Happy Reading
Deby melenguh kala membuka matanya, badannya terasa remuk redam akibat apa yang dia lakukan semalam bersama dengan orang asing yang telah membelinya. Deby melihat ke samping dan laki-laki itu masih
terlelap.
"Astaga, semalam aku sudah menyerahkan kesucianku pada pria tampan ini!" Deby masih ingat jelas bagaimana sakitnya di robek seperti itu. Deby merasa ada sesuatu yang di belah paksa, perih dan sangat sakit, tetapi setelah itu Deby menikmati permainan Alvaro sampai hampir pagi.
"Sebaiknya aku segera pergi ke Bank untuk mencairkan uangnya," gumam wanita itu.
Alvaro semalam memang sudah memberikan cek dengan nominal yang Deby inginkan sebelum dia menyerahkan kesuciannya untuk Alvaro. Tetapi dengan syarat jika semalaman Deby harus melayani Alvaro sampai puas.
Perlahan Deby turun dari atas ranjang dan mengambil pakaiannya yang tercecer dilantai. Deby hanya mencuci muka dan langsung pergi dari tempat itu sebelum Alvaro bangun. Bagi Deby itu adalah pengalaman pertama dan terakhir dengan pria tersebut.
Deby berharap tidak akan ada pertemuan kedua, ketiga ataupun seterusnya. Wanita itu keluar dari hotel dan memesan taksi online. Deby pulang ke rumah dan membersihkan diri. Wanita itu menatap pantulan tubuhnya di cermin. Banyak sekali bekas merah kehitaman yang di buat oleh pria yang membelinya itu.
"Ganas banget sih? Duh, masih perih lagi," Deby membasuh area intinya dengan air hangat. Ternyata benar apa yang di katakan teman-temannya di tempat kerja jika lepas perawan itu rasanya pasti sakit, tetapi kalau lama-lama jadi nikmat.
"Ah, apa sih yang aku pikirin! Lebih baik aku cepat-cepat pergi ke Bank."
Deby mandi dengan cepat, setelah itu dia langsung pergi ke Bank untuk mencairkan uang dengan total nilai satu miliar itu. Bagi Deby baru kali ini dia melihat uang sebanyak itu. Biaya operasi Desy sebesar 450 juta dan itu artinya dia masih bisa membayar hutang-hutangnya pada rentenir yang jumlahnya hampir seratus juta.
Dia masih memiliki sisa beberapa ratus juta untuk hidup kedepannya bersama sang kakak. Tentunya biaya itu sudah setara dengan harga keperawanannya.
Setelah selesai pengambilan uangnya di Bank, akhirnya Deby memutuskan untuk langsung ke rumah sakit dan memberikan uang untuk biaya operasinya itu.
"Semoga setelah operasi kakak bisa sembuh seperti sedia kala," do'a Deby.
Wanita itu akan menemui sang dokter dan melunasi p********n operasi transplantasi ginjal Desy agar bisa segera terlaksana.
***
Alvaro terbangun kala mendengar dering panggilan di ponselnya. Pria itu membuka matanya dan melihat sekeliling sudah sepi, tidak nampak ada seseorang di kamar itu selain dirinya.
"Ternyata dia sudah pergi."
Akhirnya Alvaro mengangkat panggilan itu yang ternyata dari orang kepercayaannya.
"Halo Ndra, ada apa?"
"Tuan, tuan besar mencari Anda di kantor, tapi sepertinya tuan besar tahu kalau Anda tidak masuk kantor pagi ini."
"Hem, setelah ini aku akan pulang."
Alvaro mematikan panggilannya dan bangkit dari atas tempat tidur. Pria itu melihat sekeliling, semua barang-barang Deby sudah tidak ada yang itu artinya wanita itu memang sudah pergi.
Alvaro memutuskan berjalan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Semalam adalah pengalaman pertamanya bermain dengan gadis, karena biasanya dia selalu mendapatkan wanita yang sudah tidak bersegel. Ada rasa bangga yang menyenangkan ketika berhasil menjebol segel kuat itu dan rasanya sungguh luar biasa. Dulu saat pertama kali menyentuh Emily di malam pertama mereka, ternyata wanita itu sudah tidak perawan. Alvaro sebenarnya kecewa karena saat itu adalah pengalaman pertamanya, tetapi dia mendapatkan barang bekas.
Setelah menikah selama Lima tahun juga yang dia dapatkan adalah pengkhianat dari wanita yang dulu berstatus sebagai istrinya dan sekarang hanyalah seorang mantan istri. Padahal Alvaro masih begitu mencintai wanita tersebut.
"Sial, kenapa aku memikirkan wanita itu lagi!"
Alvaro tidak mau berlama-lama, dia memutuskan untuk segera membersihkan diri dan dia harus kembali ke kantor untuk bertemu kakeknya yang akhir-akhir ini sering merecokinya. Pria tua itu sudah tidak sabar untuk mencarikan jodoh lagi untuknya. Padahal Alvaro belum menginginkan sebuah ikatan dalam pernikahan lagi setelah di khianati. Rasa sakit dan trauma itu masih membekas. Namun, kakeknya justru yang sudah tidak sabar ingin segera menimang buyut karena pernikahan Alvaro dan Emily dulu tidak dikaruniai anak.
Alvaro sampai di mansion sudah jam setengah sepuluh pagi, dia tidak jadi ke kantor karena asistennya mengatakan jika sang kakek sudah pulang. Alvaro memang terlambat bangun gara-gara kegiatan semalam yang membuatnya lelah. Alvaro masuk ke dalam mansion dan langsung dihadang oleh tuan besar Albian Bautista, kakek Alvaro yang berusia 70 tahun itu
"Dari mana saja kamu?" tanya Albian dengan suara berat dan dalam, matanya menyorot tajam pada tubuh tegap itu. "Jam segini seharusnya sudah sampai di kantor dan memimpin rapat, tetapi apa yang kamu lakukan?"
Alvaro hanya diam tanpa ingin membalas ucapan sang kakek. Tanpa menjawab pun kakeknya pasti tahu dia semalam kemana. Setelah berpisah dari Emily Lima tahun yang lalu membuat pria itu jadi sering ke bar hanya untuk sekedar minum dan bermain wanita. Baginya dengan melampiaskan hal itu bisa membuatnya pikirannya jadi lebih baik.
"Kamu main wanita lagi kan? Ck, dengar Alvaro, umurmu sudah tiga puluh Lima tahun. Sudah saatnya serius untuk hidup berumah tangga kembali, kalau kamu masih belum menemukan wanita yang tepat di hatimu untuk menggantikan Emily kakek sudah ada calon untukmu, tinggal menurut saja dan kakek bakal atur semuanya!"
Kali ini Alvaro langsung menatap sang kakek karena merasa tidak terima jika harus dijodoh-jodohkan. "Tidak perlu menjodohkan ku Kek, aku pasti akan menikah kembali dan memberikan kakek cucu buyut."
"Sampai kapan? Bagimu pernikahan tidak penting sekarang karena trauma dengan wanita, kamu juga bisa tidur sesukamu dengan wanita bayaran diluar sana, lalu buat apa kamu menikah lagi? Bukankah semuanya sudah kamu dapatkan? Begitu kan pikiranmu?" Albian sampai terengah-engah karena memakai nada tinggi untuk memarahi cucu satu-satunya itu.
"Kalau kamu tidak mau menikah, aku akan menyumbangkan seluruh hartaku ke panti asuhan dan kamu tidak akan mendapatkan apapun!" Ancam sang kakek.
Alvaro terkejut mendengar ucapan kakeknya, tentu saja dia tidak mau menjadi gelandangan jika semua hartanya diberikan ke panti asuhan. Bagaimana caranya dia bersenang-senang kalau sudah tidak memiliki uang lagi?
"Tidak bisa begitu kek, itu semua adalah hasil kerja kerasku, jadi kakek tidak bisa mengatur begitu saja," ujar Alvaro masih kekeh dengan pendiriannya.
"Meskipun begitu, namamu belum tertera di manapun, bahkan kakek belum memindahkan aset perusahaan yang kamu pimpin atas namamu, jadi semuanya masih kakek yang handle dan semuanya hanya atas persetujuan Kakek," jawab Albian membuat Alvaro mengacak rambutnya.
"Sial, kakek memang pandai sekali membuat ku tidak berkutik," batin Alvaro.
"Begini kek, sebenarnya aku sudah memiliki kekasih, jadi aku tidak mau menerima perjodohan yang kakek buat, aku sangat mencintai kekasihku, tapi dia masih belum siap menikah," ucap Alvaro berbohong.
Tentu saja dia tidak mau dijodohkan dengan wanita yang tidak dia kenal. Bagaimana dia harus menghadapi tabiat para wanita-wanita itu sedangkan dia sama sekali tidak ingin terikat hubungan pernikahan saat ini. Pernikahan dan wanita dua-duanya membuatnya frustasi dan terluka.
"Benarkah kamu sudah memiliki kekasih?" Albian memicingkan matanya. Pasalnya setelah pernikahan cucunya itu gagal, Alvaro benar-benar berubah menjadi pria yang tidak ingin memiliki komitmen dengan siapapun.
"Iya, kakek pasti tidak tahu, karena aku memang tidak mempublikasikan," jawab Alvaro sambil memainkan ponselnya.
"Baiklah, kalau begitu bawa kekasih ke sini, kenalkan pada kakek!"
Bersambung.