Bab 44

1927 Words
Mesya membuka matanya ketika merasakan ada sesuatu yang berguncang. Ketika membuka mata, Mesya melihat kalau sekarang dia sudah berada di depan rumahnya. Mesya menghembuskan napasnya perlahan. Jadi dia tertidur selama perjalanan pulang? Astaga, tidak biasanya Mesya seperti ini. Mesya tersenyum sambil menatap Adrel yang masih duduk di sampingnya. Sekarang mereka sudah kembali lagi ke kota. Semua yang Mesya ingin lakukan, dia bisa bebas melakukannya. Di sini adalah tempat Mesya kembali pulang setelah dia mengarungi dunia ini. bersama dengan Adrel, ke tempat inilah Mesya akan kembali untuk istirahat. “Aku tidur selama perjalanan ya?” Tanya Mesya. Padahal dia sendiri sudah tahu jawabannya, tapi entah kenapa Mesya malah bertanya. Adrel mengangguk lalu tersenyum. Mesya melihat ke sekitar ketika dia mendengar ada suara ponselnya yang berbunyi. Ketika menemukan ponselnya, layar itu menyala dengan nama ‘Mama’ yang terlihat dengan sangat jelas. Adrel sampai mengernyitkan dahinya lalu bertanya sambil tersenyum geli. “Kenapa Mama lebih sering telepon kamu, ya?” Tanya Adrel. Menanggapi pertanyaan suaminya, Mesya hanya menggeleng sambil ikut tersenyum. Mesya segera menjawab panggilan itu. menyapa Mamanya dengan suara yang dia buat seramah mungkin. Mesya sangat sadar kalau suaranya yang baru bangun tidur akan sangat terdengar dengan jelas. Sambil menempelkan ponselnya di telinga, Mesya mulai melangkahkan kakinya untuk turun dari mobil setelah Adrel membukakan pintunya. Benar, pria itu memang sangat sering melakukan hal kecil yang terasa sangat romantis. Adrel adalah pria yang sangat sering melakukan hal-hal seperti itu. “Iya, Ma?” Mesya bertanya sambil tersenyum. Dia masih merasa geli ketika melihat raut wajah Adrel yang terlihat kesal karena Mamanya lebih sering menelepon Mesya. Sejak menikah, Mesya memang sangat sering tiba-tiba ditelepon oleh Mama. Itu adalah hal yang sangat biasa. Kadang juga Mesya yang lebih dulu menelepon. Mereka menjadi sangat dekat karena sering berbicara satu sama lain. Tidak Mesya sangka kalau sekarang suaminya sedang merasa kesal karena hal itu. salah sendiri, Adrel selalu saja sibuk dengan pekerjaannya sendiri sampai kadang lupa tidak menghubungi orang tuanya. “Mesya, kamu jadi pulang hari ini? Mama lupa nggak bilang ke kamu kalau hari ini Mama ada arisan gitu sama temen-temen. Ya, kayak biasanya gitu..” Mesya mengangguk mengerti. Sungguh, Mesya memang sudah hafal dengan tingkah laku mertuanya yang satu ini. Sama seperti Adrel, Mama juga sangat suka mengajak Mesya bertemu dengan teman-temannya. Kata Mama, suatu saat nanti Mesya yang akan meneruskan tahta dirinya. Jadi, Mesya juga harus mengenal teman-teman arisan Mamanya. Kadang Mesya merasa lucu karena diperlakukan seperti itu. Mesya sangat tahu kalau apa yang dilakukan Mama dan juga Darel adalah bentuk kepedulian dua orang itu agar Mesya juga bisa bergaul dengan banyak orang. Di kota ini Mesya memang awalnya tidak mengenal siapapun. Tapi berkat dua orang itu, sekarang Mesya memiliki beberapa orang yang bisa disebut teman oleh Mesya. Ya, sekalipun bukan teman dekat, minimal sekarang ada beberapa orang yang mau menyapanya ketika mereka tidak sengaja berpapasan dengan Mesya. “Iya, Ma. Ini aku sudah sampai di rumah” Mesya menjawab sambil tersenyum. Dia melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam rumah ketika Adrel sudah membuka pintu rumah. Mesya Melihat Dira yang tampak berjalan dengan santai menuju ke arah kamarnya. Baiklah, Mesya sangat senang kalau Kakaknya itu baik-baik saja. Beginilah yang Mesya inginkan. Mesya sangat tidak suka kalau Dira bertingkah aneh seperti beberapa hari lalu. Mesya tidak suka kalau Dira selalu saja diam dan tampak tidak tenang. “Oh, sudah sampai rumah? Kok cepet banget?” Mesya menatap jam dinding yang ada di sebelah kanan. Sekarang baru pukul 2 siang. Sebenarnya tidak terlalu cepat juga. Perjalanan dari desa ke kota memang lumayan jauh karena mereka harus melewati gunung dan juga bukut-bukit. Sayangnya tadi Mesya tertidur sehingga dia tidak bisa menikmati pemandangan indah itu. Sebenarnya yang paling Mesya suka dari perjalanan ini adalah pemandangan indah yang siap memanjakan mata. Apalagi tadi mereka berangkat pagi-pagi.. pasti akan sangat menyenangkan karena bisa melihat matahari yang baru terbut. Embun juga baru turun sehingga menambah keindahan yang ada. Mesya tidak mengerti kenapa tadi dia harus tertidur. Padahal dia sudah tidur semalaman. Tapi tubuh Mesya rasanya sangat lelah sehingga dia lebih memilih untuk tidur. “Iya, aku tadi berangkat pagi, Ma” Mesya menjawab dengan tenang. Wanita itu tersenyum ketika melihat Adrel datang sambil membawa segelas air putih. Ah, suaminya itu tahu saja kalau dia sedang haus. Mesya menerima uluran gelas dari suaminya dan langsung menegak air itu hingga tandas. Mesya tersenyum ketika melihat Adrel ikut duduk di sofa yang ada di sampingnya, tangan pria itu terulur untuk membawa Mesya lebih dekat dengannya. Adrel bahkan sampai menempelkan telinganya ke dekat telinga Mesya untuk tahu apa yang sedang dibicarakan Mesya dengan Mama. Mesya langsung menjauhkan dirinya dari Adrel. Tidak, kalau pria itu ingin mendengar suara Mamanya, dia harus menelepon sendiri. Adrel memang sering terlalu larut dengan pekerjaannya hingga dia lupa untuk menghubungi orang tuanya. Sungguh, untuk orang yang sudah tidak memiliki orang tua seperti Mesya, mereka baru akan tahu seberapa berartinya orang tua. Sekarang Adrel masih bisa melihat orang tuanya kapanpun dia mau, Adrel juga bisa bertemu dengan orang tuanya dengan sangat mudah. Pria itu mungkin sedikit menyepelekan komunikasi mereka karena dia berpikir kalau mereka bisa berbicara ketika sudah bertemu. Tidak, Adrel salah besar. Apapun yang terjadi, sebagai seorang anak Adrel harus sering-sering menghubungi orang tuanya. Mereka masih ada di dunia ini, Adrel harus memperlakukan mereka dengan sangat baik. “Sya..” Adrel menampakkan tatapan protes. Mesya menjulurkan lidahnya. “Ada Adrel ya di situ?” Mama tampaknya juga mendengar suara Adrel yang sedang merengek. Dasar pria tidak tahu malu, bagaimana mungkin dia merengek seperti itu? Apa dia tidak ingat kalau tahun ini dia sudah berusia 30 tahun? “Iya. Tapi jangan ngomong sama dia, Ma.. dia sok sibuk” Kata Mesya. Mesya mendengar suara tawa Mama di ujung sana. Ada juga suara seorang pria yang sangat mirip dengan suara Adrel. Iya, pasti di sana ada Papa. Sebenarnya dulu Mesya sempat takjup ketika tahu Adrel memiliki suara yang sangat mirip dengan Papanya. Ya, wajah mereka juga sama persis. Papa adalah gambaran Adrel ketika pria itu sudah tua nanti. Ah, Mesya tidak sabar melihat rambut Adrel beruban dengan kulitnya yang mulai keriput. Sungguh, memikirkan hal apa saja yang mungkin akan terjadi di masa depan, semua itu akan tetap indah kalau ada Adrel di sisi Mesya. “Iya, Mama juga sebel sama dia. Kemarin Mama sepat telepon, enggak diangkat sama dia. Enggak di telepon balik juga” Sekarang Mesya jadi melayangkan tatapan kesal ke arah suaminya. Oh astaga, Adrel memang sangat menyebalkan. Bagaimana mungkin pria itu melakukan ini semua? Mama telepon dan dia tidak mengangkat? Memangnya sesibuk apa pria itu sampai dia tidak bisa mengangkat telepon Mama? Dasar! Dia memang sangat menyebalkan! Ketika Mesya sedang melayangkan tatapan tajam ke arah Adrel, pria itu malah tampak mengernyitkan dahinya sambil menatap bingung. Adrel memang sudah tidak bisa mendengarkan apa yang Mesya dan Mama bicarakan. Sudahlah, biarkan saja pria itu terus kebingungan. Dia memang cocok dengan muka seperti itu. Mesya membalikkan tubuhnya. Sekarang dia jadi memunggungi Adrel. Pria itu tampaknya kembali kebingungan jadi dia berpindah tempat ke depan Mesya. Untuk sesaat Mesya jadi tidak bisa menahan tawanya. “Wih, beneran nggak diangkat, Ma? Udahlah, Adrel di coret aja dari daftar keluarga” Kata Mesya dengan suara yang dia buat keras-keras. Lagi, adrel tampaknya kembali kebingung dengan apa yang terjadi. Sayangnya, Adrel malah mengatakan satu kalimat yang langsung membuat Mesya tertawa. “Lah, ‘kan memang namaku udah nggak ada di daftar keluar Mama. Kamu lupa kalau sekarang kita udah punya kartu keluarga sendiri?” “Hahaha..” Mesya tertawa pelan. Adrel memang selalu bisa membuat suasana jadi berubah. Apa yang dikatakan oleh pria itu? “Ah, sudahlah.. nggak usah pikirin Adrel. Dia memang anak durhaka..” Mesya kembali tertawa. Memang sangat menyenangkan ketika memiliki ibu mertua yang memperlakukan Mesya seperti anaknya sendiri. Wanita itu tidak segan untuk bercanda dengan Mesya. Mama juga sangat peduli paad Mesya. Ya Tuhan, Mesya memang sangat beruntung karena memiliki ini semua. Kehidupannya sangat bahagia ketika mendapatkan Adrel sebagai suaminya, tapi ternyata belum berhenti di situ, Mesya juga kembali merasakan kebahagiaan ketika mendapatkan mertua yang sangat peduli padanya. Sungguh, tidak ada hal yang lebih sempurna dari ini semua. “Kata Mama kamu anak durhaka..” Mesya berbisik pelan ke telinga suaminya. Seketika itu juga Adrel kembali cemberut. Sungguh, apa pria itu tidak lelah? Dia seharusnya langsung pergi istirahat di kamarnya setelah mengemudikan mobil selama berjam-jam. Bukan malah mengganggu Mesya yang sedang bertelepon dengan Mama. “Mesya, kamu nanti bisa dateng ‘kan?” Mesya kembali fokus untuk mendengarkan suara Mama. Jadi begini, setiap kali ada acara arisan, dibanding mengajak Papa, Mama lebih suka mengajak Mesya. Nanti, setelah pulang dari arisan, Mama akan selalu mengajak Mesya untuk memborong baju di pusat perbelanjaan ternama di kota ini. Mama tidak suka berbelanja pakaian yang biasa-biasa saja. Sungguh, dulu saat baru pertama datang ke sini, Mesya merasa sangat malu kalau harus pergi dengan Mama. Mesya tidak tahu pakaian apa yang cocok untuk dia gunakan. Mesya terbiasa menggunakan pakaian biasa yang dia beli di pasar kota di dekat desanya. Mesya tidak pernah mengunjung pusat perbelanjaan yang besar dengan pakaian indah yang terlihat selalu berkilauan. Dulu Mesya selalu mengira kalau pakaian itu sangat mahal. Benar, awalnya Mesya memang merasa kalau harga pakaian itu mahal baginya. Tapi, sekarang Mesya sudah tidak kaget lagi. dia sudah terbiasa ketika Mama dan Adrel akan selalu memaksanya membeli pakaian mahal. Ya, sekarang Mesya sendiri yang jadi suka berbelanja pakaian. Untunglah Adrel bukan suami yang akan marah kalau Mesya ingin beli-beli pakaian. Justru Adrel akan marah kalau Mesya lama tidak berbelanja. Pria itu lebih suka kalau Mesya merampok isi dompetnya. Ah, lagi pula Adrel juga tidak pernah membawa banyak uang. Semua uang yang dimiliki pria itu selalu diberikan pada Mesya. Adrel membuatkan satu rekening khusus yang akan dia isi setiap bulan untuk kebutuhan rumah dan juga kebutuhan Mesya. Sebenarnya Adrel juga memiliki rekening pribadi, tapi isinya tidak sebanding dengan milik Mesya. Adrel sering kali malah mentransfer semua uangnya pada Mesya dan hanya menyisakan beberapa juta saja di dalam rekeningnya. Ada juga satu lagi rekening yang kata Adrel digunakan untuk kepentingan perusahaan pria itu. Mesya pernah iseng melihat isi saldonya, sungguh.. saat itu Mesya merasa ingin pingsan karena tidak sia menghitung jumlah digit uang itu. “Bisa, Ma.. tenang aja. Acaranya jam berapa?” Tanya Mesya. Selain karena Mesya memang harus melakukan banyak persiapan sebelum bertemu dengan teman-teman Mama yang dari kalangan atas, sekarang Mesya juga masih ingin merebahkan dirinya di tempat tidur. Tadi dia memang sudah tidur saat di mobil, tapi sekarang punggung Mesya terasa sangat lelah karena tadi tidur sambil duduk. Sungguh, bertemu dengan teman-teman Mama selalu saja membuat Mesya merasa tidak percaya diri. Dulu di awal pernikahannya, Mesya selalu saja diam sambil duduk di pojok ruangan tiap kali Mesya diajak datang ke acara arisan. Ya ampun, Mesya sangat malu karena Mesya terlihat sangat norak. Saat itu Mesya memang masih seperti seorang gadis desa yang datang ke kota. Mesya tidak pernah tahu bagaimana caranya menyesuaikan pakaian yang harus dia gunakan. Sementara itu, teman-teman Mama yang dari kalangan atas itu, mereka semua selalu tampak sangat cantik dengan pakaian dan juga perhiasan mahal. Pernah saat itu Mesya iseng mencari salah satu merk tas yang dipakai oleh mereka, Mesya hanya bisa melongo sambil menghela napas ketika tahu harganya mencapai ratusan juga. Sungguh, saat itu Mesya sampai berpikir semalaman mengenai kekayaan salah satu wanita itu. Mesya memikirkan bagaimana kayanya wanita itu. Mesya juga memikirkan apa pekerjaan suami wanita itu karena bisa membelikan sebuah tas mahal yang baru keluar dari pabrik. Ya, itu adalah salah satu tas terbaru dari salah satu merk ternama di dunia yang harganya mencapai ratusan juta. Selang dua hari kemudian Mesya benar-benar jatuh pingsan karena Adrel tiba-tiba membelikan tas yang sama dengan yang dia lihat saat sedang arisan. Adrel mengatakan kalau Mama sempat memperhatikan Mesya yang terus saja melihat ke salah satu tas temannya. Mama pikir Mesya ingin memilikinya. Dan suami Mesya yang sedikit gila itu, dia dengan sangat santai membelikan satu untuk Mesya. Sungguh, sejak saat itu Mesya selalu menjaga matanya agar tidak melihat satu barang yang dimiliki oleh teman Mama lebih dari dua detik saja. Lebih baik Mesya menatap ke arah makanan mewah yang akan selalu tersedia ketika mereka sedang arisan. “Jam 5 kayaknya..” Mesya menghela napas. Yah.. keinginannya untuk merebahkan punggung di kasur ternyata gagal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD