Bab 52

1893 Words
Mesya melayangkan tatapannya ke arah sebuah rumah dengan nuansa kecoklatan yang ada di depannya. Kata Adrel, orang yang dia kenal tinggal di rumah ini. Ya, begitulah yang Adrel katakan Adrel katakan ketika Mesya menanyakan siapa yang akan mereka datangi. Mesya hanya ingin tahu siapa yang akan mereka minta bantuan. Mesya masih mengamati sekitar tempat ini. Suasananya memang terasa sangat sejuk. Padahal mereka tinggal di kota yang sama. Tapi tempat ini terasa jauh lebih sejuk. Rumahnya dibangun dengan sangat indah sehingga memberikan kesan hangat ketika Mesya pertama kali melihatnya. Rumah ini berbahan dasar kayu yang terlihat sangat indah. Terkesan menyenangkan dan terlihat sangat tenang dengan banyak daun-daun yang bergerak dibawa angin. Ada banyak pohon bambu yang menutupi bagian kanan dan kiri rumah ini. benar, penampilannya memang terlihat seperti rumah yang berada di pedesaan. Beberapa daun bambu yang mengering juga berjatuhan hingga memenuhi halaman. Mungkin pemiliknya memang sudah kewalahan untuk mengurus semua daun kering itu sehingga akhirnya membiarkan saja dedaunan bambu itu berserakah di atas halaman. Mesya melihat jika ada banyak sekali pohon bambu di sekitar rumah ini. Sejak gerbang utama, satu-satunya tanaman yang Mesya jumpai adalah pohon bambu. Di sekeliling pagar rumah ini, semuanya ditanami bambu dengan warna kuning yang tampak mencolok. Berbeda dengan pagarnya, rumah ini ditutupi oleh bambu hijau sehingga terlihat lebih rimbun. Setiap kali ada hembusan angin, pohon itu bergerak mengikuti arah angin. Beberapa kali juga Mesya mendengar suara pohon itu. Mesya menatap Adrel yang mematikan mesin mobilnya. Pria itu tampak menatap Mesya lalu tersenyum sekilas. Senyum Adrel memang akan selalu membuat keadaan Mesya jadi lebih membaik. Suaminya itu memang selalu memperbaiki suasana hati Mesya. Mesya tahu jika semua ini tidak akan mudah ditangani. Tapi Mesya memang tidak akan meninggalkan tempat ini tanpa sebuah hasil yang pasti. Adrel sudah mengatakan bahwa dia akan mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini, Mesya percaya dengan semua yang dikatakan oleh pria itu. Iya, sejak awal mereka mengenal, tidak pernah satu kalipun Adrel mengingkari janjinya. Pria itu mengukur kemampuannya sendiri sehingga akan selalu menepati apapun yang sudah dia janjikan. Mesya menghela napas sambil tersenyum. Baiklah, semuanya akan baik-baik saja. “Ini rumah Delila. Dia mungkin bisa bantu kita, Sya. Kamu.. kamu harus ceritakan semua hal yang kamu lihat sama dia. Aku.. aku yakin dia bakal mengerti dengan mudah..” Kata Adrel sambil menggenggam tangan Mesya. Mesya menganggukkan kepalanya. Mesya harap memang begitu. Tidak ada banyak orang yang akan bisa mempercayai apa yang Mesya katakan dengan mudah. Iya, semua ini memang tidak mudah untuk dimengerti. Mesya harap seseorang dengan nama Delila itu, dia akan mengerti dengan apa yang Mesya katakan. Bersama dengan Adrel, Mesya melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah itu. Lagi, ketika masuk ke dalam rumahnya, Mesya kembali menemukan pohon bambu kuning yang ditanam di halaman belakang rumah itu. Berbeda dengan tampilan luar dimana terlihat ada kayu yang menjadi bahan utama pembangunan rumah ini. di halaman belakang yang langsung terlihat ketika Mesya masuk ke dalam rumahnya, ada sebuah kaya besar yang menjadi pembatas ruangan itu. di sana terlihat ada banyak sekali bambu kuning yang ditanam dengan sangat rapi. “Delila?” Adrel memanggil nama orang itu ketika mereka sudah masuk ke dalam rumah. Sangat berbeda dengan rumah pada umumnya, rumah ini tidak memiliki pintu di bagian luar sehingga siapapun bisa masuk dan melihat halaman belakang yang dibatasi oleh sebuah kaca  besar. Tapi, setelah masuk, di ruangan sebelah kanan, ada sebuah pintu besar dengan ukiran kayu yang sangat indah. Semua itu langsung mengingatkan Mesya dengan rumahnya yang ada di desa. Bagaimana mungkin ada orang kota yang membuat rumahnya seperti ini? Mesya tidak percaya dengan apa yang dia lihat. “Delila?” Adrel kembali memanggil ketika pintu itu tidak segera dibukakan. Beberapa detik kemudian, ada suara seorang wanita yang menyahut dari dalam ruangan itu. Mesya tebak dia adalah orang yang mereka cari. Sungguh, Mesya sangat berharap untuk segera menemukan orang yang bisa membantu mereka. Pintu besar itu terbuka. Mesya melihat seorang wanita dengan sebuah gaun hitam selutut dan rambut panjang sepunggung yang menatap mereka berdua sambil tersenyum. Mesya memang tidak pernah datang ke tempat seorang paranormal atau orang sejenis itu. tapi sungguh, Mesya tidak menyangkan kalau dia akan bertemu dengan wanita seperti ini. dia tampak tersenyum sambil memicingkan matanya, tampaknya dia tidak kebingungan dengan kedatangan tamu yang tiba-tiba seperti ini. Tapi, bukannya melanjutkan rasa ingin tahunya, wanita itu lebih memilih untuk membawa Mesya dan Adrel masuk ke dalam rumahnya. Berjalan melewati lorong panjang dengan banyak lukisan mengerikan.. Ini memang membuat Mesya merasa tidak nyaman. Menatap sebuah lukisan yang tidak dia mengerti.. “Tidak perlu takut, aku tahu kalau lukisan Kakakku memang sedikit mengerikan. Tapi dia akan marah kalau kalian sampai menatap lukisannya seperti itu..” Wanita itu berhenti dan membalikkan tubuhnya ketika Mesya sedang menatap sebuah lukisan mengerikan yang tampak tidak asing dengan ingatannya. Tidak.. ini tidak mungkin terjadi.. Mesya tidak percaya dengan apa yang dia lihat karena di dalam lukisan itu terdapat Kakaknya. Iya, dia adalah Dira. Dira dengan wajah mengerikan dan luka yang berdarah.. matanya menghitam dengan duri yang tampak menancap di kepalanya. Mesya mengernyitkan dahinya ketika melihat lukisan itu. Ini sangat tidak mungkin. Tidak, dia pasti bukan Dira. Tapi.. kenapa tampak sangat sama dengan Dira yang dilihat oleh Mesya? “Dia.. dia Kakakku..” Mesya menunjuk lukisan itu dengan tangannya yang bergetar ketakutan. Tidak, ini sangat tidak mungkin. “Ah, begitu ya? Ayo masuk ke dalam rumahku. Sepertinya kamu membutuhkan bantuanku..” Mesya memang masih tidak bisa mengalihkan tatapannya dari lukisan itu karena dia rasa, mata lukisan itu terus menatap ke arahnya. Seperti ada sesuatu yang membuat langkah Mesya terasa sangat berat. Dia tidak sanggup untuk beralih dari semua ini. Mesya tidak mengerti.. dia sungguh tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Tidak mungkin ada lukisan itu di sini. Tapi, memang begitulah yang terjadi.. Mesya sangat yakin dengan apa yang dia lihat. Dalam lukisan ini memang Dira.. iya, Dira dalam wujud yang lain. Entahlah, tubuhnya memang milik Dira, tapi siapa yang tahu roh apa yang ada di dalam tubuh itu? Tidak, Mesya juga tidak tahu. Ada sesuatu mengerikan yang terasa sangat tidak wajar untuk terjadi. Tapi, memang begitulah adanya. Tangan Adrel menarik Mesya untuk berjalan mengikuti langkah wanita tadi. Sekalipun dengan terpaksa, akhirnya Mesya mengikuti langkah Adrel. Mesya masih belum bisa mengalihkan tatapannya. Tidak, sekarang bahkan Mesya mulai kembali merasa ketakutan. Ada hal mengerikan yang akan terus terlintas dalam pikirannya jika dia melihat semua itu. dalam lukisan itu, Mesya yakin jika itu adalah Kakaknya. Apa yang terjadi sehingga gambar itu bisa ada di sini? Hanya Mesya yang melihat semua itu. bagaimana mungkin wanita itu bisa memiliki lukisannya? Apakah memang benar jika dia bukan orang biasa? “Sya, kendalikan diri kamu. Kamu harus tetap tenang..” Adrel berbisik pelan ketika mereka duduk di sebuah kursi kayu yang ada di tengah ruangan. Mesya kembali menyapukan tatapannya ke sekeliling rumah ini. Ada sesuatu yang tidak benar dengan semua ini. Tidak, sekalipun begitu, Mesya tetap ingat untuk bersikap dengan tenang. Kata Adrel, apapun yang terjadi.. Mesya harus tetap tenang karena memang hanya wanita ini yang Adrel kenal dengan baik. Dia yang akan bisa membatu Mesya untuk menyelesaikan semua ini. Iya, tidak akan ada lagi yang bisa membantu mereka. Mungkin bukan tidak ada, hanya saja Adrel dan Mesya yang tidak tahu. “Kalian minum teh? Aku baru saja membuat teh panas untuk kalian” Hanya beberapa detik berlalu, wanita itu kembali dengan tiga cangkir teh yang terlihat sangat panas. Uapnya mengepul di udara menandakan jika teh itu memang baru dibuat. Bagaimana bisa dia membuat teh dalam waktu sesingkat itu? Sekalipun penasaran, Mesya memilih untuk tetap diam. Ada banyak hal yang sangat ingin dia tanyakan. Semua itu jauh lebih penting dari pada menyajikan segelas teh. “Jangan terlalu repot, Delila..” Adrel menerima cangkir teh itu sambil tersenyum. Mesya melakukan hal yang sama, wanita itu tersenyum sambil mengucapkan terima kasih. Bersama dengan senyuman Mesya, Delila juga tampak tersenyum. Mesya masih menatap Delila yang ikut duduk di depan Mesya dan Adrel. Wanita itu tidak tampak mengerikan seperti paranormal pada umumnya. Tidak, jadi.. siapa wanita ini? “Enggak merepotkan. Sama sekali enggak merepotkan, Adrel. Aku tahu kalau kalian akan ke sini..” Delila menjawab sambil tersenyum. Kalimat itu membuat senyum Mesya langsung memudar. Apa yang dikatakan oleh wanita itu? Dia tahu kalau Adrel akan datang ke sini? Setelah lukisan yang sangat membuat Mesya merasa kebingungan, sekarang ada lagi satu hal yang membuat Mesya tidak sanggup menyembunyikan kebingungannya lagi. Bagaimana bisa? Apa yang sebenarnya terjadi pada wanita ini? Dia terlihat sangat misterius dengan banyak kejutan yang tidak terduga. Apa Adrel sudah meneleponnya dan membuat janji dengannya? Tidak, seingat Mesya, pagi ini Adrel tidak menghubungi siapapun. Bagaimana Delila bisa tahu kalau Adrel akan datang ke sini? Wanita ini, Mesya rasa dia bukan wanita yang sembarangan. Mungkinkah jika dia bisa membantu Mesya menyelesaikan semua perkara yang menjerat dirinya. Semua ketakutan yang tidak bisa Mesya tangani sendiri. Iya, semua itu memang sangat mengerikan sehingga Mesya rasa, dia tidak akan sanggup menjalaninya lagi. Sekarang hanya satu yang menjadi harapan Mesya, semua ini harus segera berakhir. Mesya tidak ingin kembali ke alam baka dimana dia bisa melihat banyka hal mengerikan yang terjadi. “Dia istriku. Namanya Mesya..” Adrel menatap Mesya dan Delila secara bergantian. Sekalipun masih merasa tidak mengerti dengan apa yang terjadi, Mesya tetap tersenyum begitu Delila tersenyum sambil menatapnya. Wanita ini tampak sangat ramah dengan senyumnya yang sangat mudah terbentuk. Mesya harap, sama seperti kesan yang pertama kali dia berikan, wanita ini juga akan membantu Adrel dan Mesya. Sungguh, Mesya tidak tahu siapa lagi yang bisa membantu mereka. Sama seperti Adrel yang mengharapkan bantuan Delila, sekarang Mesya juga mengharapkan hal yang sama. Lukisan yang dia lihat tadi menggambarkan kalau Delila memang sudah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Mesya harap.. semua ini bisa diselesaikan oleh wanita yang ada di depannya ini. “Jadi akhirnya kamu menikah dengan wanita ini? Sudah aku katakan, kalian memang terikat dengan takdir” Delila menatap Adrel sambil tertawa geli. Mesya mengernyitkan dahinya ketika Delila mengusapkan sesuatu yang tidak biasa. Wanita itu berkomentar seakan dia mengerti seluruh kisah cinta Adrel dan Mesya. Apa.. apa maksud dari kalimat itu? Sekalipun penasaran dengan apa yang terjadi, Mesya tetap memilih diam. Tidak, Adrel hanya mengatakan kalau dia mengenal seseorang yang bisa membantu mereka karena dulu wanita ini pernah membantu orang yang sangat Adrel kenal. Lalu sekarang, kenapa Delila bersikap layaknya dia mengenal Adrel dengan sangat baik? “Delila..” Adrel menyebut nama wanita itu seakan sedang memperingatkan sesuatu. Adrel juga menatap Mesya dengan pandangan gelisah. Ada apa? Memangnya ada sesuatu yang Adrel sembunyikan? Adrel terlihat mengenal Delila dengan baik. Mereka seperti dua orang lama yang kembali bertemu dan saling menyapa. Delila tersenyum sejenak sebelum kembali menatap Mesya. Wanita itu mengulurkan tangannya di depan Mesya seakan dia ingin mengajak Mesya untuk berkenalan. Sekalipun kebingungan, Mesya tetap menerima uluran tangan itu. “Mesya..” Mesya menyebutkan namanya sendiri. Mesya menatap Delila yang tersenyum manis. Wanita itu memang tidak sama dengan paranormal yang biasanya. Apa benar dia bisa membantu Mesya keluar dari masalah ini? Adrel sepertinya memang sangat percaya pada Delila. Mesya harap, sama seperti yang Adrel inginkan, wanita ini memang bisa membantu Adrel dan Mesya. Saat ini, baik Adrel maupun Mesya, mereka sama-sama tidak mengerti harus meminta bantuan kepada siapa. Mesya tidak pernah lagi mengalami kejadian mengerikan seperti ini sejak bertahun-tahun yang lalu. Lagi pula, saat itu juga kejadiannya tidak sampai seperti ini. Mesya tidak sampai mengalami langsung sesuatu yang mengerikan itu. Mesya hanya beberapa kali melihat dan sudah.. itu saja sudah terasa sangat mengerikan bagi Mesya. Tidak Mesya sangka kalau sekarang dia harus mengalami semua itu secara langsung. Bukan hanya itu saja, Mesya sendiri juga yang harus menyelesaikan dan mencari jalan keluar untuk masalah ini. Iya, hanya Mesya dan Adrel saja. Dira membutuhkan bantuan. Bagaimanapun caranya, Mesya akan mencoba membantu Kakaknya itu. Mesya tidak akan membiarkan Dira terus terjebak dalam kengerian itu. Mesya saja tidak sanggup tinggal di sana selama beberapa saat, bagaimana dengan Dira? Wanita itu pasti sangat tersiksa. Mesya kembali mengarahkan pandangannya ke depan. Melihat Delila yang menggoyangkan tangannya untuk bersalaman dengan Mesya. “Delila, mantan pacar Adrel”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD