Wahai Pendusta

1540 Words

“Moza!” panggil Musa dengan tenang. Moza diam saja.  Pura-pura tidak dengar. “Aku tahu kamu sangat marah padaku,” sambung Musa.   Lah menurutmu?  Aku nggak marah?  Batin Moza gedeg.  Ia memalingkan wajah ke dinding. "Sekarang mau kamu bagaimana?" tanya Musa.  Masih tidak ada jawaban dari Moza. Hanya bagian kepala belakang saja yang tampak oleh Musa saat ini.  Sudut bibir Musa tertarik sedikit menatap wajah Moza yang mengarah ke dinding. "Oke. Jika kamu nggak mau memberi keputusan sekarang, nggak masalah. Aku yakin lusa saat kamu udah bisa berpikir jernih, pasti akan ada keputusan darimu." "Kamu mengejar aku cuma mau bilang itu?" Moza kini menoleh dan menatap Musa dengan tatapan tajam. "Karena diantara kita sedang ada masalah, kita nggak baik-baik aja." "Kamu yang sengaja mencipta

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD