Bab 8

2545 Words
  Mesya mengerjapkan matanya ketika dia mulai menyadari pikirannya berjalan terlalu jauh. Astaga, kejadian tiga tahun lalu.. bagaimana mungkin Mesya masih mengingat dengan jelas setiap detail kejadian hari itu? Jika sudah seperti ini, maka Mesya akan merasa buruk sepanjang hari. ada sesuatu yang langsung menghancurkan perasaannya begitu kejadian tiga tahun lalu teringat. Tidak, Mesya sangat tidak menyukai hari itu. Hari dimana dia harus kehilangan orang tuanya dan juga saudaranya. Karena setelah hari itu, ada sesuatu yang hilang dalam diri Mesya. Padahal sebenarnya Dira masih ada di dunia yang sama dengannya, tapi rasanya sangat berbeda. Mesya seperti kehilangan peduli terhadap keberadaan Dira. Maka dari itu, setelah kejadian pertengkaran itu Adrel segera mengajak Mesya kembali ke kota agar dia tidak selalu mengingat apa yang terjadi. Sungguh, kita tidak akan pernah bisa sembuh jika kita terus tinggal di tempat yang menyakiti kita. “Jadi, kamu maunya bagaimana?” Mesya mengangkat kepalanya. Teringat jika sejak tadi ada Mama yang duduk di dekatnya. Ya ampun, sudah berapa lama Mesya melamun? Bahkan dia juga sudah lupa yang mereka bicarakan sebelumnya. Oleh sebab itu, satu-satunya jawaban yang bisa Mesya berikan ada gelengan singkat. Dia tidak tahu harus menjawab apa. “Begini, Sya.. Mama juga tidak punya saudara kandung. Hampir semua keluarga Mama, mereka adalah anak tunggal. Adrel juga pasti nggak akan tahu posisi kamu karena dia juga anak tunggal. Bahkan Adrel nggak punya sepupu yang seumuran dengan dia. Tapi Mama harus sedikit kasih kamu nasehat, kan?” Mesya mengangguk. Benar, Adrel memang memiliki keluarga yang rata-rata adalah anak tunggal. Orang tua pria itu juga adalah anak tunggal. Sebenarnya satu-satunya saudara Adrel tinggal di Amerika. Itupun bukan saudara dekat. Mereka hanya sepupu dari pihak yang lumayan jauh. Sejujurnya, jika dulu orang tuanya tidak perlu mengangkat Dira menjadi anak mereka, Mesya juga pasti akan menjadi anak tunggal seperti Adrel. Huh, bukankah sangat tidak berguna menyesali sesuatu yang sudah terlanjur terjadi? Mesya tentu tidak akan sama seperti tiga tahu lalu dimana dia merasa sangat marah sehingga mengatakan kalimat yang menyakitkan tentang status Dira. Tidak, hari itu mungkin dia kelepasan. Tapi sekarang dia tentu tahu, bukan Dira yang ingin menjadi anak angkat orang tuanya. Saat itu Dira masih bayi. Dia tentu tidak akan tahu apapun. Orang tuanya sendiri yang mendatangi orang tua Dira karena saat itu, Dira memiliki banyak sekali kakak yang masih kecil. Tipe orang desa yang memiliki banyak anak. Mereka menganut kepercayaan jika banyak anak maka juga akan banyak rejeki. Ya, mungkin itu memang benar. Tapi kenyataannya, saat itu orang tua Dira tidak sanggup membiayai anak-anaknya. Mereka mengatakan agar Dira diberikan saja pada orang yang belum punya anak. Kebetulan sekali saat itu orang tua Mesya mendengar kabar itu. mereka datang ke rumah orang tua Dira dan membawa pulang bayi berusia 3 hari. Ibu merawat Dira dengan sangat baik. Masa kecil wanita itu terselamatkan karena diangkat anak oleh orang tuanya. Sayangnya, saat itu orang desa seperti orang tuanya tidak terlalu tahu apa itu surat adopsi. Jadi tidak pernah ada perjanjian di atas hukum yang menyatakan jika Dira adalah anak angkat orang tuanya. Dira diperlakukan dengan sangat baik di rumahnya, dia mendapat banyak hal yang tentu saja tidak mudah didapatkan oleh anak seumuran dengannya ketika di desa. Orang tua Mesya adalah salah satu orang kaya dengan banyak sawah. Di desa, orang seperti itu jelas akan disegani oleh banyak orang. Dira memiliki kehidupan yang jauh lebih baik dari sepuluh saudaranya yang lain yang tinggal dengan orang tua kandung mereka. Sekalipun dulu, setiap bulan orang tua Mesya akan mengirimkan beras dan uang tunai pada orang tua Dira. Katanya, itu adalah salah satu bentuk terima kasih karena mereka sudah mau memberikan Dira untuk dirawat. Huh, mereka tidak tahu saja betapa sialnya karena membawa Dira pulang. Ya ampun, Mesya tidak ingin mengutuk keberadaan kakaknya itu. Tidak, bukan hak Mesya untuk menghakimi sesuatu yang sudah terjadi di masa lalu karena jujur saja, itu adalah keputusan orang tuanya. “Dia kakakmu. Selamanya tetap akan begitu. Kamu pasti akan menyesal kalau tiba-tiba waktu yang berpihak ke kamu. Hidup orang nggak ada yang tahu, Sya” Itu adalah kalimat yang hampir sama dengan yang diucapkan oleh bude Karti sekitar satu tahun yang lalu ketika Mesya memutuskan pulang ke kampung bersama dengan Adrel. Saat itu mereka sedang membicarakan kakaknya yang baru saja keguguran. Huh, memang benar. Tidak ada yang tahu kapan waktu manusia. Mesya juga tidak yakin jika sampai besok dia masih hidup apa tidak. Tapi yang pasti, dia tidak ingin hidup sendirian. Jika harus hidup, dia harus tetap bersama dengan Adrel. Selalu menatap pria itu setiap kali dia membuka mata ketika pagi hari. Dan selalu menjadikan Adrel manusia terakhir yang dia lihat ketika dia akan terlelap di alam hari. Iya, asalkan Adrel ada, Mesya ingin tetap hidup. Tapi jika memang Tuhan ingin memanggil Adrel, Mesya berharap dia dipanggil satu jam sebelum Adrel. Dia tidak akan sanggup menahan kepedihan kehilangan Adrel sekalipun hanya beberapa detik saja. Tidak, sama seperti orang tuanya yang dipanggil di hari yang sama, Mesya juga ingin seperti itu. “Aku tahu, Ma. Tapi bagaimana kelakuan dia sebelum kami bertengkar tiga tahun lalu, cuma aku yang tahu hal itu..” Mesya bukan bermaksud membuka aib kakaknya. Tapi memang begitulah kenyataannya. Ada banyak sekali kenangan buruk di kepala Mesya yang malah menjadi semakin buruk ketika kejadian beberapa tahun lalu. Semua perlakuan Dira yang sangat tidak adil dan juga orang tuanya yang seperti sangat tidak dihormati oleh wanita itu. Jika ini hanya menyangkut dirinya, Mesya mungkin bisa bersikap tidak peduli. Tapi ini mengenai orang tuanya. Apakah Dira tidak pernah berpikir jika semua kemudahan hidupnya itu dia dapatkan dari orang tua angkatnya? Jika saja hari itu ibu dan bapak tidak datang untuk mengambil Dira, bukankah wanita itu bisa saja hidup kekurangan bersama dengan sepuluh saudaranya yang lain? Yang setiap hari hanya akan makan nasi akik dan juga garam seperti yang biasa mereka lakukan sebelum orang tua Mesya datang dan selalu memberi bantuan pada mereka. Ya, wanita itu tidak pernah tahu hal buruk apa saja yang mungkin bisa terjadi tanpa orang tua Mesya. Bahkan mengenai pendidikan juga begitu, beberapa saudara kandung Dira yang lain hanya sekolah sampai SD saja. Setelah itu mereka pergi bekerja di sawah. Sementara Dira? Bahkan ibu selalu melarang Dira datang ke sawah agar kulit wanita itu tidak terbakar. Dira juga bisa sekolah dengan baik meski hanya sampai SMA. Di desa, sekolah sampai SMA adalah hal yang sudah sangat baik untuk seorang perempuan. Entah kenapa emansipasi wanita masih belum terlalu terasa di tempat itu. Dira mendapat banyak perlakuan yang baik. Perlakuan yang sama dengan yang Mesya dapatkan. Tidak, sebenarnya Mesya tidak iri mengenai hal itu. Mesya justru iri dengan waktu panjang yang dimiliki Dira bersama dengan orang tuanya. Sayangnya wanita itu sepertinya tidak menikmati kebersamaan dengan bapak dan ibu. “Seburuk apa perlakuan Dira ke kamu??” Mama sepertinya curiga jika Mesya pernah mendapat perlakuan yang buruk dari Dira. Terlihat jelas dari raut khawatir yang langsung ditunjukkan oleh wanita itu. Beberapa kali Mesya selalu merasa jika, sama seperti seorang ibu yang tidak ingin putrinya terluka, Mama juga selalu melakukan hal yang sama. Mesya memang sangat beruntung karena selain mendapat suami yang sangat mencintainya, dia juga mendapat satu keluarga baru yang menganggapnya sebagai putri mereka. Tidak semua orang mendapatkan keberuntungan seperti ini. Mesya patut bersyukur karena selain mendapat suami yang baik, keluarga suaminya juga tidak kalah baik. Mesya memang datang dari desa, dulu juga kelakuan Mesya sama seperti orang desa lainnya. Jika kata orang kota, kelakuan Mesya sangat norak. Mungkin itu efek karena selama dia hidup, Mesya tidak pernah datang ke kota sebesar ini. dulu memang Mesya sering diajak bapak pergi ke kota untuk membeli pakaian baru, tapi kota di sana sangat berbeda. Kota yang dulu sering Mesya datangi adalah kota yang lumayan ramai dengan banyak toko yang menjual pakaian. Hanya itu saja. Tidak terbayang oleh Mesya jika sekarang dia tinggal di kota dengan banyak gedung pencakar langit yang tidak akan bisa dengan mudah dia lihat ujungnya. Mesya tahu jika dulu dia pati terlihat sangat norak. Tapi Adrel dan keluarganya tidak pernah merendahkan Mesya. Dulu Adrel hanya akan tertawa ketika melihat Mesya menempelkan pipinya ke kaca mobil untuk melihat keadaan di luar. Juga untuk melihat banyak gedung tinggi yang rasanya sampai menembus langit. Saat itu adalah saat yang sangat memalukan. Juga ada momen dimana Mesya dianggap sebagai seorang pembantu oleh teman arisan Mamanya. Saat itu Mesya baru datang ke kota. Saking senangnya mendapatkan seorang menantu dan putri baru, Mama langsung mengajak Mesya untuk datang ke arisan bersamanya. Mesya ingat saat itu Mama cukup kaget dengan penampilan Mesya, tapi diam saja. Dia tidak ingin menyinggung perasaan Mesya. Tapi semuanya berubah ketika mereka datang ke arisan dan Mesya malah dikira seorang pembantu baru. Mama marah besar dan memutuskan untuk keluar dari arisan tersebut. Sebenarnya sampai saat ini Mesya masih merasa sangat bersalah. Sejak hari itu, tanpa takut untuk menyinggung perasaan Mesya, Mama rutin mengajak Mesya berbelanja pakaian dan juga Make up. Mesya memang tidak merasa tersinggung sama sekali karena dia sadar, apa yang dilakukan Mama adalah yang terbaik. Ini semua agar Mesya tidak lagi dianggap remeh oleh orang lain. Sejak saat itu, Mesya si gadis desa berubah total. Dia ingat sekali, saat pertama berkunjung ke desa setelah pernikahannya, banyak sekali orang yang menatap aneh ke arahnya. Jenis tatapan aneh yang juga terlihat sangat mengagumi Mesya. Saat itu Mesya sudah banyak sekali berubah. Dia juga sedikit bisa merias wajahnya sehingga membuat orang desa tambah tidak mengenalinya. Bahkan, sampai ada kabar jika Adrel ternyata adalah seorang konglomerat yang memiliki banyak uang karena dia bisa mengubah Mesya menjadi sangat cantik. Juga ada kabar yang mengatakan jika Mesya operasi plastik. Entah dari aman mereka mendapat berita seperti itu.. Mesya menghela napas. Untuk sesaat dia kembali mengingat pertanyaan Mama yang juga sedang menatapnya dengan khawatir. “Aku sebenarnya sudah berusaha melupakan semua hal yang pernah dia lakukan ke aku, Ma. Kadang memang terasa sangat buruk, tapi kalau aku ingat-ingat, semua itu malah akan menyakiti aku. Aku nggak masalah dengan perlakuan dia ke aku, aku hanya mempermasalahkan perlakuan dia ke orang tuaku yang sudah merawat dia dengan sangat baik..” Mama menghela napas pelan ketika mendengar kalimat Mesya. Memang ada sangat banyak momen buruk yang masih Mesya ingat, tapi dari pada terus memikirkan masa lalu, lebih baik Mesya fokus untuk mencari penyelesaian dari masalahnya saat ini. Jika terus mengingat apa saja yang pernah Dira lakukan padanya, semua itu tidak akan ada habisnya. Dira memang sudah melakukan banyak hal, tidak akan selesai jika Mesya harus mengungkit semua itu. “Apa dia nggak tahu kalau dia anak angkat?” Mama bertanya dengan suara pelan seakan pertanyaan ini akan menyinggung Mesya. Sejak kecil, Dira sudah diberi tahu jika dia anak angkat. Mesya juga awalnya tidak tahu. Justru yang memberi tahu semua itu padanya adalah Dira sendiri. Saat itu Mesya masih terlalu kecil untuk mengetahui apa itu anak angkat. Jadi Mesya lari ke rumah bude Karti dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Karena Mesya sudah terlanjur tahu, bude Karti akhirnya memberi tahu semua. Memberikan penjelasan yang lebih mudah untuk dimengerti oleh anak kecil seusianya saat itu. Sebenarnya, peristiwa ketika orang tuanya mengangkat Dira menjadi anak mereka, semua itu juga diketahui Mesya dari bude Karti. Dulu, Mesya tidak terlalu detak dengan ibu karena dia merasa ibu lebih menyayangi dan memanjakan Dira. Ya, itu adalah pikiran anak kecil berusia 5 tahun. Mesya yang masih tidak mengetahui apapun. Sejak kecil Mesya lebih dekat dengan bapak. Tapi sering kali bapak terlalu sibuk dengan sawah sehingga Mesya jadi jarang menghabiskan waktu mereka bersama. Mesya baru bisa sedikit lebih dekat dengan orang tuanya adalah saat Dira menikah dan ikut suaminya. Ya, walaupun setelah beberapa saat kemudian Dira kembali pulang dan kembali menyusahkan orang tua karena baik wanita itu maupun suaminya, mereka berdua tidak ada yang mau bekerja. Suami Dira baru mulai mau ikut mengurus sawah ketika ibu sudah mulai sakit-sakitan dan bapak lebih memilih untuk menjaga ibu dari pada mengurus sawah. Semua itu terjadi beberapa bulan sebelum ibu dan bapak akhirnya meninggal. Jadi selama bertahun-tahun Dira dan suaminya hidup numpang begitu saja. Makan dan selalu menggunakan uang dari orang tua padahal mereka sudah menikah. Orang tua Mesya memang tidak pernah merasa keberatan. Ya, mereka dibutakan oleh cinta pada Dira. Mereka sangat menyayangi Dira. Menganggap Dira sebagai putri mereka sendiri sehingga tidak pernah ada satupun protes yang keluar dari bibir mereka sekalipun Dira sudah banyak merepotkan ketika wanita itu sudah menikah. Bahkan saat itu suaminya Dira ikut menjadi beban orang tuanya. Ya, Dira dengan segala tingkah buruknya. “Dia tahu, Ma. Sejak kecil juga dia sudah tahu karena dulu setiap hari raya, orang tuanya Mbak Dira akan datang dan membawa banyak jajan pasar. Mereka datang mengunjung Mbak Dira sekapun sering kali Mbak Dira nggak mau menemui mereka” Ya, teringat juga kejadian saat itu. saat Dira lebih memilih pergi ke rumah temannya dari pada bertemu dengan orang tua kandungnya. Saat itu Mesya sama sekali tidak merasa marah atau kesal karena dia pikir, dira pasti juga sangat kecewa karena hanya dia anak yang diberikan pada orang lain untuk dirawat. Semua saudara Dira, sekalipun mereka hidup susah, mereka selalu tinggal dengan orang tuanya. Berbeda dengan Dira yang tinggal dengan orang tua Mesya. Sekalipun hidup lebih baik, mungkin kadang-kadang Dira juga merasa kesal pada kenyataan itu. Tidak ada yang bisa menggantikan orang tua kandung sekalipun sudah memiliki orang tua angkat yang jauh lebih baik. Tapi sekarang Mesya merasa semakin mengerti. Bagaimana mungkin Dira bersikap seegois itu pada orang tua kandungnya? Jika bukan karena orang tua Mesya, entah bagaimana saat itu susahnya orang tua kandung Dira untuk menghidupi 11 anak yang masih sangat kecil. Dira tidak memikirkan hal itu. Dia terlalu egois untuk terus memikirkan apa yang yang dia anggap tidak adil baginya. “Lalu kenapa dia bersikap seperti itu?” Mama bertanya. Nah, itu juga yang selama ini Mesya tanyakan pada dirinya sendiri. Kenapa bisa Dira bersikap sangat buruk? Tapi pikiran mengenai pertanyaan itu seketika buyar ketikan mendengar suara merdu bersama dengan petikan gitar yang terdengar sangat familiar. Mesya tersenyum ketika melihat Adrel sedang berdiri di ujung tangga. Menyanyikan sebait lagu yang sangat dia kenal. “Sometimes late at night I lie awake and watch her sleeping She’s lose at peaceful dreams So i turn out the light and lay there in the dark” Mesya ingat lagu ini. salah satu lagu yang dulu sangat sering Adrel nyanyikan ketika mereka baru saja selesai lamaran. Hari-hari yang Mesya lewati dengan tanda tanya besar karena dia sama sekali tidak mengingat hubungannya dengan Adrel. “and the thought crosses my mind If i never wake up in the morning Would she ever doubt the way i feel About her in my heart” Adrel memiliki suara yang bagus. Mesya selalu menikmati saat pria itu mulai beraksi dengan gitarnya. Salah satu juga yang membuat Mesya menjadi jatuh cinta terhadap Adrel selain karena pria itu terlihat sangat dekat dengan keluarganya. Saat itu, yang Mesya ingat adalah saat Adrel gencar mendekatinya hingga Mesya merasa muak. Setelah itu, hal lain yang Mesya ingat adalah saat mereka lamaran. Mungkin ini sangat aneh, tapi pada akhirnya Mesya luluh setelah melihat interaksi Adrel dengan keluarganya. Pria itu sopan dan selalu bersikap hangat pada siapapun. “If tomorrow never comes Will she know how much i loved her Did i try in every way to show her every day That she’s my only one And if my time in eart werw through And she must face this world without me Is the love i geva her in the past Gonna be enought tolast If tomorrow never comes” Jika sudah seperti ini, maka Mesya tidak akan bisa menahan ingatannya yang bergerak ke kejadian bertahun-tahun lalu. Saat Adrel sedang sangat sering bernyanyi di depannya. Berusaha untuk terus merayu Mesya padahal mereka sudah lamaran dan akan segera melangsungkan pernikahan beberapa saat kemudian. Adrel seperti tahu mengenai keraguan Mesya jadi pria itu melakukan banyak hal untuk terus menyakinkan Mesya. Dan untunglah, ketika melihat usaha Adrel yang terus mendekati keluarganya, saat itulah Mesya merasa yakin.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD