Happy Reading.
Deby berdiri dan menunjuk Alvaro. "Hey, tuan muda. Memangnya siapa yang mau dibantu? Bukankah saya juga tidak minta? Seharusnya Anda tidak perlu pamrih seperti ini!"
Alvaro tersenyum tipis melihat reaksi Deby. Pria itu salut akan keberanian Deby terhadapnya. Padahal biasanya tidak pernah ada yang berani berteriak atau bahkan mengangkat jari telunjuknya seperti ini. "Apa kamu sudah berani padaku? Bukankah kau tahu sendiri jika aku adalah pemilik rumah sakit ini, jadi aku bisa melakukan apapun," ujar Alvaro. "Seharusnya kau bisa mengucapkan terima kasih padaku dengan cara lain karena aku bisa melakukan apapun termasuk untuk kesembuhan kakakmu."
Deby kembali mendaratkan tubuhnya di sofa, dia langsung menciut ketika Alvaro menatapnya tajam seperti ingin memangsanya saja. Deby tahu jika dirinya hanyalah rakyat jelata yang masih membutuhkan uluran tangan para orang dermawan seperti Alvaro ini.
"Baiklah, tuan. Sekarang tuan mau apa dari saya? Apa yang bisa saya bantu untuk tuan?" tanya Deby yang kali ini menurunkan suaranya tidak seperti tadi. Kalau bukan karena kakaknya yang menjadi prioritasnya saat ini, tentu saja Deby tidak akan mau melakukan semuanya termasuk menjual keperawanannya pada Alvaro Bautista, pria yang ternyata sangat berpengaruh di kotanya.
Alvaro mencondongkan tubuhnya, sepertinya Deby memang kandidat yang cocok untuk menjadi istri dan melahirkan keturunan untuknya. Alvaro sejak pertama melihat Deby memiliki kesan jika sebenarnya wanita itu adalah wanita yang polos dan lugu. Bukan wanita berpengalaman yang sering dia temui. Jika Deby mau dan dia membutuhkan uang, Alvaro akan memberikannya asalkan dia mau melahirkan anak untuknya. "Aku akan mencarikan donor ginjal yang tepat untuk kakakmu sesegera mungkin, aku juga akan membiayai seluruh biaya operasi dan pengobatan kakakmu sampai sembuh," ujar Alvaro.
Nafas Deby tercekat, sungguh ini tawaran yang sangat menggiurkan, tetapi apa yang di inginkan Alvaro jika pria itu menawarkan hal seperti ini. "Saya harus melakukan apa, tuan? Bukan untuk membunuh seseorang 'kan? Atau menjadi bandar?"
Tuk!
Alvaro menyentil kening Deby ketika mendengar ucapan wanita itu.
"Bod*h, memangnya aku terlihat seperti mafia kejam yang menyuruh wanita sepertimu untuk melakukan hal-hal kejahatan seperti itu?" Alvaro menggelengkan kepalanya. "Aku hanya minta dia hal darimu dan kamu barus bisa memenuhi jika ingin aku dapat membantu penyembuhan kakakmu, bagaimana?"
"Ya, saya harus ngapain, tuan? Jangan mbulet terus seperti ini? Cepat katakan apa yang tuan inginkan dari saya?" tanya Deby dengan bibir cemberut.
"Berapa usiamu?"
"21 tahun, bulan depan usia saya genap 22 tahun, ada apa tuan?" sebenarnya Deby sudah sangat tidak sabar, tetapi dia mencoba untuk menahan diri agar tidak berteriak di depan wajah pria bule itu. Alvaro memang memiliki wajah kebulean karena sang kakek yang asli orang Inggris dan sudah menetap di Indonesia sejak remaja. Ibunya juga merupakan keturunan Spanyol hingga membuat garis wajah Alvaro seperti bule ke arab-araban.
"Saya ingin membuat perjanjian sama kamu, jadi saya minta kamu menjadi istri kontrak saya, saat ini kamu cukup berperan menjadi kekasih saya dan saya akan membawamu ke hadapan Kakek. Setelah itu kita akan mengurus pernikahan kita, dalam waktu tiga bulan mendatang, karena memang aku harus segera memiliki istri secepatnya," ujar Alvaro.
"Kenapa tuan meminta saya? Apa tuan tidak punya kekasih?" tanya Deby dengan mata polosnya. "Bukankah tuan bisa mencari wanita lain selain saya," entah kenapa Deby merasa dirugikan jika harus menjadi isteri kontak pria itu.
"Aku seorang duda yang di khianati oleh istriku sendiri dan pernikahan membuatku trauma, dari sini kamu paham?"
"Tuan seorang duda?"
"Ya, dan aku tidak bisa menjalin komitmen dengan serius, aku tidak bisa mencintai wanita lagi," jawab Alvaro jujur. Dia tidak akan menutupi segalanya dari Deby, karena dia ingin Deby tahu semua kisah hidupnya.
Deby mengangguk. Dia sangat paham dengan apa yang diucapkan oleh Alvaro itu, berarti dia adalah seorang duda yang menjadi Casanova karena merasa dikhianati oleh istrinya.
"Jadi, bagaimana? Apakah kamu sanggup?" tanya Alvaro kembali.
Deby merenungkan kembali apa yang di minta oleh pria itu. Kemudian Deby menatap wajah Alvaro dengan tatapan serius.
"Apa-apa saja yang harus saya lakukan, tuan?"
Alvaro mengambil sebuah kertas yang ada di sakunya, dia meminta Deby untuk membacanya. Deby dengan ragu mengambil kertas dari tangan Alvaro. Saat mendekati pria itu, aroma maskulin muncul dan menyapa indra penciumannya.
Tentu saja hal itu membuat Deby deg-degan, adegan ranjang yang dia lakukan dengan Alvaro semalam terlintas kembali. Jujur saja awalnya Deby sangat takut saat melihat milik Alvaro, tetapi tekadnya kuat untuk mendapatkan uang.
"Sial, kenapa aku jadi memikirkan hal itu!" batin Deby. Wanita itu berdehem dan melihat tulisan yang di ketik itu dengan seksama.
"Poin satu, pihak laki-laki adalah Alvaro Bautista dan pihak perempuan adalah Deby Aprilia. Kedua pihak akan menikah dan kontrak masa pernikahan adalah tiga tahun, selama itu keduanya harus bersikap layaknya pasangan suami. Terutama di depan Kakek. Tetapi tidak boleh melibatkan hati dan perasaan." Deby menatap Alvaro dengan kening yang mengkerut.
"Ingat poin pertama, jangan memakai hati dan perasaan, karena semua itu dilarang. Kau harus tahu jika aku tidak bisa membuka hatiku kembali jadi jangan sampai kau juga membuka hatimu dan berusaha untuk mencintaiku," ujar Alvaro.
Deby kembali menatap kertas tersebut. "Poin kedua, pihak perempuan harus mengandung anak dari benih pihak laki-laki, selama berlangsungnya kontrak ini pihak laki-laki berjanji akan memperlakukan pihak perempuan dengan sebaik mungkin. Setelah bayi itu lahir pihak perempuan juga masih bisa merawatnya selama 2 tahun ke depan sebelum masa kontrak pernikahan habis."
Deby tidak tahu harus berekspresi seperti apa, hanya membacanya saja Debby merasa sudah sangat ngeri. Dia merasa hanya di jadikan sebagai mesin pembuat anak. Lebih tepatnya rahimnya disewa karena dia akan mendapatkan bayaran untuk apa yang dia lakukan.
"Poin ketiga, setelah tiga tahun berlalu pihak perempuan wajib menggugat cerai pihak laki-laki karena hanya dengan cara ini yang boleh dilakukan, tidak boleh sebaliknya. Setelah itu pihak laki-laki akan memberikan kompensasi perceraian dan hak asuh anak akan jatuh ke pihak laki-laki. Setelah bercerai pihak perempuan boleh menemui anaknya, tetapi tidak perlu bertemu dengan ayah sang anak. Anggap semuanya telah selesai begitupun dengan hubungan mereka."
Deby kali ini benar-benar tercengang, jadi dia harus menerima tawaran kontrak ini dan akan lebih banyak menguntungkan pihak laki-laki. Namun mengingat kondisinya yang sangat kekurangan uang dengan beberapa kompensasi dan juga seluruh biaya pengobatan kakaknya menurutnya itu sudah sangat adil.
Lagi pula Deby juga tidak menyukai pria itu, tentunya dia juga bisa menjadi istri kontrak Alvaro selama 3 tahun tanpa melibatkan perasaannya.
"Bagaimana, apakah kamu sanggup untuk melakukan semua itu? Menurutku di sini tidak ada yang dirugikan. Kamu akan mendapatkan harta dariku dan aku akan mendapatkan anak darimu."
Bersambung.