Makhluk Halus

1567 Words
Transaksi penyewaan tempat untuk kantor berlangsung lancar, setelah Damar dan Ronald mengeluarkan kocek mereka, saat itu kunci pun diserahkan beserta surat-surat pengantar untuk persyaratan ijin oprasional kantor seperti ijin domisili, keterangan pajak dan hal lainnya. "Lo langsung urus aktivasinya, gua ngurusin perlengkapannya," ujar Damar menoleh kepada Ronald. "Yah, gua jalan sekarang," sahut Ronald yang tidak ingin berlama-lama di sana. Ronald meninggalkan tempat membawa semua berkas termasuk surat kontrak sewa untuk mengurus parijinan rekanan yang dulu memang sudah diajukannya. Sementara Damar memasuki ruangan dan terpekur di sana. Ruang kantor itu terdiri dari enam sekat ruang dan satu pantry. Ruang yang akan dipakai olehnya berada di ruangan paling depan di balik ruang operator dan ruang tunggu. Ruang di depan ruangan yang dipilih Damar untuk ruang kerja Sahabatnya, Ronald, sebelah-sebelahnya untuk pengacara lain yang akan bergabung nantinya. Bagian belakang terdapat ruang meeting lengkap dengan meja panjang, sepuluh kursi, proyektor dan perlengkapan lain. Bagian pantry sudah lengkap juga dengan kompor dan meja makan berkursi enam. Damar meneliti satu per satu barang-barang yang berada di sana, semuanya didominasi warna coklat keemasan, cocok untuk mengusung sebuah biro yang menargetkan kelas menengah ke atas, satu hal yang pasti, setiap ruang telah terisi lengkap dengan perabotan penunjang. Meja kursi, lemari kabinet bahkan untuk meletakkan komputer. Ia tersenyum puas. Dengan segera ia mengontak kenalannya untuk memesan papan nama dengan tulisan 'Kantor Hukum Damar Rahit dan Rekan.', papan nama untuk meja dan pintu, memesan lima buah komputer, pesawat telepon, kartu nama dan peralatan alat tulis kantor, semuanya ia lengkapi hari itu juga. Setelahnya, ia memasang iklan untuk lowongan operator, administrasi, seorang satpam dan office boy. Sementara dirasanya cukup, ia hanya butuh menunggu dan harus mengerjakannya selesai semua dalam dua hari. Ia duduk di kursinya dengan rileks sambil memejamkan matanya. Dari sejak tadi, telinganya menangkap suara-suara, ia sadar bahwa di sana sendirian, bahkan pintu depan ia kunci sewaktu dirinya sedang memeriksa setiap ruangan. Suara langkah orang yang bolak balik di selasar, suara buka tutup pintu, suara keypad pada boards komputer padahal belum ada komputer di sana. Damar tersenyum mendengar keriuhan itu, dengan santai ia pun bertanya, "Ehem ... guys, maksudnya apa sih kalian bikin keriuhan seperti itu? Orang mungkin takut tapi aku jelas tidak! Saat ini aku butuh keheningan, jika kalian masih ribut bahkan berani mengganggu orang-orang yang datang ke kantor ini, aku pastikan kalian terusir dari sini dan akan kuikat kalian di sebuah pulau! Paham?!" gertak Damar seraya mengeluarkan energi berwarna biru dari seluruh tubuhnya. "Hilangkan segera aura mendung kalian dari seluruh kantor ini! Kejadian kantor ini tidak punya klien, aku pastikan kalian akan semakin tersiksa di alam kalian!" ancam Damar lagi kepada mereka. "Lakukan!" seru Damar dengan kekuatan magis yang bahkan membuat iblis pun ketakutan. Ia merasakan dan menyaksikan bagaimana selayang kabut tipis yang menyelimuti kantor tersebut, tersedot pelan-pelan pada satu titik. Titik itu berasal dari ruang kerja yang dipilihnya. Seringai memenuhi wajah Damar. "Rupanya ketua kalian di ruang ini tempatnya." Suasana jernih kini telah memuaskan pandangan Damar. "Semuanya, ambil semua yang kalian pasang pada tiap ruangan tanpa tersisa termasuk pantry dan kamar-kamar mandi!" perintah Damar kepada mereka. Dalam sekejap semua terlihat jernih di mata Damar. Ia kembali menyeringai. "Nah, begini kan bagus. Kalian tinggal di sini, Saya juga bekerja di sini. Jaga barang-barangku dari orang yang berniat buruk, jaga pula orang-orangku selama bekerja di sini!" seru Damar dengan mimik serius, suasana hening tercipta dengan atmosfir segar di sana. Damar merasa puas. Kemudian ia bangkit dari kursi putar yang didudukinya, keluar dari ruangan seraya meraih pegangan pintu untuk menutupnya. Kedua matanya beradu pandang dengan kedua mata berwarna merah menyala yang sedang duduk di kursi yang baru saja ia duduki. Damar memberikan sorot mata intimidasi yang tajam, hingga membuat kedua mata merah yang tidak menampakkan sosoknya secara utuh tersebut meredup perlahan dan tersisa sorot mata sendu dengan manik berwarna hitam. "Pindah! Kursi itu adalah kursi kerajaanku sekarang!" perintah Damar dengan sangat tegas dan dingin kepada makhluk itu. Kedua bola mata bermanik hitam itupun melayang dan bertengger pada kursi di depan kursi yang diklaim milik Damar. "Tidak. Pindah ke atas sana. tempatmu di atap supaya kamu bisa melihat semua situasi dengan jelas. Bukankah aku sudah perintahkan agar kalian menjaga seluruh kantor ini dari orang-orang yang berniat buruk dan menjaga orang-orangku yang akan bekerja di sini nantinya," papar Damar panjang lebar, ia merasa kalau hantu-hantu di sini adalah type hantu bandel dan keras kepala. Kedua manik mata itu melayang dan menempel pada plafon. Damar menyeringai, kembali ia merasa puas. "Good boy!" lalu menutup pintu rapat-rapat. Ia melihat jelas semuanya, wajah-wajah yang mengesalkan untuk di lihat. Semua menunduk. Di balik meja operator ada tiga makhluk yang wujudnya tidak jelas, mereka mempunyai energi yang cukup tinggi, di ruang tunggu ada satu makhluk tinggi besar yang memanjang dari ujung kursi menyebrang kursi di depannya berjarak dua meter. Pertanda ia menguasai wilayah itu. Sementara di selasar berjejer makhluk-makhluk kecil sekitar tujuh, mereka ini lah biang keributan sebenarnya, Damar memelototi mereka dengan galak, hingga membuat mereka menyatukan diri dan menjadi sebentuk gumpalan aneh karena ketakutan. Di ruang meeting lebih banyak lagi, Damar menggelengkan kepalanya. "Kalian sampai tumpang tindih begitu, sebenarnya kalian dikirim seseorang kan ke sini? Apa kalian betah di sini atau mau kembali ke tempat asal kalian?" tanya Damar kepada mereka yang tengah bertumpuk di ruang meeting. Serentak mereka berada di hadapan Damar secepat kedipan mata dengan sorot-sorot mata memohon. "Baiklah, katakan kemana aku harus memindahkan kalian," ujar Damar kalem seraya melangkah ke ruang pantry dan menegur satu sosok yang tengah memindahkan perabotan dari dalam lemari keluar. "Bereskan lagi semuanya! Dan jangan pernah kamu sentuh lagi barang itu! atau aku tendang kamu keluar dari sini!" teriak Damar menggelegar. Dalam sekejap, perabotan itu telah kembali pada tempatnya berbarengan dengan sosok yang diperkirakan wanita tersebut memasuki lemari yang biasa dipakai untuk menyimpan tabung gas. Damar menggelengkan kepalanya. Melihat berbagi makhluk yang berlainan jenis dan sangat banyak itu, meyakinkan Damar bahwa mereka sengaja dikirim seseorang untuk mengganggu siapa pun yang memasuki tempat itu. Damar terhenyak, kala alam bawah sadarnya menangkap sebuah prosesi yang sedang di lakukan oleh orang itu ... orang yang telah ikut menandatangani surat kontrak bersamanya tadi. "Ha ha ha ... ha ha ha ...," Damar terbahak-bahak, merasa geli dan sangat lucu. Ternyata, pemilik sendiri yang sengaja membuat ruang kantor ini berhantu, dengan tujuan, mencari keuntungan secara terus menerus. Yaitu, dengan membuat perjanjian bahwa down p*****t tidak bisa kembali atau memindahkan sewa kepada pihak ketiga. Tidak betah, keluar dan uang hangus. Dalam satu tahun, berapa banyak ia dapatkan, untuk intensitas makhluk setinggi ini, orang-orang biasa hanya akan bertahan satu minggu saja. Mereka akan rela kehilangan uang dari pada hidup dalam ketakutan yang mencekam. Damar menganggap hal ini adalah hal yang serius. Ia harus membuat kesepakatan dengan mereka. Damar kembali ke ruang kantornya dan menyuruh si manik mata hitam turun untuk berkomunikasi dengannya. Informasi yang didapatkannya dari makhluk tersebut cukup membuat Damar terkejut. Rupanya pemilik kantor sewaan ini adalah 'orang pintar' yang specialisasinya adalah memelihara makhluk-makhluk seperti mereka di setiap tempat yang disewa-sewakannya. Pemilik ruang kantor sewaan itu mempunyai beberapa properti 'berhantu', tidak tanggung-tanggung, dia meraup untung milyaran dalam setahun! Damar menggelengkan kepalanya, ia merasa kasihan kepada mereka yang tertipu oleh pemilik properti itu. Pembicaraan beralih kepada apa yang membuat mereka betah di bawah perintah sang pemilik. Mereka hanya diberi sesajen berupa jajanan pasar dan secangkir kopi pahit tanpa wewangian yang mereka sukai. Damar membuat kesepakatan, dia akan memberikan sesajen secara rutin beserta lilin aroma therapy dengan varian kopi. Hal itu membuat ketua hantu merasa senang dan semua berjanji untuk tidak mengganggu lagi. Sementara yang meminta dipindahkan akan ikut bersama Damar untuk dikembalikan ke tempatnya semula tentu dengan prosesi khusus. Damar harus membeli beberapa jenis bunga dan air putih kemasan. Tempat mereka sangat jauh dari kota, harus ditempuh selama tiga jam perjalanan dari sana. Damar adalah type orang yang senang membantu, ia punya waktu luang hari itu dan akan menuntaskan apa yang sudah dijanjikannya kepada makhluk-makhluk tersebut. Ia menelepon agen penyewaan kendaraan dan menyuruh mengantarkan mobil ke kantor barunya. Urusan di kantor dengan makhluk tak kasat mata telah selesai, kesepakatan telah dibuat, sisa waktunya akan dipergunakan untuk prosesi pemindahan hantu yang ingin kembali pulang ke tempat asalnya. Damar menghela napas lega, sekarang ia hanya perlu menunggu mobil sewaan datang, lalu berangkat membawa tiga sosok makhluk halus. Ia tidak mempergunakan kesaktiannya melainkan ingin melakukannya secara manual, hitung-hitung berekreasi untuk mengisi waktu kosongnya. Ia mengirimkan pesan kepada Ronald bahwa ia akan keluar kota dan baru bisa kembali malam hari. Segala sesuatu akan dibicarakan besok pagi di kantor barunya yang aktif mulai besok pagi karena beberapa pelamar dan peralatan kantor akan datang semua besok. Aktifitas kantor akan dimulai pada hari ketiga dari besok. Damar bersenandung dalam hatinya, tiba-tiba ia merindukan Soferina dan akan menemuinya dua hari lagi, karena ia harus menyelesaikan satu per satu urusannya dulu. "Ferin, tunggu aku ya, dua hari lagi dari sekarang aku akan menemuimu. Miss you," pesan telepati Damar kepada Soferina yang langsung diterima oleh Soferina detik itu juga. Senyum lebar Soferina sebagai balasan dari pesannya, sampai ke hati Damar, membawa kesejukan dan perasaan tenang yang luar biasa kepadanya. Damar berpamitan kepada mereka-mereka penghuni kantor itu saat mobil sewaannya datang menjemput. Ia pun segera pergi diiringi oleh tiga makhluk tak kasat mata. Tidak lupa memberitahukan kepada sang sopir agar menepi dulu di sebuah pasar untuk membeli beberapa jenis bunga dan lainnya di desa yang menjadi tujuan mereka. Selama dalam perjalanan, Damar menghabiskan waktunya dengan tidur. Ia menikmati perjalanan itu dengan sangat santai dan menyenangkan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD