Semilir angin menggerakan anak rambut Ita. Berayun mengikuti arah mata angin. Sepenggal awan mendung sempat menutupi terik matahari hingga beberapa detik. Bersamaan dengan perginya awan mendung itu Tina melebarkan senyumnya. "Canda kali! Hahaha.... Anjir muka lo serius banget," tawanya masih terpingkal-pingkal. Sedangkan Hesa pun ikut tersenyum. Jantung Ita hampir berhenti berdetak jika Tina tetap diam menunggu jawaban. Ah! Ita lupa, dua orang terdekatnya ini memang sangat peka. Pasti mereka menyadari sikap Ita yang berubah. Untuk ke depannya Ita harus berhati-hati! "Tck! Bikin orang bingung aja!" dengus Ita cemberut. "Hehe, maaf sayang bukan itu yang mau kita omongin," sahut Hesa. Melirik singkat ke Tina. "Terus?" "Ini tentang rencana masa depan kita." Miris sekali! Orang yang aka