Part 05

1370 Words
Ayin menatap pada jendela kamarnya, terdapat Kean yang memasuki kamarnya melalui jendela dan tentunya dengan tangga yang tersedia di pohon mangga di depan halaman rumah tante Dewi. Ayin mendesah pelan, sudah sebulan dirinya dan Kean menjalin hubungan pacaran sepihak dari Kean, dan selama sebulan Kean selalu mendatangi rumahnya. Mengantar jemput dirinya, membuat tante Dewi akrab dengan Kean. "Hai, kamu lagi mengerjakan PR?" Kean menatap pada buku tulis Ayin yang menampilkan lembaran soal matematika yang sudah dikerjakan semuanya. Kean tersenyum melihat Ayin yang begitu rajin mengerjakan PR. Tidak seperti dirinya sangat malas, bahkan masuk sekolah saja dirinya begitu malas. "Ya," Ayin menjawab singkat, menutup buku PR-nya, membalikkan tubuhnya menatap ke arah Kean yang sudah duduk di tepi ranjang. "Ini aku bawakan roti bakar rasa coklat dan keju," Kean memberikan bungkusan yang berisi roti bakar yang dibelinya saat akan kemari. Ayin menerima bungkusan tersebut dengan senyuman manisnya. Selama sebulan mengenal Kean, dirinya tak merasa takut lagi, walau rasa takut tersebut masih ada saat Kean mulai mencium atau memegang payudaranya. Ayin tak mau Kean mengambil harta berharganya, yang hanya Ayin berikan pada suaminya suatu hari nanti. "Kamu sudah mengerjakan PR Matematika?" Ayin bertanya sembari memakan roti bakar rasa coklat. Kean menggeleng, "Males!" jawab Kean berbaring di ranjang Ayin. Kean jarang mengerjakan PR dan tak jarang juga, yang mengerjakan PR-nya adalah Haris, salah satu siswa berkacamata namun tak cupu, karena Haris memiliki banyak teman dan salah satunya adalah Kean. Haris dengan senang hati mengerjakan PR Kean, karena Kean selalu menolong Haris dalam masalah keluarganya. Haris adalah panti asuhan, yang harua mencari uang sekaligus sekolah untuk membantu ibu panti, sehingga tak jarang Kean memberikan bantuan pada Haris. "Sekali-kali kau mengerjakannya, jangan menyuruh Haris terus." Ayin  berdecak, melihat bagaimana Haris dengan patuhnya mengerjakan PR dari Kean. Padahal Kean masih bisa mengerjakannya sendiri, mengingat kata Manda kalau Kean itu juara satu di dalam kelas mereka. Kenapa Kean pemalas sekali? "Lagian Haris nggak keberatan mengerjakannya," Kean memejamkan matanya, malas mendengar ocehan dari bibir mungil kekasihnya itu. Memandang bibir mungil itu mengoceh, membuat Kean ingin melumatnya secara kasar dan membuat Ayin kehabisan napas. "Ck, seharusnya kau itu rajin masuk sekolah, mengerjakan PR, dan berpakaian rapi. Saat menjemputku, kau bisa berpakaian rapi, tapi di sekolah seperti preman!" Kean membuka matanya, duduk dan menatap Ayin tajam. Pacarnya ini! Kean sudah menahan hasratnya untuk tidak melumat bibir Ayin, tapi gadis itu terus menerus memancing dirinya untuk menutup mulut Ayin. Sedari awal kenal dengan Ayin, Kean sudah tahu kalau Ayin adalah gadis yang cerewet dan tidak suka diam. "Yin, kau biaa diam? Aku tidak menjamin bibir akan masih utuh malam ini." Ayin menutup mulutnya, langsung diam dan menggeleng. Ia tidak mau dicium oleh Kean yang merambat ke mana-mana saat mencium bibirnya. Apalagi bibir Ayin akan merasa sakit dan bengkak akibat ciuman brutal dari Kean. Kean menyeringai, dirinya memang tidak ada niat membuat bibir pacarnya sakit dan bengkak malam ini, dirinya hanya ingin menenangkan diri dan tidur bersama Ayin. Ingat, hanya tidur dan tak lebih. Kalau Ayin ingin lebih Kean juga tidak keberatan. Malahan sangat senang. "Begitu lebih baik," Kean kembali berbaring. Ayin menatap kesal pada Kean. Pemuda itu mampu membuatnya takut seketika dan diam, sehingga omelan Ayin harus tak berlanjut karena Kean mengancam dirinya. Ayin tidak akan pernah menang bila Kean mengancamnya dengan embel-embel hal m***m. "Ya sudah, lebih baik aku membaca n****+ saja," Ayin mengambil n****+ yang baru dibelinya, lebih tepatnya Kean yang membelikan saat mereka kencan dan manpir di gramedia. *** "Nak Kean makan dulu baru berangkat sekolah nanti," Ayin menatap Dewi dan Kean memasuki rumah dengan senyuman menggembang. Ayin selalu tahu kebiasaan Kean, Kean akan pergi dari kamarnya ketika jam empat subuh dan datang lagi menjemputnya jam setengah tujuh menggunakan sepeda motor ninja-nya. Dan setiap pagi juga Kean akan menumpang makan di rumahnya, kata Kean biar beras di rumahnya lama habis akhirnya numpang makan di rumah Ayin. "Iya, Tante." Kean mengambil duduk di samping Ayin dan berhadapan dengan Dewi. Ayin menoleh sebentar pada Kean, mengulurkan sepiring nasi goreng lengkap dengan telur ceplok setengah matang. Kean tersenyum pada Ayin dengan menoleh ke arah rok Ayin yang pendek, semkin pendek ketika duduk seperti ini. Ayin memang tidak memakai rok yang hampir melebihi selututnya lagi, disebabkan oleh Kean yang telah membuang rok Ayin dan menggantinya dengan rok di atas lutut. "Hai, sayang," bisik Kean, mengusap paha Ayin dengan pelan. Ayin terbelalak merasakan usapan di pahanya, dengan cepat Ayin menyingkirkan tangan Kean yang sudah mulai merambat naik menuju area intim Ayin. "Kalian makan cepat, nanti terlambat!" Kean mengangguk, mulai memakan nasi gorengnya dan tangannya masih terletak paha Ayin dengan mengusapnya pelan menggunakan jempolnya. Seringkali Ayin menyingkirkan tangan nakal itu setiap paginya, namun belum pernah berhasil sama sekali. Malahan dengan sengaja Kean meraba inti Ayin yang masih ditutupi oleh rok. "Tante, kami pergi dulu," Kean meminum susunya dengan cepat sehingga tersisa sedikit, setelah itu menarik tangan Ayim untuk segera berdiri dan berjalan menuji pintu keluar setelah mendapatkan anggukan dari Dewi. "Hati-hati!" teriak Dewi, dan dibalas senyuman oleh Kean. Dewi setiap pagi tak bisa menyambut salam dari Kean dan Ayin, karena tangannya yang kotor akibat mencuci piring. "Loh, kamu bawa mobil?" Ayin menatap mobil sport warna merah yang telah parkir di depan rumahnya. Jarang sekali Kean mau memakai mobil pada saat pagi hari seperti ini. Kean hanya ingin memakai mobilnya ketika malam hari ketika mereka pergi jalan bersama.         "Iya, aku takut nanti malah hujan saat kita pulang sekolah, kau tahu sendiri, kalau cuaca sekarang tidak menentu sering PHP."  jelas Kean, membawa Ayin untuk masuk ke dalam mobilnya, membukakan pintu untuk Ayin dan kemudian menutupnya, setelah itu Kean masuk ke dalam mobil memandang kekasihnya dengan senyuman. Lebih tepatnya senyuman nakal. Kean membawa tubuh Ayin menghadap padanya. "Aku rindu kepadamu, apalagi bibir ini." Kean memajukan tubuhnya menatap pada bibir yang membuatnya candu itu. Menciumnya dengan penuh nafsu yang dibalas oleh Ayin. Selama mengenal Kean, Ayin tahu sifat Kean yang tidak suka bila Ayin tak membalas ciumannya. Kean akan marah apabila Ayin tak membalas ciuman darinya, yang membuat Ayin mau tak mau membalas ciuman dari Kean. "Manis," Kean mengusap salivanya yang tersisa di sudut bibir sang kekasih, lalu mulai melajukan mobilnya membelah jalanan ibukota Jakarta yang sudah mulai padat. Beruntung, jarak sekolah dan rumah Ayin tak terlalu jauh, sehingga mereka tak mungkin terlambat ke sekolah. Kean tidak masalah terlambat datang ke sekolah, namun gadis berkacamata di sampingnya akan cemberut sepanjang hari bila terlambat datang ke sekolah. "Ayo, turun." Kean membuka pintu untuk Ayin sehingga Ayin dengan senyuman canggungnya turun dari mobil sport Kean. Ayin masih belum terbiasa diperhatikan oleh anak-anak sekolahan, melihat gadis cupu seperti Ayin yang diperlakukan istimewa oleh murid lelaki yang tampan dan populer. "Wow! Makin awet aja!" Ayin menoleh ke arah Gary dan Rembi yang baru sampai di sekolah. Mereka berdua memang sudah mengetahui hubungan Ayin dan Kean, ketika Kean memaksa Ayin pulang bersama dengannya di hari pertama Kean masuk sekolah setelah libur seminggu lebih. Dengan keponya Rembi dan Gary meneror Kean, menanyakan hubungan Kean dengan gadis cupu tersebut. Dan Kean menjawab kalau Ayin adalah pacarnya. Awalnya kedua anak manusia yang sifatnya tak ada baiknya sama sekali itu terkejut, tapi mereka merasa senang Kean mau berpacaran dengan gadis baik-baik bukan cabe-cabe yang sering mengejar Kean selama ini. "Kau ke kelas duluan, aku ada urusan." Kean menyuruh Ayin ke kelas terlebih dahulu, dengan senang hati Ayin lakukan. "Lo udah tahu markas kelinci sialan itu?" Kean berjalan menuju kantin dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celananya. "Sudah, nanti malam kita akan ke sana menyerang tuh kelinci busuk!" jawab Rembi tersenyum senang. "Iya, kita bakalan habisin tuh orang yang udah membuat adik-adik panti Haris menderita." Gary menimpali, mereka tidak senang bila orang lemah dianiaya oleh orang lain. Apalagi ini adalah anak-anak panti yang suka mengamen dan hanya mencari rezeki. "Gue bakalan membalaskan sakit hati, tangisan, dan air mata yang keluar dari adik-adik Haris," Kean mengepalkan tangannya, tak sabar membuat orang itu membusuk dengan luka dan siksaan yang akan membawanya pada tangisan penuh darah. Anak-anak panti untuk dilindungi bukan disiksa. Apalagi Kean sudah menganggap anak-anak panti itu adalah adiknya sendiri. "Lo tenang aja, anak-anak udah gue kabari dan mereka bakalan berkumpul ditempat biasa sebelum kita menyerbu markas kelinci busuk itu!" "Nggak sabar gue nunggu malam." Kean menyeringai, ia tidak sabar menganiaya dan mendengar teriakan penuh ampunan dari para k*****t itu.  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD