Bab 1. Menawarkan Diri
Happy Reading.
"Jadi, kakak saya harus di operasi, Dok?" tanya Deby kepada dokter yang menangani penyakit kakaknya.
"Iya, betul," jawab dokter tersebut.
Deby merasa lemas ketika mendengar ucapan dokter yang mengatakan jika kondisi kakaknya semakin kritis. Jika ingin kakaknya sembuh, harus segera dilakukan tindakan operasi transplantasi ginjal.
Namun, apakah dia sanggup untuk mendapatkan uang untuk biaya operasi sang kakak? Sedangkan untuk biaya pengobatannya saja sudah kurang-kurang. Dibela-belain hutang kemana-mana agar kebutuhan semuanya terpenuhi. Gaji Deby sebagai pemandu karaoke juga tidak seberapa. Namun, Deby tetap akan berusaha.
"Terus biaya operasinya berapa, Dok?" tanya Deby kepada dokter pria paruh baya dengan kacamata bertengger di hidungnya itu.
"Biayanya cukup mahal, apa kamu sanggup?"
"Saya akan usahakan, Dok. Kakak saya harus sembuh, berapapun biayanya pasti akan saya bayar, saya akan mencari pinjaman kalau perlu," jawab Deby sedikit frustasi.
Dokter itu menghela nafas dan menggelengkan kepala pelan, dia cukup merasa prihatin dengan yang terjadi kepada kakak beradik ini. Di ketahui kedua orang tua mereka sudah meninggal dan sekarang mereka hidup sebatang kara.
"Dokter, tolong saya, hiks! Tolong kakak saya!" Deby benar-benar takut jika pihak rumah sakit tidak mau menolongnya. Wanita itu memohon sambil berlinang airmata. Deby ingin mengusahakan agar kakaknya sembuh dan dia akan melakukan apa saja untuk itu.
"Baiklah, kami akan melakukan yang terbaik, tapi kali ini pihak rumah sakit tidak bisa banyak membantu persoalan biaya," jawab dokter bernama Mike itu.
"Iya Dok, saya paham. Saya akan mencari pinjaman untuk biaya operasinya."
***
Deby terkejut saat mendengar biaya operasi kakaknya yang memang sangat fantastis, terlebih pihak rumah sakit juga perlu pendonor ginjal terlebih dahulu untuk mengganti ginjal Desy-kakak Deby yang sudah rusak. Kaki Deby terasa lemah, dia benar-benar sedih, tubuhnya letih dan pikirannya merasa begitu frustasi.
"Kemana lagi aku harus nyari pinjaman uang, padahal hutang ku sudah banyak," keluh Deby saat di lorong rumah sakit.
Rasanya seperti ingin menyerah saja, tetapi tentu Deby bukan orang yang seperti itu. Malam ini dia harus meninggalkan kakaknya lagi untuk bekerja sebagai pemandu karaoke di sebuah tempat karaoke terkenal di kota itu.
Deby sudah sampai di tempat kerjanya, pikirannya semrawut memikirkan bagaimana caranya dia bisa mendapatkan uang banyak.
"Kamu itu kerja apa melamun?" Deby terkejut saat salah satu temannya menyenggol lengannya.
Deby menghela nafas panjang. "Aku tuh lagi mumet, bingung, butuh duit banyak, kamu tahu gimana caranya biar bisa cepat dapat duit, tapi bukan nyolong loh, ya!"
"Kenapa nggak jual diri aja, apalagi kamu masih perawan, pasti mahal harganya," jawab wanita bernama Via itu dengan enteng.
Bukannya marah tapi Deby langsung tersenyum lebar mendengar saran dari temannya itu. Kenapa dia tidak terpikirkan sama sekali. Dengan cara menjual dirinya, bukankah itu bisa mendapatkan uang secara cepat. Biarlah kali ini dia melakukan hal yang sangat dia pantang sejak masuk ke tempat hiburan ini.
"Ah, Via. Makasih udah mengingatkan," Deby memeluk Via gemas. "Demi kakakku, aku akan melakukan apapun termasuk menjual keperawananku. Ah, iya aku harus bertemu dengan Madam," ucap Deby melepaskan pelukannya pada Via. Madam adalah pemilik karaoke dan tempat hiburan malam tempatnya bekerja.
"Tuh kan, dari dulu kamu ditawari Madam buat kerja enak dapat duit banyak, tapi nggak mau, kayak aku nih ya, sebulan bisa belanja barang-barang mewah dan mahal. Tentunya dengan cara seperti itu aku bisa mendapat nya," ujar Via yang memang bekerja sebagai pemandu karaoke Plus.
Deby mengangguk, sepertinya dengan cara itulah jalan satu-satunya agar dia bisa mendapatkan uang banyak. "Aku akan cari madam!"
Wanita itu menuju ruangan wanita yang di sebut Madam itu.
"Ada apa Deby?"
"Madam, aku mau menerima tawaranmu waktu itu. Tapi tentunya aku minta bayaran yang mahal, gimana?"
"Itu tergantung bagaimana pelayanan kamu," jawab wanita tua tersebut.
"Meskipun aku belum berpengalaman, tapi aku ini masih perawan, masih bersegel. Jadi itu sudah menjadi nilai tambahan lho," jawab Deby percaya diri.
Madam tersenyum sambil mengamati Deby dari atas sampai bawah. "Hemm, boleh juga."
***
Di sebuah sudut ruangan, nampak seorang pria tampan dengan wajah khas kebulean sedang menenggak minumannya. Di sampingnya ada seorang wanita paruh baya yang masih cantik dengan dandanan menor dan baju kurang bahan.
"Bagaimana Tuan Alvaro, aku punya barang masih bagus, masih bersegel dan tentunya kinyis-kinyis karena gadis ini belum pernah tersentuh sama sekali, apa Anda mau? Saya menawarkan pada Anda karena gadis ini meminta biaya yang cukup mahal mengingat jika dirinya menjual keperawanannya," ujar wanita yang biasa di panggil madam itu.
Pria yang bernama Alvaro itu meletakkan gelas yang sudah kosong di atas meja. Sejak ditinggal pergi oleh mantan istrinya yang lebih memilih pria selingkuhannya itu, Alvaro melampiaskan kemarahan dengan tidur dengan wanita-wanita dengan bayaran mahal. Kalau hanya untuk membeli perawan tentu saja dia sanggup. Alvaro juga ingin tahu bagaimana rasanya gadis perawan itu karena dia belum pernah merasakannya. Mantan istrinya dulu juga sudah tidak perawan lagi ketika menikah dengannya.
"Bawa dia kesini, aku ingin tahu berapa dia menjual keperawanannya," jawab Alvaro kembali menuangkan wine itu dan meminumnya dengan sekali tenggak.
Akhirnya Madam memanggil Deby yang sudah siap dengan pakaian seksinya. Jujur, Deby sangat gugup, dia tidak pernah menyangka jika akan melakukan ini. Kalau disuruh memilih dia akan milih mempertahankan kesuciannya, tetapi biar bagaimanapun Deby juga butuh uang banyak untuk kesembuhan kakaknya.
Alvaro menatap Deby tidak berkedip, menurutnya Deby ini cantik dan seksi. Kulitnya putih, mulus dan yang terpenting, Alvaro suka.
Deby terlihat menunduk malu, dia tidak seperti kebanyakan wanita yang biasanya Alvaro sewa yang akan menatapnya dengan tatapan menggoda. Berarti benar jika wanita ini masih orisinil tanpa disentuh oleh siapapun.
"Berapa harga yang kau inginkan?" tanya Alvaro.
Deby mengangkat wajahnya, menatap pria yang katanya menginginkannya itu.
'Ternyata tampan juga, untung bukan Om botak atau orang tua berperut buncit,' batin Deby tersenyum geli dengan pemikirannya.
Deby menelan salivanya, dia harus bisa meminta uang yang banyak kepada pria itu. Mumpung ada yang mau, pikirannya.
"Karena saya masih perawan dan butuh uang banyak untuk kakak saya, jadi saya meminta 500 juta semalaman, bagaimana, Tuan? Apa Anda bersedia?" Alvaro menaikkan sebelah alisnya.
Ternyata gadis itu unik juga. "Hemm, tidak apa-apa yang penting aku bisa mencicipi perawan, dia juga cukup cantik." Batin Alvaro.
"Oke, deal, aku mau kamu melayaniku dengan baik dan kamu akan mendapatkan uang satu miliar setelah melayani ku," ujar Alvaro.
"Satu miliar?" Deby menganga.
"Ya, bagaimana?"
Deby mengangguk, "baiklah Tuan, kita bisa mulai," Alvaro berdiri dan berjalan mendekati Deby.
"Ayo!" Alvaro merengkuh tubuh Deby ke dalam dekapannya. Kemudian membawa gadis itu keluar untuk mencari hotel. Dan akhirnya malam itu Deby benar-benar menyerahkan kesuciannya pada Alvaro.