuk beberapa tahun yang lalu. Sangat berbeda dengan kota yang sudah menikmati banyak kemajuan teknologi. Entah kenapa, ketika Adrel bisa menikmati banyaknya kemudahan hidup di kota, dia malah lebih memilih untuk menghabiskan akhir pekannya untuk pergi ke desa. Adrel terbiasa menggunakan motor besar ataupun menggunakan mobil ketika akan pergi nongkrong dengan teman kampurnya. Tapi berbeda dengan di sini, kalau mau nongkrong di desa, Adrel hanya perlu berjalan kaki karena jarak warung sangat dekat dengan rumahnya. Kalau jauh, Adrel bisa menggunakan sepeda. Orang di desa masih jarang ada yang menggunakan motor. Apalagi menggunakan mobil. Adrel nanti bisa dikira pemerintah kota yang sedang melakukan program penelusuran ke desa-desa kalau dia sampai nekat pergi nongkrong dengan mengendarai mobil. Di tengah langkahnya yang menelusuri jalan gelap menuju rumahnya, Adrel menangkap satu bayangan yang sangat dia kenali. Seorang wanita yang dulu cukup dekat dengan Adrel. Dira.. itu jelas Dira. Tapi, apa yang dilakukan oleh wanita itu di tengah malam begini? Adrel ingat dengan jelas jika bersamaan dengan Adrel yang datang dari kota, dira sepertinya juga kembali pulang setelah pergi mengikuti Damar untuk tinggal di luar kota juga. Setelah bertahun-tahun mengejar Damar tanpa sebuah kepastian. Akhirnya wanita itu menang. Bertahun-tahun yang lalu akhirnya Dira bisa menikah dengan Damar. Ya, sebenarnya Damar yang beruntung karena mendapatkan seorang gadis secantik Dira. Sekalipun belakangan ini Adrel baru tahu kalau Dira bukan anak kandung orang tua Mesya, wanita itu sepertinya masih tetap beruntung karena memiliki orang tua yang kaya sehingga dia bisa sering melakukan perawatan. Dira dan Mesya memang masa-sama cantik. Tapi mereka memiliki ciri khas tersendiri. Damar, pemuda itu tidak hanya beruntung karena mendapat gadis secantik Dira. Tapi Damar juga mendapatkan mertua yang cukup kaya juga di desa ini. Sayangnya, Damar tetaplah seorang pemuda yang tidak memiliki aturan. Berhari-hari setelah menikah dengan Dira, pemuda itu tertangkap basah sedang mencuri ayam milik kerabat Dira yang tinggal di samping rumah orang tua Dira. Damar memang pemuda tidak tahu diri yang juga tidak tahu malu. Bagaimana mungkin dia mencuri ayam milik saudara istrinya sendiri? Sekarang, Adrel mengernyitkan dahinya ketika melihat Dira membelokkan langkahnya menuju ke jalan kecil yang nantinya akan membawa mereka ke hutan. Apa yang dilakukan oleh wanita itu tengah malam begini? Apa dia tidak takut datang ke hutan itu? Langit sedang sangat gelap karena sepertinya sedang mendung. Tidak satupun benda penerang di langit yang biasanya akan bersinar dan berkilauan dengan sangat indah. Hari ini langit tidak memiliki cahaya apapun. Jika ke hutan di keadaan yang seperti ini, Dira pasti akan tersesat. Karena Adrel bukan tipe orang yang suka menyesal di kemudian hari karena dia tidak mengikuti kata hatinya, akhirnya Adrel melangkahkan kakinya untuk berbelok ke jalan yang sama yang dilewati oleh Dira. Melangkahkan kakinya dengan pelan agar tidak menimbulkan suara yang nantinya bisa membuat Dira curiga dan membalikkan tubuhnya. Adrel berjalan tepat di belakangnya sehingga kalau Dira menoleh, maka Adrel akan langsung ketahuan. Langkah Dira semakin jauh memasuki hutan. Adrel mengernyitkan dahinya ketika melihat wanita itu tampak tidak asing dengan jalan hutan yang terasa sangat mengerikan di malam hari. apa yang sedang dilakukan oleh wanita itu? Jujur saja Adrel ingin menghampiri Dira dan bertanya apa yang sebenarnya akan wanita itu lakukan. Tapi Adrel mengurungkan niatnya. Jika Adrel bertanya, kemungkinan besar Dira akan berbohong pada Adrel, jadi lebih baik Adrel mengikuti wanita itu saja. Nanti juga Adrel akan mendapatkan jawabannya. Hampir salam satu jam terus menelusuri jalan yang gelap, Dira belum menampakkan tanda jika wanita itu akan berhenti. Adrel rasanya sudah putus asa. Kakinya mulai terasa lelah jika harus menyusuri jalan hutan yang panjang ini. Tapi, kalaupun mau kembali juga Adrel tidak tahu jalannya. Adrel tidak tahu harus melewati jalan yang mana. Jadi, dari pada dia nanti tersesat, Adrel lebih memilih untuk terus mengikuti Dira. Membiarkan wanita itu terus melangkah dengan kakinya yang tampak sangat mengenal semua medan jalan di hutan ini. Adrel bersembunyi di balik pohon besar ketika Mesya terlihat sedang mengawasi sekitarnya. Wanita itu melihat ke belakang tubuhnya sebelum masuk ke dalam.. tunggu dulu, sejak kapan ada gubuk di depan sana? Gubuk itu terlihat menyatu dengan pohon sekitar. Gubuk yang terletak di antara dua pohon besar yang terlihat sangat kokoh. Adrel melihat jika gubuk itu juga terbuat dari kayu, mungkin kayu yang didapat dari hutan ini juga. Adrel semakin menyipitkan matanya ketika melihat seorang wanita paruh baya dengan rambut putih yang amat sangat panjang terlihat menjulur melawati punggung wanita itu. Siapa dia? Kenapa Dira menemui seorang wanita misterius di dalam hutan padahal saat ini sudah tengah malam. Adrel merasa bulu tubuhnya meremang ketika dengan matanya yang tajam, wanita itu menatap Adrel yang sedang bersembunyi di balik pohon dan juga semak-semak. Adrel merasa ada sesuatu yang salah saat dengan gilanya kaki Adrel bergerak untuk berjalan ke arah wanita itu begitu wanita itu mengulurkan tangannya untuk meminta Adrel datang. Tidak, Adrel ingin menghentikan kakinya, tapi tidak bisa! Ini adalah hal yang berada di luar kendali Adrel. Ada sesuatu yang salah yang terasa sangat menguasai dirinya. Membuat Adrel bahkan merasa bergetar karena tidak sanggup menahan kekuasaan yang terasa sangat asing di dalam diri Adrel. Dira yang melihat Adrel tampak sangat terkejut. Wanita itu sepertinya tidak sadar jika sejak tadi Adrel berjalan di belakangnya, mengikuti setiap langkah Adrel. “Bagaimana mungkin kamu bisa tidak tahu kalau ada manusia yang mengikutimu, Dira?” Adrel kembali merasakan jika tubuhnya bergetar karena mendengar suara wanita itu yang tampak sangat mengerikan. Jika tadi Adrel hanya bisa melihat wanita itu dari jauh, sekarang Adrel bisa melihatnya dengan jelas. Masih sama, wanita itu masih tetap menakutkan, bahkan jauh lebih menakutkan dari sebelumnya. Rambutnya yang panjang tertiup angin membuat helaiannya tampak berantakan. Dengan suasana gelap yang tampak sangat pekat, Adrel tidak bisa melihat dengan jelas. Tapi Adrel sangat yakin jika wanita itu bukan manusia biasa. Wanita tua mana yang berdiri tengah malam di saat angin sedang berhembus kencang seperti ini? Sangat tidak mungkin. Lagi pula, siapa orang yang tinggal di tengah hutan seperti ini? Dan apa yang sedang Dira lakukan dengan bertemu dengan wanita asing ini. Adrel tidak habis pikir dengan apa yang terjadi. Yang pasti, ada aura mengerikan yang terasa sangat pekat ketika angin berhembus dengan kencang. Salah, Adrel sungguh salah karena dia telah mengikuti Dira. Ada sesuatu yang salah dengan tempat ini. Perasaan Adrel mengatakan kalau ada sesuatu yang tidak benar di tempat ini. “Dia harus menjadi korban?” Wanita itu kembali menatap Dira. Adrel tidak tahu apa maksud dari kalimat yang dikatakan oleh wanita itu. korban apa maksudnya? Dira menatap Adrel dengan pandangan ketakutan. Tunggu dulu, wanita itu juga ketakutan? Jadi, sebenarnya siapa wanita itu? Adrel berusaha untuk bergerak atau setidaknya berlari menjauh dari tempat ini. tidak masalah jika dia memang harus tersesat di hutan malam ini, besok saat matahari terbit, Adrel akan berjalan mencari jalan keluar menuju ke desa. Sungguh, tapi kaki Adrel tidak bisa menggerakkan kakinya. Seperti ada sesuatu yang mengikat Adrel. Adrel tidak bisa berlari ataupun bergerak. Dia berdiri layaknya seorang patung. “Jangan, jangan Nyai.. dia, dia teman saya. Dia ingin melakukan ritual juga” Adrel mengernyitkan dahinya. Ritual? Ritual apa yang dimaksud oleh Dira? Sebenarnya Adrel sedang berada di mana? Astaga, sifatnya yang serba ingin tahu malah jadi senjata makan tuan. Mau bagaimana lagi, Adrel jelas ingin tahu apa yang akan dilakukan oleh Dira di tengah malam. Wanita itu berjalan sendirian di tengah hutan. Sungguh, andai tahu jika dia harus menghadapi situasi yang menakutkan seperti ini, dia tadi pasti akan membiarkan Dira berjalan sendirian. Baiklah, tidak ada yang bisa diubah. Adrel sudah terlanjur mengikuti Dira dan sekarang terjebak dalam masalah yang sama sekali tidak diketahui oleh Adrel. Ada sesuatu yang terasa terus menekan diri Adrel.. entahlah, ini adalah hal yang asing. “Jadi pria ini juga ingin menjerat wanita?” Wanita itu tertawa pelan. Bukan jenis tawa yang selama ini sering Adrel dengar. Wanita ini tampak sangat menakutkan dengan tawanya yang asing. Adrel sambil kembali menatap Dira, mencoba mendapatkan bantuan dari wanita itu yang tampaknya sudah jauh lebih tahu mengenai apa yang terjadi. Sayangnya Dira tampak tidak memperhatikan Adrel karena sepertinya Dira juga ketakutan. Jika wanita itu saja ketakutan, kenapa Dira masih datang ke sini? Sekarang sudah tengah malam. Apa wanita itu tidak takut berjalan sendirian di tengah hutan? “Iya, nyai. Tolong, lepaskan dia. Dia datang bersama dengan saya” Dira berjalan mendekati Adrel. Berdiri di samping Adrel karena Dira tahu jika saat ini Adrel sedang merasa bingung dengan apa yang terjadi. Baiklah, yang pertama Adrel tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Lalu, dua orang wanita yang terus berbicara mengenai hal yang tidak Adrel ketahui. Oh astaga, itu semua benar-benar tidak masuk akal. “Akan aku siapkan semuanya. Dia bisa langsung melakukan ritualnya saat ini juga..” Setelah wanita itu mengatakan satu lagi kalimat yang sama sekali tidak dimengerti oleh Adrel, wanita itu membalik badannya, berjalan kembali untuk masuk ke dalam gubuk yang tampak sangat tidak layak untuk ditinggali. Pikiran Adrel bergerak dengan cepat. Memikirkan apa yang sebenarnya terjadi di tempat ini karena sungguh, Adrel mulai ketakutan dengan apa yang terjadi. Hingga ketika pintu gubuk itu kembali di tutup, Dira segera mendekati Adrel. Berbisik pelan di telinga Adrel seakan dia takut jika wanita berambut putih tadi mendengar percakapan mereka. Sungguh, sampai saat ini Adrel masih belum bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. “Kamu mau apa, Adrel?” Suara Dira terdengar sedikit bergetar karena ketakutan. Adrel tidak tahu, dia tidak tahu apa yang dia inginkan hingga dia mengikuti Dira hingga ke dalam hutan sini. Tidak, andai saja dia tadi tidak perlu ikut, pasti keadaannya tidak seperti ini. Tapi, karena sudah terlanjur berada di sini dan mengetahui sesuatu yang tidak pernah dia ketahui sebelumnya, Adrel sudah tidak bisa melakukan apapun. Di tempat yang asing ini, entah kenapa terasa sangat menakutkan. “Dia siapa, Dir??” Dira berbicara dengan sangat pelan, hampir berbisik malahan. Oleh sebab itu Adrel juga melakukan hal yang sama. Dia mengikuti suara Dira yang sepertinya memang sengaja untuk dipelankan. “Kamu diam saja, ikuti apapun yang aku katakan. Aku coba menyelamatkan kamu sekarang” Adrel semakin mengernyitkan dahinya. Apalagi ketika pintu gubuk kembali terbuka. Di sana, wanita dengan rambut putih kembali berjalan keluar. Adrel kembali merasakan hembusan angin yang terasa hingga menusuk ke tulangnya. Di tempat ini sangat dingin. “Mana persembahannya?” Wanita itu bertanya sambil mengulurkan tangannya. Dira menyerahkan sebuah tas kresek hitam yang sepertinya berisi sesuatu. Entahlah, Adrel tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Dira sudah memperingatkan Adrel untuk diam, peringatan itu terasa sangat menakutkan jadi Adrel memilih untuk mengikuti Dira saja. Nanti, saat mereka sudah kembali berada di desa, barulah Adrel akan meminta penjelasan. “Ini.. ini punya saya saja, nyai. Kalau teman saja, dia belum tahu harus mempersembahkan apa yang membuat nyai senang. Dia ke sini untuk bertanya lebih dulu” Adrel menatap Dira dengan pandangan bertanya. Apa yang dikatakan oleh wanita itu? Persembahan apa yang sedang mereka bicarakan? “Bawakan saja sama seperti yang kamu bawa!”  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD