“Belva! Tunggu!!” teriak Zayn, sekeluarnya dari pintu kamar rawat sang ayah, Belva sudah berlari cepat menuju lift, dia menekan tombol lift untuk kebawah berkali-kali namun pintu lift itu tidak juga mau terbuka. Hingga Zayn berhasil mengejar dan memegang tangannya. Sekuat tenaga Belva mengempaskan tangan itu. Matanya masih menyiratkan kemarahan yang mendalam. “Ada apa lagi Zayn? Ah maaf, mungkin seharusnya aku memanggilmu KAKAK ZAYN!” ketus Belva. “Belva, kita enggak bisa seperti ini! Aku masih amat sangat mencintai kamu!” “Kamu pikir aku enggak punya perasaan itu Zayn???!” “Ya kamu jangan pergi begitu saja.” “Lalu aku harus apa? Memeluk ayah biologis ku di dalam, dan tetap mencintai kamu sebagai suamiku sementara kamu sebenarnya adalah kakak aku?” “Belva, please, kamu redakan da