Bab 11. Dia Milikku

1114 Words
Sophie panik bukan main saat melihat Cassidy benar-benar datang. Ia berbalik pada Orlando yang juga menyaksikan Cassidy datang bersama anjingnya. “Mau apa dia kemari lagi?” Orlando ikut naik pitam. Ia hendak menyambangi Cassidy tapi lengannya ditarik oleh Sophie masuk ke dalam. Mereka bersembunyi dari Cassidy yang sedang berjalan ke arah dapur. “Tolong pergi dari sini. Biar aku yang mengatasinya!” ujar Sophie dengan cepat mendorong Orlando agar pergi dari rumahnya. Orlando balik mengernyit kebingungan tak mengerti. “Apa maksudmu? Kenapa kamu mengusirku, Sophie?” “Aku tidak mau terjadi hal yang buruk padamu. Apa kamu tidak lihat dia membawa senjata ke mana-mana?” cicit Sophie menahan suaranya. Ia terus menarik lengan Orlando agar mau keluar lewat jalan depan sehingga tidak akan berpapasan dengan Cassidy. “Tapi─” “Aku mohon, Orlando. Akan kujelaskan semuanya─” “Sophie!” hardik Cassidy yang memergoki Sophie tengah memegang lengan Orlando di koridor di balik dinding pembatas dapur menuju ruang tengah. Sophie menyamping dan berbalik menghadap Cassidy. Cassidy masih berdiri dengan raut wajah bengis tanpa senyuman sama sekali. “Kenapa kamu memasukkan pria asing ke rumah, Sayang? Apa perkataanku belum jelas tadi?” ujar Cassidy dengan nada tegas. Matanya tajam menyalak pada Orlando yang tampak tidak takut pada Cassidy. “Jangan kira aku takut padamu. Aku adalah kekasih Sophie dan dia sedang hamil anakku!” sahut Orlando membuat Cassidy terkekeh. “Haha ... oh ya? Apa kau yakin itu anakmu?” Cassidy balik menyangkal. “Iya. Aku dan Sophie sudah tinggal bersama─” “Jika begitu seharusnya kau ada di sini tadi malam. Tapi aku bahkan tidak melihat satu celana dalammu pun di kamar Sophie. Itu artinya kau sedang mengelabuiku, Tuan Benson!” sahut Cassidy dengan angkuh. Sophie sampai mendelik serta membuka mulutnya tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Cassidy. “Apa─” “Pergi dari sini sebelum aku memasukkanmu ke penjara karena berkonspirasi dalam menculik istriku.” Cassidy kembali mengancam. Kening Orlando langsung mengernyit heran. “Apa? penculikan apa?” Sophie mulai panik dan berbalik pada Orlando lagi. “Tolong pergi dulu dari sini, Orlando. Nanti aku jelaskan.” Sophie tidak memberikan kesempatan pada Orlando untuk mendengar cerita yang sesungguhnya. “Sebenarnya ada apa, Sophie? Kenapa kamu takut padanya?” Orlando masih terus mendesak Sophie untuk bicara. Ia melepaskan lengan dari Sophie dan berharap penjelasan dari wanita tersebut. “Maafkan aku tapi aku tidak bisa menjelaskannya sekarang.” “Sophie, masuk!” perintah Cassidy yang sudah sampai di depan pintu. Dengan sikap bossy, Cassidy begitu gampang memerintahkan Sophie. “Aku harus bicara pada Orlando!” sahut Sophie coba melawan. “Aku bilang masuk!” Cassidy meninggikan suaranya memerintah. Sophie benar-benar kesal luar biasa. “Jangan memerintah Sophie. Kau bukan siapa-siapa!” Orlando membentak Cassidy dan dengan cepat tangan kekar Cass mendorong Orlando. Orlando nyaris jatuh ke belakang tapi cepat menguasai diri dan balas akan memukul. “Pergi kau dari sini!” Cassidy mengusir Orlando dengan meneriakinya. Sophie yang kembali harus melihat adegan nyaris bertarung seperti itu akhirnya ikut campur mencoba melerai keduanya. “Jangan sentuh aku, b******k!” “Sudah jangan berkelahi!” Cassidy dan Orlando terlibat baku hantam. Saat itulah Frost, anjing Cassidy berlari dari taman samping ke halaman depan untuk menggigit Orlando. “Ahhk! Pergi kau, aahhk, kakiku!” “Lepaskan dia, aahkk!” teriak Sophie pada Frost yang menggigit kaki Orlando. Untung saja pria itu mengenakan celana jeans yang memiliki bahan denim yang cukup tebal sehingga kulitnya tidak akan langsung terluka. “Rasakan itu!” umpat Cassidy melepaskan diri dari Orlando yang sedang digigit oleh anjingnya. Orlando kesakitan dan berusaha melepaskan diri tapi Frost benar-benar menyerang karena melihat Cassidy diserang. “Lepaskan dia! Cass, suruh anjingmu untuk melepaskan Orlando!” teriak Sophie. Cassidy masih diam saja memberikan seringai jahat. Sedangkan Orlando mencoba melepaskan diri dengan menendang anjing itu. Frost makin tidak terkendali dan itu membuat Cassidy marah. “b******k, kau menendang anjingku, hah!” Cassidy kembali menarik lengan Orlando dan memberikan pukulan keras ke wajahnya. Frost menggonggong keras hendak menyerang lagi tapi Cass meneriakinya berhenti. “Berhenti, Frost!” “Oh Tuhan, Orlando!” Sophie langsung datang menghampiri dan memegang kepala Orlando yang sudah tersungkur di tanah. Cassidy ikut panas melihat hal tersebut. “Kamu benar-benar kejam! Untuk apa kamu memukulnya seperti ini? Dia tidak bersalah!” seru Sophie membentak Cassidy. “Aku akan melakukan hal yang lebih buruk dari itu jika aku menemukan kamu menyembunyikan selingkuhanmu di belakangku!” sahut Cassidy balik mengancam. Sophie terengah begitu emosi tapi ia tidak bisa berbuat apa pun. Cassidy menarik lengan Sophie agar berdiri dan ia segera menjauh dari Orlando. “Pergi dari sini, Tuan Benson. Atau aku benar-benar akan menyuruh anjingku mematahkan lehermu!” hardik Cassidy melotot pada Orlando. Orlando masih mengerang kesakitan sambil terduduk di tanah berumput. Sedangkan Cassidy menarik paksa Sophie masuk ke dalam rumah. Frost juga mengekori Cassidy dan ikut masuk. Cassidy mengunci pintu depan lalu memasukkannya kuncinya ke dalam saku celana. Sophie pun berjalan mundur saat Cassidy bergerak ke arahnya. Saat ia berbalik hendak kabur, Cassidy dengan cepat menangkap tangan Sophie dan menariknya ke lantai atas. “Lepas, kamu mau bawa aku ke mana!” teriak Sophie meronta. “Frost, jaga pintu. Jika pria itu masuk lagi, gigit saja!” perintah Cassidy pada anjingnya Frost yang kemudian menggonggong dan duduk di depan pintu. Sophie ditarik oleh Cassidy dan itu membuat ia mengaduh kesakitan. Bayinya bergerak nyaris membuat Sophie terduduk. Cassidy langsung melepas lalu mengambil inisiatif menggendong Sophie. “Ahh!” Sophie terkesiap kaget tidak siap dengan Cassidy yang menggendongnya seperti tempo hari. Meski kesulitan karena berat badan Sophie lebih berat tapi nyatanya ia sampai ke tempat tidur dan diletakkan Cassidy dengan baik. Tidak ada perlakuan kasar yang menyakiti sang ibu dan bayinya. Cassidy tahu benar batasannya. “Untuk apa kamu membawaku kemari?” ujar Sophie dengan napas memburu dan tangannya masih memegang perut. “Aku mau mandi. Jadi tugasmu adalah menyiapkan pakaianku!” ujar Cassidy dengan santai membuka jam tangan dan sepatunya bergantian. “Apa? Ini bukan kamarmu!” “Siapa bilang? Aku sudah bilang akan tinggal di sini kan?” sahut Cassidy sengit. “Tidak perlu berdebat denganku, Sophie. Aku bisa meladenimu 24 jam tanpa henti.” Cassidy dengan santai membuka kemeja lalu melemparkannya ke lantai. Lalu ia membuka kaos di dalamnya dan melemparkan ke sudut yang sama. Mata Sophie naik dari bawah sampai atas. Tubuh Cassidy masih sama seksinya dibandingkan dulu. Bedanya sepertinya ia sudah menambah tato baru dari ujung pundak sampai lengan. Tato tribal bercampur simbol naga menghiasi lengan Suami rasa mantan tersebut. “Sudah puas memandang?” sindir Cassidy berkacak pinggang berpose dengan seksi sekaligus angkuh. Kening Sophie langsung mengernyit tidak suka dan mendelik tajam. “Masuk ke kamar mandi─” “Apa?!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD