Bab 4. Mengejar Istri yang Hilang

1418 Words
“Cass ....” Sophie ikut terperanjat sangat kaget sampai ia mematung. Cassidy yang semula mematung kaget saat kasir yang menodongkan senjata malah berteriak “SOPHIE, LARI!” Celah itu dimanfaatkan oleh Sophie untuk berbalik melarikan diri. Cassidy yang kaget, ikut berteriak hendak menghalangi Sophie. “Sophie, tunggu!” Kasir itu akan mengejar Cassidy tapi ia sudah keburu keluar mengejar Sophie yang akhirnya terpeleset. “Aahkk!” Sophie memekik kesakitan. Cassidy dengan sigap menangkap Sophie tapi ikut terduduk meski tidak terlampau keras. Cassidy masih separuh memeluk Sophie. Dari pada marah, Cassidy malah bertanya keadaannya. “Kamu baik-baik saja?” “Ah, perutku! Ah, sakit.” Sophie malah kesakitan karena kontraksi yang tiba-tiba akibat didorong. “Oh Tuhan, kamu hamil! Kenapa kamu bisa hamil?” Cassidy masih dalam posisi duduk bertanya hal yang pertama muncul di kepalanya. “Untuk apa kamu bertanya itu? Ah, perutku! Perutku kontraksi,” keluh Sophie meringis kesakitan. Wajahnya sudah memerah. Cassidy makin panik karena dia tidak siap menghadapi semua ini. Ia tidak pernah menyangka jika istri yang meninggalkannya tanpa kabar sekarang malah hamil. Siapa ayah bayinya? “Kita ke rumah sakit, ayo!” “Ini semua karena kamu!” teriak Sophie balas memarahi Cassidy. “Ahk, nanti saja kita bicarakan! Ayo, kita ke rumah sakit dulu. Bisa berjalan?” Sophie menggelengkan kepala. Cass terpaksa menggendong Sophie yang cukup berat karena sedang hamil besar. “Sabar dulu, oke!” “Jangan sampai aku melahirkan!” teriak Sophie memarahi Cass. “Memangnya kamu mau melahirkan?” “Diamlah, Cassie!” Cassidy menggeram kesal karena Sophie memanggilnya dengan sebutan Cassie seperti dulu. Cassidy tidak menjawab dan terus berusaha memasukkan Sophie ke dalam mobilnya. Cassidy meninggalkan Camper Van-nya begitu saja dan memilih sedan mustang yang digunakan Sophie untuk membawanya ke rumah sakit. Cassidy mengantarkan Sophie yang baru saja ia temukan ke sebuah klinik berjarak beberapa kilometer. Tidak ada satu pun kalimat yang terucap dari keduanya selama perjalanan. Sophie terus membuang wajahnya ke samping sambil mengelus perutnya. Sesekali Cassidy dengan canggung melirik dengan sudut mata disertai rahang yang mengeras. Cassidy bertanya-tanya dalam hatinya jika anak yang dikandung Sophie kemungkinan adalah hasil hubungannya dengan mantan kekasihnya yang bernama Collin. Kepala Cassidy jadi makin panas memikirkannya. Ia mengutuk di dalam hati agar Collin membusuk di penjara. Setibanya di klinik tersebut, Cassidy segera memanggil perawat yang kemudian membantunya membawa Sophie masuk menggunakan kursi roda. Kontraksi yang dialami Sophie sudah jauh berkurang dan ia lebih tenang. Meskipun begitu Sophie tetap harus diperiksa oleh dokter. Cassidy diharuskan menunggu di luar. “Oh Tuhan. Kenapa malah jadi seperti ini?” gumam Cassidy bersandar pada dinding di depan ruang periksa. Perlahan napas Cassidy semakin teratur. Matanya terus menatap pintu ruang periksa dengan pikiran yang melayang entah ke mana. “Tuan, apa Anda keluarga pasien?” tegur seorang perawat mengenyakkan lamunan Cassidy seketika. “Oh, uhm. Aku ... aku suaminya ....” Cassidy tertegun setelah kata itu meluncur begitu saja dari mulutnya. Masihkah dirinya bisa disebut seorang suami setelah semua yang terjadi? “Baiklah, silakan masuk ke dalam. Dokter ingin bicara denganmu.” Cassidy tertegun tak membantah dan mengikuti saja. Ia melangkahkan kakinya ke dalam ruangan tersebut. Sophie tampak berbaring dan seorang dokter tengah berbicara dengannya. Dokter itu menoleh lalu tersenyum pada Cass saat ia mendekat. Mata Sophie sempat bertubrukan dengan Cassidy tapi ia langsung membuang muka. “Perkenalkan, namaku dokter Arnold Petersen.” Dokter itu menyapa lebih dulu dengan mengulurkan tangannya. Cass mengusap telapak tangannya yang sedikit kotor pada sisi celananya sebelum menyambut jabat tangan itu. “Cassidy Belgenza,” sahut Cass singkat. “Tuan Belgenza, kejadian yang dialami oleh istrimu adalah akibat dari gerakan tiba-tiba yang memicu kontraksi. Untuk saat ini, keadaan istri dan bayimu cukup baik. Meski begitu, dia tetap butuh istirahat.” Dokter Arnold menjelaskan tapi dengan cepat Sophie memotong ketus. “Dia bukan suamiku, Dokter. Untuk apa kamu menjelaskan padanya?” “Tapi bukankah dia bilang ....” “Aku tidak peduli dia bilang apa tapi dia bukan suamiku.” Pandangan Sophie beralih pada Cass lalu mendelik tajam. Cassidy masih diam ikut menatap tajam pada Sophie. Tidak ada keramahan atau senyuman yang menghiasi wajah keduanya kala akhirnya bertemu setelah beberapa bulan berpisah. Ketegangan itu membuat dokter yang berada di tengah jadi canggung. “Maaf aku tidak tahu jika kalian bukan ....” “Dia memang istriku, Dokter. Dia sedang marah dan kabur dari rumah. Itulah mengapa ia mengatakan hal seperti tadi,” sahut Cass malah menyiram bensin pada panasnya ketegangan yang terjadi. Sophie melotot marah pada Cass yang tetap bergeming di tempatnya. Cass bahkan bersedekap dan menaikkan dagunya dengan sikap yang angkuh. “Baiklah kalau begitu. Aku tetap harus bicara dengan orang yang menjagamu, Nyonya.” Dokter itu menghindari pertengkaran yang mungkin terjadi dengan bertanya pada Sophie. “Dia bukan suamiku jadi Anda bisa bicara saja denganku, Dokter.” Sophie bersikeras dan terus menyangkal jika Cassidy yang mengantarnya bukanlah suami. Cassidy jadi mengernyitkan keningnya. Untuk apa Sophie begitu ngotot seperti itu? Seperti ada yang ia sembunyikan. “Dokter, bisa tinggalkan kami sebentar? Ada hal yang harus aku bicarakan dengan istriku, Sophie.” Cassidy meminta tiba-tiba. Sophie terkesiap kaget sementara dokter Arnold tampak bingung. “Tapi ...” “Aku punya buktinya jika aku adalah suaminya. Aku bisa mengambil dokumennya jika Anda tidak percaya─” “Tidak, bukan itu maksudku. Baiklah, aku akan keluar. Tolong jangan membuat keributan apa pun.” Dokter itu pun berbalik dan keluar dari ruangan tersebut meninggalkan Cassidy yang masih berdiri di ujung ranjang dan Sophie yang terus membuang muka tidak mau melihatnya. “Katakan apa yang terjadi, Sophie? Kenapa kamu merekayasa penculikanmu sendiri dan sekarang kamu malah hamil?” Cassidy memulai bertanya hal-hal yang membebani benaknya selama ini. Sophie mencebik sinis dan ikut melipat lengan di dadanya. Cepat atau lambat ia memang harus menghadapi Cassidy lagi. “Tidak ada yang terjadi. Kita sudah bercerai,” bantah Sophie dengan nada mengejek. “Kita belum pernah bercerai. Kamu pergi begitu saja meninggalkan aku yang sudah mencarimu seperti orang gila!” Cass mulai meninggikan nada bicaranya karena amarah. “Aku tidak pernah memintamu mencariku, Cass. Aku melakukan itu agar lepas darimu ....” “Dengan merekayasa penculikanmu dan menjebak Angelica?” nada Cass sedikit melengking tak percaya. “Apa perempuan itu sudah mati? Itu harga yang pantas karena telah berselingkuh denganmu. Apa rasanya kehilangan kekasih yang kamu cintai selama ini, Cass? Sakit bukan?” Sophie makin mengolok. Wajah Cass mulai memerah karena marah. Cinta di antara mereka telah berubah jadi racun kebencian. “Aku mencintaimu, Sophie dan aku sudah memutuskan hubunganku dengan dia. Tapi yang kamu lakukan sudah menghancurkan hidupku!” balas Cass meluapkan amarahnya. Jika Sophie adalah pria mungkin kepalanya sudah berlubang dari tadi. Sayangnya Sophie adalah pemilik hati Cassidy. Kakinya tertahan tak bisa melangkah maju untuk menyakiti wanita itu. “Lalu kamu pikir kamu tidak menghancurkan hidupku? Kamu menipuku dengan kehamilan palsu agar bisa menolong Angelica yang kamu cintai. Kamu membuat masa depanku hancur, Cass. Aku membencimu!” teriak Sophie lebih keras tapi seketika ia mengaduh kesakitan karena kontraksi. Entah apa yang dipikirkan oleh Cass, ia malah menghampiri untuk menolong Sophie. Tangan Cass sempat menyentuh perut hamil Sophie karena khawatir padanya. “Apa kamu baik-baik saja?” tanya Cass jauh lebih lembut tanpa sadar. Sophie yang tidak sudi berdekatan langsung mendorong Cass. “Jangan sentuh aku!” hardiknya membuat Cass sadar perbuatannya langsung mundur. “Jadi benar jika kamu berselingkuh dengan Collin dan sekarang mengandung anaknya?” Cass kembali menuding. Sophie yang baru lepas dari kontraksi mendelik lagi pada Cass. “Jangan asal menuduh, Cass! Seingatku yang berselingkuh adalah kamu.” Sophie membalas tak kalah gencar. Ia masih memegang perutnya saat berdebat dengan Cassidy. Baru kali ini bayinya terus bergerak lebih aktif setelah biasanya hanya diam. Mungkin sang bayi bisa merasakan kehadiran sang ayah. “Jika bukan Collin lalu siapa ayah dari bayi yang kamu kandung? Apa itu milikku?” Sophie tertegun diam menatap Cass yang masih memandang tajam padanya. Napas Sophie agak tercekat. Ia sudah berlari begitu jauh untuk akhirnya kembali bertemu Cassidy. “Ini bukan ....” “Sophie!” tiba-tiba pintu terbuka dan seorang pria masuk serta merta menghampiri Sophie. Kening Cass mengernyit saat melihat ada pria asing yang menerobos masuk lalu membelai kepala dan rambut Sophie sebelum memeluknya. “Orlando.” Sophie menyebut nama pria itu lalu tersenyum saat berpelukan. “Apa kamu baik-baik saja? Apa yang terjadi?” Pria bernama Orlando itu terus mencemaskan Sophie. “Aku baik-baik saja ....” “Siapa kau?” suara Cass lantang bertanya membuat Orlando menoleh keheranan. “Aku .... “ “Dia suamiku,” sahut Sophie menyela.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD