Bab 12 Mimpi Buruk dan Pelukan Hangat darinya

1608 Words
Kejadian yang terjadi di acara pesta amal seketika mengguncang seluruh negeri! Banyak netizen di luar sana yang memberikan kesan negatif kepada Briana dan menilainya wanita yang tidak tahu berterima kasih. KueCantik: Astaga! Dia sungguh tidak tahu malu! Bagaimana bisa dia pergi ke pesta itu bersama musuh suaminya sendiri? Apakah karena Raizen Sinclair itu sangat tampan? Aku dengar dia memiliki grup penggemar tersendiri di media sosial dengan jumlah anggota puluhan juta orang. Bukankah reputasinya melebihi seorang aktor? Kenapa pria terhormat seperti itu mau mendekati wanita yang sudah bersuami? Aku tidak mengerti sama sekali! JajanPasar: Hei! Diamlah kamu @KueCantik. Apa kamu tahu siapa Raizen Sinclair? Dia itu adalah pebisnis kejam yang sangat menakutkan! Latar belakang keluarganya bisa mengguncang ekonomi ibukota! Kamu tidak takut akan menjadi sasarannya dengan berkata begitu? Sebulan lalu, ada perusahaan yang menuntut ganti rugi ke Grup Sinclair, sekarang sudah jadi tinggal kenangan dan pemilik perusahaannya dipenjara dengan tuduhan korupsi dan penyelewengan pajak! Berani sekali kamu menuduhnya sebagai orang ketiga! Kamu mau dituntut, ya? BotolAirSejuk: Aku adalah salah satu anggota dari grup penggemar Tuan Sinclair! Aku bisa memastikan kalau mereka berdua hanya mitra bisnis semata! Aku mendengarnya langsung dari orang dalam kenalanku! Kalian jangan menyebar fitnah sembarangan, ya! Tuan Sinclair mungkin kejam dan tidak berperasaan, tapi dia tidak akan merendahkan dirinya sebagai selingkuhan dari wanita yang sudah bersuami! Kamu pikir dia siapa, hah?! Aku yakin karena kasihan sudah dikhianati oleh suaminya sendiri, Tuan Sinclair mengulurkan tangan untuk membantunya! Apalagi suami dari wanita itu adalah musuh dan saingannya selama ini. Bukankah paling mudah menghancurkan musuh dengan menggaet kenalannya sendiri? Dododoremifasolasidooo: Halah! Apapun alasannya, bukankah mereka tetap berdua? Aku sangat menyayangkan wanita itu. Siapa namanya? Briana Aldamar, kan? Dia itu sungguh bodoh! Apa susahnya menerima wanita lain dalam pernikahan mereka kalau dia memang adalah orang ketiga sejak dulu? Lagi pula, dengan membuat malu suaminya, apakah dia akan mendapat pembagian harta setelah berhasil cerai? Aku yakin dia akan menyesal karena ingin berpisah darinya. Jangan-jangan, sikap memberontaknya itu hanyalah trik agar membuat suaminya tunduk? Aku yakin Tuan Sinclair tidak tertarik kepadanya. Bukankah dia sudah memiliki calon istri? KucingAnggora: @BotolAirSejuk Kamu benar! Aku setuju! Wanita itu pasti akan menyesal dan jatuh miskin! Apa dia berpikir bisa merebut harta mantan suaminya, lalu menempel kepada Tuan Sinclair? Sungguh tidak tahu malu! Dia bahkan menindas Danira Kusmana, seniman berbakat dan sangat baik hati. Aku yakin dia menggunakan trik kotor agar Gael Hartono mau setuju dengan perjodohan mereka! Aku dengar dari sumber yang terpercaya kalau dia adalah seorang yatim piatu! Lihat? Statusnya sudah cukup jelas! Dia boleh saja cantik luar biasa, tapi hati seorang manusia tidak bisa berbohong! Dia itu adalah sampah dan penuh kejahatan! Aku yakin, dia pasti akan jatuh miskin dan menderita karena sudah berani bermain-main dengan dua pria kaya berkuasa! Setelah nanti dibuang oleh suaminya tanpa sepeserpun harta, dia pasti akan dicampakkan oleh Tuan Sinclair karena sudah dicap tidak berguna melawan saingan bisnisnya! Dia benar-benar percaya diri, tapi sesungguhnya sangat bodoh dan hanya dimanfaatkan saja! Komentar dari netizen dengan nama akun KucingAnggora itu memantik banyak perdebatan di banyak tempat, lalu diabadikan dalam bentuk tangkapan layar. Beberapa forum sudah berhasil membuat gosip itu menjadi lebih heboh sehingga tidak hanya membuat tempat kerja Briana mengenali bos baru mereka, tapi juga para pemegang saham di Grup Hartono terkejut dengan identitas wanita yang telah melawan putra keluarga Hartono pada rapat umum pemegang saham. Di saat skandal Briana melejit tinggi hanya dalam hitungan jam, wanita itu sendiri sekarang sudah berada di dalam mobil Raizen. Mungkin karena terlalu lelah menghadapi suaminya di depan umum, akhirnya dia tertidur dalam pelukan Raizen. “Apakah masih lama?” tanya Raizen cemas kepada sopir, keningnya bertaut kencang. Hatinya yang tidak tenang melihat kondisi Briana, kini campur aduk dengan kemarahan yang tertahan usai membaca komentar para netizen. “Sebentar lagi, Tuan! Mini marketnya tinggal beberapa meter lagi. Kita bisa membeli plester kompres demam di sana.” “Tolong dipercepat. Demamnya sangat tinggi,” balasnya menahan panik meski wajah dinginnya masih terlihat tenang. Kedua lengan memeluk Briana yang sedang menggeliat gelisah dalam tidurnya. Briana Aldamar bermimpi buruk. Dia kembali pada ingatan di mana Gael memaksanya untuk mendonorkan ginjal kepada Danira. Adegan di mana Briana dikejar di malam hari oleh sekumpulan preman tidak terjadi begitu saja. Sekitar dua minggu sebelumnya, mereka suka bertengkar hebat mengenai masalah donor tersebut, tapi Briana terus saja menolak dan mengatakan banyak hal mengenai keburukan dan sandiwara Danira, termasuk salah satunya kalau kecelakaan yang dialaminya hanyalah rekayasa semata agar dia tidak bisa hamil keturunan dari keluarga Hartono. “Briana! Kamu sangat berhati busuk! Bagaimana bisa kamu mengatakan Danira yang sedang kesakitan itu hanya berpura-pura? Aku melihat sendiri bagaimana darah dan lukanya sangat mengerikan! Kapan kamu akan tobat dan berhenti memfitnah orang yang selalu membelamu?! Sekarang, ikut denganku! Kalian berdua memiliki darah yang cocok, bukan? Ginjal kalian berdua pasti cocok!” Briana menggertakkan gigi marah. “Aku tidak mau! Kamu gila?! Gael, percayalah kepadaku kali ini saja! Ini hanya siasat Danira agar membuat kita semakin jauh! Dia ingin menghancurkan pernikahan kita! Tidak bisakah kamu melihatnya?! Dia tidak mau aku mengandung anakmu!” Gael menggelap suram dengan sorot mata benci yang membuat Briana terkejut. Nada suaranya sangat dingin, “Apakah aku pernah meminta anak dalam pernikahan ini? Kamu jangan terlalu menilai dirimu tinggi!” Tubuh Briana gemetar dingin oleh kemarahan hebat! “Aku tidak akan pernah setuju! Kalau dia butuh ginjal, maka cari saja yang lain! Bukankah keluarga Hartono punya banyak uang?!” “Danira butuh ginjalnya dalam waktu dekat! Tidak bisa menunggu lagi!” Keduanya bertengkar hebat hari itu dengan menyisakan perang dingin selama hampir 3 hari. Lalu, di suatu pagi, ketika Briana turun dari kamar, dia melihat Gael sudah berdiri di ruang tengah sambil menerima sebuah panggilan. “Benarkah? Baiklah. Jangan khawatir, Sayang. Aku pasti akan menemukan ginjal yang cocok.” Briana berjalan melewatinya dengan dingin, tidak mengatakan apapun. “Briana! Ikut denganku sekarang juga!” Briana tidak menjawab. “Briana!” raung Gael geram, menarik sebelah lengannya seolah-olah akan menghancurkannya. “Sakit! Lepaskan aku! Jangan berani-beraninya menyentuhku!” Briana mendorongnya sekuat tenaga hingga pria itu mundur dan membentur tepi meja. “Kamu!” geram Gael menahan sakit. Briana mendengus geli melihatnya mengerang kesakitan. Dia baru mengalami sakit seperti itu sudah manja seperti anak perempuan? “Kamu tahu bagaimana rasanya selama ini aku menjadi bank darah untuk kekasihmu itu? Rasanya jauh lebih sakit daripada apa yang kamu alami gara-gara terbentur! Sekarang, kamu ingin agar aku memberikan ginjalku kepadanya? Kamu benar-benar tidak memiliki hati!” desis Briana dingin, melangkah tidak peduli menuju dapur. Di belakang, Gael berteriak murka. “Dasar wanita jahat! Kamu pikir kenapa Danira selalu bermasalah? Itu karena kamu membuatnya tertekan! Dia yang selalu terluka, bukankah kiriman dari orang-orang suruhanmu?! Berhentilah bersikap sok suci!” Selama 3 tahun menikah dengan Gael Hartono, Briana tidak hanya diperlakuan sebagai penjahat yang dinilai munafik, tapi juga selalu menjadi bank darah untuk Danira. Setiap kali wanita itu terluka, Briana harus memberikan darahnya dengan banyak alasan. Di antaranya adalah karena dia yang telah diam-diam melukainya, atau karena dia berhutang kepadanya, makanya seumur hidup dia harus menebusnya. Selama 3 tahun, darahnya diperas. Sekarang, Gael meminta ginjalnya. Di hari lain, apa lagi yang akan diambil dari tubuhnya? Hati? Jantung? Nyawanya?! Briana mengabaikan lolongan marah suaminya, meneguk segelas jus yang selalu diminumnya di pagi hari. Tapi, yang membuatnya merasa ganjil adalah rasa jus itu agak pahit dan kepalanya mulai agak pusing. Dalam hitungan detik, gelas yang dipegang olehnya meluncur ke lantai. Briana mengira kalau dia akan jatuh baring menghantam lantai, tapi tiba-tiba saja Gael memeluknya dari belakang, lalu berbisik kejam dan dingin, “Kamu yang terpaksa membuatku melakukan ini, Briana….” Setelah ucapan itu, Briana terbangun dalam keadaan sangat terkejut! Banjir keringat menghiasi wajah cantiknya. Dia sangat linglung bertemu mata dengan mata dingin dan segelap malam, tapi ada kekhawatiran yang timbul di sana. “Mimpu buruk?” tanya Raizen dengan suara selembut dan sehalus mungkin, menekan pelan plester kompres demam di dahi sang wanita. Briana yang sesaat belum memahami situasi kenapa dia berada dalam pelukannya, seketika memerah kecil. “Sa-saya baik-baik saja. Tidak perlu ini,” katanya canggung, mencoba membuka plester kompres demam di dahinya. Raizen menahannya, berkata penuh bujukan. “Kamu demam tinggi. Tidak boleh dilepas. Sebentar lagi kita akan tiba di rumah sakit.” Briana buru-buru hendak lepas dari pelukannya, tapi ditahan olehnya secepat mungkin. “Kamu demam, tapi tubuhmu menggigil. Suhu mobil sudah dinaikkan, tapi sama sekali tidak membantu. Dengan memelukmu baru bisa membuatmu lebih baik. Tidurlah sebentar lagi, aku tidak keberatan.” Briana merasa jantungnya berdetak sangat kencang. Perasaan apa ini? Takut? Gugup? Dia sama sekali tidak tahu. “Tapi, baju Anda akan kusut, Tuan Sinclair. Lagi pula, saya tidak ingin merepotkan Anda lagi,” ujarnya tidak enak hati. Raizen menghela napas berat, memeluknya selembut mungkin. “Jangan keras kepala. Selain itu, bukankah kita sudah sepakat untuk berbicara santai satu sama lain? Kenapa berbicara formal lagi?” Briana kehilangan kata-kata ketika dia memerhatikan wajah tampan sedingin es itu tampak mengeluh dengan kening bertaut lemah. Sepertinya, apapun ekspresi pria itu, ketampanannya tidak akan pernah hilang. Bagaimana dia bisa begitu tergila-gila dengan seekor cumi-cumi jelek yang terdampar di pantai? Hati Briana geram sekaligus menyesal. Dia benar-benar buta selama ini! “Ka-kalau begitu, bolehkah saya tidur lagi? Sepertinya demam saya memang sangat parah,” ujar Briana dengan suara mulai serak. Tubuhnya sangat sakit di mana-mana. Mungkin karena terlalu memaksakan diri selama ini dalam bekerja. Pelukan Raizen juga tidak begitu buruk. Gael tidak pernah memeluknya selama mereka menikah, hanya terus memeluk Danira. Apakah dia salah memanfaatkan kebaikan Raizen lagi kali ini? “Tentu. Tidurlah. Jangan cemaskan apapun. Ada aku di sini,” balas Raizen lembut, tersenyum sangat tampan sembari mengelus puncak kepala Briana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD