Lima Puluh Satu

1947 Words
AKU ambil keputusan untuk bersembunyi di kampus. Aku menghabiskan beberapa jam untuk bersembunyi di antara rak-rak di lantai bawah tanah, aku mengeluarkan semua dokumen dan k****a teliti kasus demi kasus tentang ingkar p********n oleh perusahaan asuransi. Aku hanya melewatkan waktu. Aku mengemudi perlahan-lahan ke arah bandara dan tiba di kantor Henry pukul setengah empat. Daerah itu tampak lebih buruk lagi daripada beberapa jam sebelumnya. Jalannya terdiri atas lima lajur untuk lalu lintas, dipagari pabrik-pabrik industri ringan, terminal truk, bar-bar kecil gelap, dan klub klub tempat para pekerja beristirahat. Tempat itu dekat dengan bandara, dan pesawat-pesawat jet melengking di atas kepala. Perkantoran Henry diberi nama Plaza Hijau. Ketika duduk di dalam mobil, di halaman parkir yang kotor, aku melihat di samping penatu dan video rental ada juga toko minuman keras dan kedai kopi kecil. Meskipun sulit diketahui karena setiap jendelanya tampak gelap dan pintu-pintunya tertutup, kelihatannya kantor hukum itu menempati enam atau tujuh petak yang berdampingan di tengah perkantoran tersebut. Aku mengertakkan gigi, dan membuka pintu. Sang sekretaris sedang berpakaian denim, dan itu bisa dilihat dari balik penyekat setinggi d**a. Rambutnya berwarna pirang dan perawakannya indah, lekuk-lekuk tubuhnya diperagakan dengan menarik. Kemudian aku mencoba menjelaskan maksud kedatanganku padanya. Aku sudah bersiap-siap ditolak dengan kasar dan disuruh pergi, tapi ternyata ia sangat sopan. Dengan suara cerdas dan merdu, sama sekali tanpa kegenitan seperti perempuan penghibur, ia memintaku mengisi formulir-formulir yang diperlukan. Aku tercengang melihat bahwa biro hukum ini, Kantor Pengacara Jones Craig menawarkan asuransi kesehatan komprehensif kepada pegawainya. Dengan hati-hati aku membaca semua syaratnya, sebab aku separo curiga kalau Henry menyisipkan syarat-syarat kecil lain untuk menghunjamkan cakarnya lebih dalam ke dagingku. Aku jelaskan padamu, dalam dunia hukum, hal seperti ini sudah wajar. Tapi kewajaran ini tampak tabu bagi orang-orang yang bukan di bidangnya. Biasanya, kalau di Indonesia, setiap ada undang-undang baru yang berisi ratusan bahkan ribuan pasal, pasti disisipkan satu, dua, tiga atau beberapa pasal yang licik. Karena saking banyaknya pasal dalam undang-undang tersebut, banyak orang yang cenderung tidak tahu karena malas mencari tahu. Namun tak ada kejutan di situ. Aku bertanya padanya apakah aku boleh menemui Henry, dan ia memintaku menunggu. Aku duduk di deretan kursi plastik sepanjang dinding. Ruang tamu itu dirancang dengan gaya kantor dinas sosial—lantai keramik usang, lapisan debu tipis di lantai, kursi-kursi murah, dinding dengan panel-panel reyot, dan segala macam maalah yang sudah cabik-cabik. Dru, sang sekretaris, sedang mengetik dan menjawab telepon pada saat bersamaan. Telepon itu banyak berdering, dan ia sangat efisien, sering kali bisa terus mengetik dengan cepat sementara sedang bercakap-cakap dengan klien. Ia akhirnya menyuruhku ke belakang untuk menemui bosku yang baru. Saat itu Henry duduk di belakang meja kerja, membaca formulir pekerjaanku dengan teliti, seperti akuntan. Aku terperanjat melihat minatnya pada hal-hal detail. la mengucapkan selamat datang kembali padaku, mengulas lagi syarat-syarat finansial kami, lalu menyodorkan sebuah kontrak ke depanku. Surat perjanjian itu dibuat khusus dengan namaku tercantum di bagian kosong. Aku lantas membacanya, lalu menandatanganinya. Di situ tercantum syarat pemberitahuan tiga puluh hari seandainya kami ingin menghentikan hubungan kerja itu. Aku sangat bersyukur dengan hal itu, tapi aku merasa kalau ia mencantumkannya karena suatu alasan yang sangat bagus. Aku menjelaskan kisah tentang bangkrutku baru-baru ini. Besok aku dijadwalkan hadir di pengadilan, untuk pertemuan pertama dengan para kreditorku. Pertemuan itu disebut Penyelidikan Pengutang, dan para pengacara dari pihak yang kupinjam uangnya berhak mengaduk-aduk segala urusanku. Mereka boleh menanyakan apa saja tentang keuanganku dan kehidupanku secara umum. Itu cuma urusan sepele. Bahkan kemungkinan besar tidak akan ada siapa pun yang menginterogasiku. Karena pemeriksaan itu, ada untungnya bagiku untuk tetap menganggur selama beberapa hari. Kuminta Henry menyimpan formulir-formulir itu di sana, dan menunda gaji bulan pertama sampai pemeriksaan itu selesai. Ada bau kecurangan dalam hal ini, dan Henry menyukainya. Tak akan ada masalah. la memanduku melihat-lihat tempat itu. Tempat itu tepat seperti yang aku bayangkan—kamar-kamar sempit tertempel di sana-sini, sementara biro hukum itu berkembang dari satu petak ke petak berikutnya. Dinding-dinding dibongkar dalam perkembangan itu. Kami berjalan makin dalam ke labirin tersebut. Ia memperkenalkanku dengan dua perempuan yang bekerja di sebuah ruangan sempit dengan komputer komputer dan printer, Aku curiga mereka pun pernah punya enam gadis telanjang di meja. “Aku rasa kami punya enam gadis sekarang,” katanya sambil meneruskan berjalan. Seorang sekretaris baginya hanyalah seorang gadis. Ia lantas memperkenalkanku dengan dua pengacara, orang-orang yang cukup menyenangkan—berpakaian buruk dan bekerja dałam kantor yang berjejalan. "Kami sekarang punya lima pengacara," katanya ketika kami masuk ke perpustakaan. "Dulu ada tujuh, tapi banyak orang bikin pusing. Aku lebih suka empat atau lima. Makin banyak yang kupekerjakan, makin sering aku jadi wasit. Sama halnya dengan gadis-gadis itu.” Perpustakaan itu tampak berupa ruangan panjang dan sempit, dengan buku-buku berjajar dari lantai sampai ke langit-langit, tanpa urutan jelas. Sebuah meja panjang di tengah ruangan ditutupi dengan buku-buku terbuka dan tumpukan-tumpukan dokumen. "Beberapa orang ini adalah babi," ia bergumam pada diri sendiri. "Jadi, bagaimana pendapatmu tentang kantor kecilku ini?” "Bagus,” kataku. Dan aku tidak bohong. Aku merasa lega bahwa hukum benar-benar dipraktekkan di sini. Henry mungkin seorang b******n dengan transaksi-transaksi gelap dan investasi-investasi kotor, namun ia tetap seorang pengacara. Kantor-kantornya berdengung dengan bunyi kesibukan perdagangan legal. "Tidak seindah biro hukum besar di tengah kota,” katanya tanpa nada menyesal. "Tapi ini semua sudah lunas. Aku membelinya lima belas tahun yang lalu. Kantormu di sini." la menunjuk dan kami meninggalkan perpustakaan. Dua pintu dari sana, di samping mesin minuman ringan, ada sebuah ruangan tua dengan satu meja kerja beberapa kursi, lemari arsip, dan gambar-gambar kuda pada dinding. Di meja itu ada pesawat telepom mesin dikte, dan setumpuk buku tulis. Semuanya rapi. Bau desinfektan yang pekat, seolah-olah ruangan itu baru saja dibersihkan. la menyerahkan dua anak kunci pada padaku. "Ini untuk pintu depan, ini untuk kau bebas datang dan pergi kapan saja. Cuma berhati-hatilah di waktu malam. Daerah ini tidak begitu aman.” "Kita perlu bicara," kataku seraya mengambil kunci tersebut. la melirik jam tangan. "Berapa lama?" "Beri aku tiga puluh menit. Ini urusan mendesak." la mengangkat pundak, dan aku mengikutinya kembali ke kantor. la mendudukkan pantatnya yang lebar ke kursi kulit. "Ada apa?" ia bertanya dengan sikap serius, mengambil pena rancangan desainer dari saku, dan mengatur buku tulis. Ia mulai menulis sebelum aku mulai bicara. Aku uraikan kepadanya ringkasan kasus Jack secara rinci dan padat selama sepuluh menit. Aku jelaskan padanya hal yang janggal dalam pemecatanku dari biro hukum Stone. Aku juga jelaskan padanya tentang bagaimana Robin Gibson memanfaatkan diriku, sehingga ia bisa mencuri kasus tersebut, dan ini menuntunku dalam manuver dengan Gibson. "Kita harus mengajukan gugatan hari ini,” kataku sungguh-sungguh. "Sebab secara teknis Gibson-lah yang memiliki kasus ini. Kurasa dia akan segera mengajukan gugatan juga." Gibson menatapku tajam dengan matanya yang hitam. Kini aku rasa kalau aku sudah berhasil menarik perhatiannya. Pikiran untuk menghajar biro hukum Stone di pengadilan sangat menarik hatinya. "Bagaimana dengan kliennya?" ia bertanya. "Mereka sudah menandatangani kontrak dengan Stone." "Ya. Tapi aku akan menemui mereka. Mereka akan mendengar kataku." Dari dalam tas aku mengeluarkan konsep kasar gugatan terhadap State Farm, konsep yang sudah menyita waktu Gibson dan aku selama berjam-jam. Henry lantas membacanya dengan hati-hati. Kemudian aku angsurkan surat pemberhentian Robin Gibson untuk ditandatangani oleh ketiga anggota keluarga Jack. La membacanya perlahan-lahan. "Pekerjaan bagus, Edward," katanya, dan aku merasa seperti pokrol yang sudah berhasil. "Coba kutebak. Kau akan mengajukan gugatan siang ini, lalu membawanya pada keluarga Jack. Memperlihatkannya pada mereka, lalu minta mereka menandatangani surat pemberhentian." "Benar. Aku hanya butuh nama dan tanda tanganmu pada surat gugatan itu. Aku akan menangani semua pekerjaan dan terus melaporkannya padamu.” "Itu secara efektif akan memorak-porandakan biro hukum Stone, bukan?" katanya sambil merenung dan menarik-narik jenggotnya yang tak mau diatur. "Aku suka ini. Berapa nilai gugatan itu?" "Mungkin berapa saja menurut kata juri. Aku ragu kalau urusan ini bakal diselesaikan di luar pengadilan." "Dan kau akan membawanya ke sidang?" "Aku mungkin butuh sedikit bantuan. Kuperhitungkan kalau ini akan makan waktu satu-dua tahun.” "Aku akan mengenalkanmu dengan Yuval Bonjamin, salah satu associate-ku. Dia dulu bekerja pada perusahaan asuransi besar dan banyak membantuku menangani polis asuransi.” "Bagus.” "Kantornya ada di ujung gang, dekat kantormu. Minta surat ini diketik kembali, juga cantumkan namamu, dan kita ajukan hari ini juga. Tapi kau pastikan kliennya ada di pihak kita.” "Klien itu bersama kita.” Aku mencoba meyakinkannya sambil membayangkan Eddy membelai-belai kucing dan mengusir lalat hijau dalam mobil van Ford itu. Dan Smith duduk di beranda depan, menyedot rokok dan mengawasi kotak surat, seolah-olah cek dari State Farm akan tiba setiap saat, Ronnie Kray menyangga kepala dengan tangan. "Ganti pokok persoalan sedikit," kataku, berdeham melonggarkan tenggorokan. "Ada kabar dari polisi?" "Tidak ada," katanya puas, seolah-olah sang pesulap ulung sekali lagi menunjukkan kehebatannya. "Aku sudah bicara dengan beberapa orang yang kukenal, dan mereka bahkan tidak yakin kalau itu pembakaran disengaja. Bisa makan waktu berhari-hari." "Jadi, mereka tidak akan menangkapku di tengah malam buta?" "Tidak. Mereka janji akan meneleponku kalau mereka memang menginginkanmu. Aku yakinkan pada mereka bahwa kau tidak akan ke mana-mana, membayar uang jaminan, dan lain-lain. Tapi tidak akan terjadi sampai sejauh itu. Tenang." Aku benar-benar tenang. Aku percaya Henry Craig bisa mendesakkan janji itu dari polisi. "Terima kasih," kataku. *** Lima menit sebelum tutup, aku melangkah masuk ke kantor Panitera Pengadilan dan memasukkan surat gugatan sepanjang empat halaman terhadap State Farm Insurance dan Rock, agen yang menjual polis itu dan sekarang menghilang. Klienku, keluarga Jack, menggugat ganti kerugian aktual sebesar 200.000 dolar dan kerugian moral sebesar 10 juta dolar. Aku tidak tahu berapa kekayaan State Farm Insurance, dan butuh waktu lama sebelum aku mengetahuinya. Aku memetik angka 10 juta begitu saja, sebab bunyinya terasa merdu. Ini biasa dilakukan oleh pengacara. Tentu saja namaku tak tercantum di mana pun. Pengacara resmi pengguganya adalah Jones Craig, dan tanda tangannya yang berkilauan menghiasi halaman terakhir, memberi bobot keresmian pada seluruh gugatan tersebut. Aku memberikan cek perusahaan kepada wakil panitera untuk membayar biaya pengajuan perkara, dan gugatan secara resmi sudah diajukan. State Farm Insurance sudah digugat secara resmi! Aku memacu mobil melintasi kota, menuju Houston, dan mendapati klienku hampir dalam keadaan yang sama seperti ketika aku meninggalkan mereka beberapa hari yang lalu. Eddy ada di luar. Smith menjemput Ronnie Kray dari kamarnya. Kami bertiga duduk di sekeliling meja, sementara mereka mengamati tembusan surat gugatan tersebut. Mereka sangat terkesan dengan angka-angka besar itu. Smith terus-menerus mengulangi angka sepuluh juta dolar itu, seolah-olah ia sedang memegang lotere yang baru saja dimenangkan. Aku akhirnya terpaksa menjelaskan apa yang terjadi dengan orang-orang menyebalkan di biro hukum Stone. Konflik strategi. Mereka tidak cocok untukku karena mereka kurang cepat bergerak. Mereka tidak suka caraku yang keras dalam menangani kasus ini. Dan seterusnya, dan seterusnya. Mereka sama sekali tak peduli. Gugatan sudah diajukan, dan mereka punya bukti. Mereka bisa membacanya semau mereka. Mereka ingin tahu apa yang bakal terjadi selanjutnya, berapa lama mereka akan tahu sesuatu? Berapa besar kemungkinan mendapatkan ganti kerugian cepat? Pertanyaan-pertanyaan ini menggemboskan semangatku. Aku tahu akan butuh waktu lama, dan aku merasa kejam kalau harus menutupi hal ini. Aku membujuk mereka untuk menandatangani surat kepada Robin Gibson, pengacara lama mereka. Surat itu tanpa bertele-tele memecatnya. Juga masih ada kontrak baru dengan biro hukum Jones Craig. Aku bicara sangat cepat ketika menjelaskan dokumen-dokumen baru ini. Dari tempat duduk yang sama di depan meja dapur, aku dan Ronnie Kray menyaksikan Smith sekali lagi berjalan menerobos ilalang dan bertengkar dengan suaminya untuk mendapatkan tanda tangan. Aku meninggalkan mereka dengan semangat lebih besar daripada saat aku menemui mereka. Mereka cukup puas dengan fakta bahwa mereka sudah memperkarakan perusahaan yang telah begitu lama mereka benci. Mereka akhirnya melawan. Selama ini mereka dinjak-injak, dan mereka sudah meyakinkanku bahwa mereka telah dikibuli. Sekarang mereka bergabung dengan jutaan orang Amerika lain yang mengajukan gugatan setiap tahun. Itu membuat mereka merasa patriotik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD