Setelah hari dimana Alan dan Sandra bertengkar, keduanya tidak lagi pernah bertemu, bahkan sampai dimana hari pertungan Alan tiba, ini merupakan hari yang paling enggan membuat Sandra dirumah, saat semua orang sedang sibuk mempersiapkan diri untuk kerumah Jessica melamarnya, rasanya ia ingin pergi saja dari rumah agar tidak ikut kesana.
“Jangan Sandra.” Sandra tersenyum terus memoles make up diwajahnya, dia tidak boleh membuat masalah dulu saat ini, sebab sang mama sudah mulai memberi tanda-tanda akan mengizinkannya untuk tinggal dan bisa bekerja diluar, acting frustasi dan seperti orang bego merenung dirumah beberapa hari ini sudah membuat sang mama luluh dan sepertinya akan mengizinkannya pergi.
“Maukah kau menjadi istriku Jessica…”
Howeekk.
Sandra rasanya ingin muntah segera melempar brush make-upnya, hanya sekedar membayangkan adegan romantis Jessi dan Alan, dia sudah sangat eneg dan malas. Sandra berfikir harusnya dia bisa pergi ke acara itu bersama seseorang pria mungkin lebih seru, tapi siapa?
Suami atau kekasih siapa yang mau dia pinjam, membawa orang yang kak Alan nggak suka juga mungkin seru, biar dia meledak, kesal, terus badmood disana.
Sial
Lelaki bernama Roman itu terlalu sombong atau entah memang sangat sibuk, beberapa kali Sandra menyapanya namun tidak pernah di respon, dia juga terlihat jarang aktif di akun social medianya.
Sandra menyandar malas di bangku meja riasnya, polesan tipis sudah membuat sangat cantik sekali wajahnya, pakaian yang senada dengan seragam keluarga namun ia desain seperti gaun modern membuat penampilannya semakin menawan.
“Baby! Sudah siap, nak?” Ketuk Rora pintu kamar putrinya itu.
“Hemmm, iya ma, sebentar mau mandi…” sahut Sandra malas.
“BABY! KAMU BELUM MANDI!” Rora memekik dan segera membuka pintu kamar, ia menarik nafas dan menggelengkan kepala, “Hemm…kirain beneran, ayo cantiK, berangkat sekarang, Alan juga sudah dijalan menuju kerumah Jessica.”
“Ngantuk ma…” Sandra dengan ekspresi malas dan tidak bersemangat pun bangkit meraih tas kecil silvernya berjalan kearah mama.
“Cantik sekali anak mama,” Rora memegang pundak anaknya, menaikan tali kecil dress Sandra yang jatuh, “Mama gimana cantik nggak?”
Sandra mengulas senyuman, lalu mengecup pipi sang mama, “Mamaku adalah mama tecantik di seluruh dunua…” ia pun merangkul pinggang mama lalu berjalan keluar bersama, bagi Sandra… Rora segalanya, sosok yang sangat ia cintai, malaikat pelindung yang Sandra tidak tahu jika dia tidak ada, Sandra akan bagaimana, ia menggandeng sang mama sembari menempelkan kepalanya di pundak mama, sosok yang bisa menenang Sandra dalam hal apapun termasuk menepiskan kegundahanya.
Beberapa mobil siap mengantarkan David Nathan dan keluarga menuju ke kediaman calon besan mereka, beberapa keluarga lain juga turut hadir menyaksikan acara pertunangan Alan dan Jessica itu, sebuah acara yang lumayan dinantikan sebab, Alan merupakan cucu pertama dari seluruh anggota keluarga.
***
Tidak terlalu lama akhirnya mereka pun tiba di kediaman besar milik keluarga Jessica itu, acara dilangsungkan disana, beberapa papan-papan bunga sudah menyambut kedatangan mereka, dekorasi yang simple namun elegan tampak jelas disana, beberapa foto prawedding Alan dan Jessica juga terpasang besar di pintu masuk rumah besar itu.
Betapa muaknya Sandra meliha potret bahagia Jessica dan Alan yang datar di foto itu, ingin sekali rasanya Sandra mengambil sebuah permanent marker lalu menambahkan kumis dan titik-titik cacar membusuk di wajah Jessica, Sandra memijat pelipisnya kemudian, kenapa dia semakin segila dan sebusuk hati ini.
“Ayo baby, kok bengong!” Tegur Mama pada Sandra yang berhenti didepan sebuah banner besar potret Alan dan Jessica itu.
“Ini ma, harusnya pasang disana nggak pinter nih yang pasang banner!” ujar Sandra .”Iya... harusnya disana, di sana sana anginnya lebih kencang biar sekalian melayang terbang tu banner.”
Kahadiran keluarga Sandra di sambut baik oleh keluarga Jessica yang merupakan seorang pejabat pemerintaan itu, beramah-tamah pun terjadi, Sandra mau tidak mau juga ikut melakukannya melengkukan senyuman termanisnya memberikan balasan untuk sambutan mereka.
Dan akhirnya setelah hampir seminggu dia pun melihat sang kakak, ia mencebikkan bibirnya di sana Alan sedang bersama Jessica berdampingan menyambut para tamu.
“Baby!” Tiba-tiba Jessy menyapa Sandra melambaikan tangannya, dia memanggil nama Sandra seperti keluarga dekat yang lain, ‘Baby’…
Sandra memaksakan dirinya tersenyum membalas sapaa Jessy, “Sok kenal! Sok asik lo!” Gumam Sandra kembali terus mengukuti sang mama, menyalimi siapa saja yang mungkin di kenal disana.
Alan memperhatikan adiknya itu ada sedikit rasa sedih dan rasa yang kehilangan, mereka yang biasa sangat dekat kini seperti orang asing, bahkan untuk berpapasan dengannya Sandra begitu enggan, Sandra benar-benar tidak seperti adik kecilnya dulu yang mudah di luluhkan saat mereka bertengkar, akan mencarinya walaupun mereka bertengkar, merengek meminta sesuatu, Alan seperti kehilangan support saudarinya sendiri, yang mana Jerry juga tidak bisa kembali menyaksikan acaranya ini.
Alan merindukan support mereka, tim bersisik yang selalu mendukung dan ada di sampingnya saat dalam hal apapun dalam keadaannya.
Sampailah akhirnya acara akan di mulai, Sandra kali ini memilih duduk berpisah dari Rora ia duduk di belakang di antara saudari-saudari ayah dan ibu mereka sementara Rora didepan sana sebab dia yang akan melamar Jessy untuk Alan anaknya itu.
“Hallo?” Sandra tampak mengangkat panggilan seseorang ia pergi dari tempatnya.
“Sandra?”
“Hallo siapa ini?”
“Saya—“
Sandra seakan langsung mengerti.“Roman temannya kak Alan? Bagaimana bisa tahu nomor ponselku?”
Terdengar tawaan Roman disana, “Dari Jerry.”
“Kak Jerry? Eh iya ini aku lagi di acara tunangannya kak Alan.”
“Oh ya?”
Roman tidak ingin mengganggu segera mengakhiri panggilannya, namun dia mengajak Sandra untuk ketemuan nanti setelah acara, Sandra pun menyetujuinya walau dia tidak yakin sang mama akan mengizinkannya atau tidak, namun ia yakin Mama akan mengerti dan mengizinkan jika Roman meminta izin secara langsung.
Sandra masuk lagi ke tempat acara dan sepertinya dia masuk di saat yang tepat, acara memuakkan itu sudah selesai mereka bahkan sudah saling memasangkan cincin, Sandra mengulum senyum yang rasanya langsung nyes..masuk kedala hati.
“Selamat berbahagia kak, semoga dia yang terbaik untuk kakak…”
Kubangan bening memenuhi bola mata Sandra setiap hari keadaan seakan menyadarkan, bahwa Alan memang di ciptakan hanya untuk menjadi kakaknya bukan seseorang yang ia inginkan menjadi miliknya seutuhnya, tidak ada ekspresi apapun dari wajah Alan sementara Jessy sangat bahagia disana.
***
Beberapa jam berlalu, Roman benar-benar sangat berani dia datang kekediaman milik Jessy itu setelah acara sudah selesai dan pihak keluarga sedang bercengkrema di sana, sosok tampan, gagah dan klimis berjalan masuk membuat beberapa mata melihat ke arahnya.
“Siapa?" Beberapa orang bertanya-tanya.
“Ma, itu teman Sandra, teman kak Jerry juga, di mau minta izin sama papa dan mama jemput aku.”
Alan terperangah dia duduk disisi keluarga Jessy, ia lihat musuh besarnya datang menyalimi kedua orang tuanya bersikap sangat manis dan sopan, David Nathan sang ayah bahkan menyambutnya dengan baik, Sandra tersenyum disana ia tampak malu-malu.
Alan merasakan panas, mengumpat dalam hati, berani sekali si sialan itu datang, namun dia tidak punya alasan untuk marah, Roman datang dengan baik dan bersikap sangat sopan. Ia lihat jelas lelaki itu menatap adiknya lain seperti tatapan seseorang yang sedang mengagumi.
Jika Sandra bilang kemarin dia baru berpisah dengan kekasihnya lalu artinya ini baru akan memulai lagi?
“Kamu kenapa sih dari tadi kaya ada masalah?” Tegur Jessy.
Sudah Alan perhatikan sedari tadi Sandra yang pergi saat menerima panggilan tidak peduli acara inti sedang berlangsung, Alan tidak mengindahkan pertanyaan Jessy ia yang sudah sangat tersulut melihat keakraban Sandra dan Roman mereka begitu terlihat seperti sedang menjalin hubungan Roman tampak jelas selali tertarik dengan Sandra, segera Alan bangkit berjalan kearah kedua orang tuanya itu.