Bab 5. Kehamilan Yang (tak) Diinginkan

1118 Words
“Suami?” Cassidy mengulang tak percaya. Rahang Cassidy segera mengeras saat mendengar pengakuan Sophie. Belum darahnya yang naik mendidih karena amarah yang mulai naik. Dengan gampang Sophie mengakui jika pria yang tiba-tiba masuk ke ruangan dan memeluknya adalah suami. Bagaimana bisa dia menikah lagi padahal mereka belum bercerai? “Iya. Ini Orlando Benson. Dia adalah suamiku. Jadi seharusnya dia yang berhak mendengarkan nasihat Dokter tadi.” Sophie menambahkan percikan api pada amarah Cass yang akan meledak. Cass langsung berkacak pinggang. Ia berjalan mendekat dan berkonfrontasi dengan Orlando tanpa perkenalan. “Jadi kau yang sudah membawa lari istriku? Pantas saja aku tidak bisa melacakmu. Apa selama ini kau berselingkuh dengan Sophie?” pungkas Cassidy langsung menyemprot tanpa basa-basi. “Apa? Apa maksudmu bicara seperti itu? Siapa yang berselingkuh?” Orlando balik menantang Cassidy yang sudah siap memberikannya pukulan. Awalnya ia tidak begitu mengerti tapi kemudian malah masuk ke dalam permainan emosi yang ditampilkan oleh Cass. “Jangan macam-macam, Cass. Sebaiknya kamu pergi dari sini dan tinggalkan aku!” Sophie balik mengancamnya dengan galak. Mata Cass kini beralih pada Sophie. “Aku tidak akan keluar sampai kamu menjawab siapa ayah dari bayi yang kamu kandung. Dia atau aku?” Cass menggeram memberikan pilihan jawaban pada Sophie. Sophie mengernyit untuk menyembunyikan kecemasannya. Ia tidak menyangka hari itu akan tiba yaitu hari di saat semua rahasia yang ia bawa akan terbongkar. “Itu bukan urusanmu ....” “Aku ayahnya!” Orlando malah menyahut. “Aku tidak bertanya padamu,” balas Cass dengan nada rendah masih menggeram kesal. Tangannya sudah mengepal dan dia siap menghancurkan kepala pria itu dalam satu kali tembakan jarak dekat. Persetan dengan semua konsekuensi hukumnya. “Tapi dia istriku!” “Aku belum bercerai dengannya. Jadi jika kau mencoba menikahi dia, pernikahan kalian tidak sah karena aku memiliki semua surat-surat yang legal di mata hukum dan negara. Jika tidak ada urusan denganku sebaiknya minggir!” Suara Cass makin menggeram di akhir kalimat. Ia menarik senjata dari balik pinggangnya dan memperlihatkannya pada Orlando. Orlando membesarkan matanya. Begitu pula dengan Sophie yang tercekat tak berani bicara. Cassidy sudah tak semanis dulu. Ia seperti pembunuh berdarah dingin yang siap menghabisi siapa pun yang menghalangi jalannya. “Jangan pikir kau bisa mengancamku,” sahut Orlando balik melawan. Ia sedikit gentar karena tidak memiliki senjata yang sama berbahaya. “Keluar. Aku harus bicara dengan Sophie!” Cass balik memerintah. Ia tidak mau berdebat dengan pria asing yang merebut istrinya atau Cassidy tidak akan bisa mengendalikan diri. “Tidak ...!” Cass menaikkan senjata yang dipegangnya. Pandangan matanya tajam mengarah pada netra berwarna emerald yang tak mau beringsut untuk mengalah. Tangan Sophie meraih lengan Orlando sampai dia berpaling padanya. Sophie menggeleng tanda agar Orlando mau mengalah dengan meninggalkan ruangan tersebut sesaat. “Dia akan menyakitimu,” ujar Orlando mengecilkan suaranya padahal Cassidy masih bisa mendengar. “Aku akan baik-baik saja. Ini klinik, tidak apa-apa.” Sophie kembali meyakinkan. Orlando mengangguk pelan meski masih terlihat sangat cemas dengan keadaan Sophie. Orlando lalu keluar tanpa melepaskan pandangan bermusuhan dengan Cassidy sampai ia melewati pintu. Sophie turun dari tempat tidurnya dan kini berhadapan dengan Cassidy. “Apa maumu?” tanya Sophie ketus. “Katakan siapa ayah dari bayi itu?!” Cassidy masih kukuh di pertanyaan yang sama. “Apa kamu tuli tidak bisa mendengar yang dikatakan Orlando tadi? Dia adalah ayah dari bayiku!” Sophie menegaskan seraya membesarkan matanya pada Cassidy. Cass sedikit memicingkan matanya. Ada hal yang aneh dari cara Sophie bicara. Ia masih belum pintar berbohong secara langsung. “Kamu tidak pernah menyebutkan padaku kalau itu adalah bayi dari laki-laki tadi.” Keangkuhan Sophie seketika memudar dari matanya. Ia tidak sadar sedikit memundurkan wajahnya ke belakang. Cassidy jadi makin yakin jika Sophie sesungguhnya berbohong. “Tidak perlu, cukup Orlando yang mengakuinya.” Sophie menambahkan tapi suaranya agak bergetar karena gugup. Ujung bibir Cassidy terangkat meski seringainya samar terlihat. “Benarkah dia Suamimu?” Cass balik bertanya dengan raut datar tanpa ekspresi. “Ya, tentu saja!” Kening Sophie mengernyit dan wajahnya tampak makin khawatir. Keinginan yang kuat menemukan Sophie membuat Cassidy peka pada perubahan ekspresi istrinya itu. Alam memberikannya kemampuan untuk mencium kebohongan yang terjadi karena situasi terdesak. Kini ada sebersit intuisi di benaknya bahwa bayi yang dikandung Sophie kemungkinan besar adalah darah dagingnya. “Kamu masih tidak pintar berbohong, Sweet Pea,” sahut Cassidy memanggil nama sayangnya untuk Sophie dahulu. Bulu mata Sophie mengerjap beberapa kali saat mendengar panggilan itu lagi setelah sekian lama. Jantungnya tidak mau berhenti berdegup kencang. Sophie kemudian memilih pergi dari pada meladeni Cassidy. Ia berjalan hendak melewati Cass sampai lengannya dicekal oleh Cass dan dia berbalik. “Kita belum selesai!” “Lepaskan aku. Hubungan kita sudah selesai!” Sophie menepis keras tangan Cass dari lengannya. “Aku belum menceraikanmu ....” “Kalau begitu ceraikan aku sekarang. Aku sudah menikah dengan orang lain!” sahut Sophie penuh kekesalan. “Aku tidak percaya.” “Terserah!” Sophie berbalik lagi tapi tangan Cassidy dengan cepat menariknya lagi ke belakang. Kali ini jarak mereka jauh lebih dekat. Mata Sophie terbelalak dan wajahnya makin tegang. “Dengar Sophie. Aku datang untuk membawamu pulang ke New York. Jadi jangan coba-coba melawanku atau membohongiku dengan pria baru tadi,” ujar Cassidy mengancam seraya menggeram di depan wajah Sophie. Sophie tercekat dan nyaris tidak bisa bicara. Ia berusaha melawan dengan mendorong keras Cassidy agar menjauh. “Pergi dariku!” hardik Sophie lagi. “Tidak sampai kamu ikut denganku sekarang─” Cass mulai menarik paksa lengan Sophie untuk menyeretnya pergi. Sophie melawan lalu menampar Cass sehingga ia berhenti menariknya “Aku membencimu dan aku tidak akan pernah memaafkanmu,” geram Sophie dengan mata birunya yang menyalak pada Cass. Cass mengeraskan rahang dengan mata menatap tajam pada Sophie. Ia tak mau berkedip sama sekali lalu mengokang senjatanya di depan. “Jika aku tidak bisa membawamu kembali dengan cara baik-baik, aku akan melakukannya dengan caraku. Dan kamu tidak akan menyukainya, Sophie!” ancam Cassidy terlihat makin menakutkan bagi Sophie. Sophie menelan ludahnya dengan napas tersengal. Ia harus memikirkan cara yang tepat untuk bisa meloloskan diri dari Cassidy. Tidak seharusnya secepat ini ia bisa tertangkap. “Ikut aku ....” tangan Cass meraih tangan Sophie lagi. “Tunggu dulu! Aku ... aku akan ikut denganmu tapi tolong bayar biaya kliniknya dulu. Aku tidak membawa uang,” ujar Sophie tiba-tiba menghalangi Cassidy membawanya. Cassidy memicingkan matanya menatap Sophie yang malah meminta bantuannya. “Kamu ingin kabur ya?” “Tidak. Aku mau kabur ke mana.” Cassidy mengangguk pelan. “Tunggu di sini.” Cassidy lalu keluar meninggalkan Sophie dan mengunci ruangan itu dari luar. Sophie membuka mulutnya tak percaya. Saat Cassidy pergi, ia mengeluarkan ponsel dan menghubungi Orlando. Orlando pasti menunggunya. “Orlando, tolong buka pintunya!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD