Marah Karena Status

1294 Words
"Ini dari siapa?" tanya Mama ketika melihat plastik yang berisi kue di atas meja makan. "Mama belum tidur?" Bukannya menjawab, Salsabila malah balik bertanya. "Belum. Ini dari siapa, Nak?" Mama kembali bertanya. "Dari Pak Bos," jawab Salsabila. Mama melihat isi plastik itu secara keseluruhan. Dari bentuknya saja sudah tahu berapa harga nya. Tidak mungkin seperti kue yang dijual seharga lima ribuan. "Kok bos kamu sering ngasih-ngasih gini?" Salsabila tidak hanya membawa makanan kali ini saja. Sebelumnya juga pernah bahkan bisa dikatakan sering. Apa bos sang anak memang sangat baik? Tapi rasanya aneh saja. Memberikan sesuatu terlalu sering tentu saja menimbulkan tanda tanya. "Nggak tau." Salsabila mengangkat bahu. "Katanya kelebihan beli," ujarnya lagi. "Bos kamu udah punya istri?" Mama hanya tahu bos sang anak berjenis kelamin laki-laki. Tapi sisanya Mama tidak tahu lagi. Berhubung bos sang anak sering memberikan makanan maka Mama mulai berpikir kemana-mana. Rasanya sedikit aneh saja. "Belum. Kenapa, Ma?" Mama sedikit bernafas lega. Takut saja kalau bosnya sudah punya istri dan bertindak berlebihan. Mama tidak ingin sang anak mengalami sesuatu yang seharusnya tidak terjadi. Tahu sendiri di zaman sekarang, banyak sekali laki-laki yang sudah menikah tapi masih melirik perempuan lain. Apalagi Salsabila termasuk cantik, Mama bukan ingin memuji tapi itulah kenyataannya. Sudah banyak ibu-ibu yang menginginkan Salsabila menjadi menantunya. Tapi Mama langsung memblok. Biarkan Salsabila mencari dan menemukan sendiri. Mama hanya berdoa agar sang anak mendapat laki-laki yang baik dan tidak seperti mantan suaminya (Papa kandung Salsabila) Sebenarnya Mama takut jika Salsabila mengalami trauma terhadap laki-laki karena mantan suaminya (Papa kandung Salsabila). Tidak semua laki-laki seperti mantan suaminya. Mama selalu berdoa agar Salsabila tidak mengalami trauma. "Aneh aja," ucap Mama menyampaikan apa yang ia rasakan. Salsabila mengerutkan kening. "Aneh kenapa, Ma?" "Ya aneh. Kok sering ngasih sesuatu sama kamu." "Pak Bos emang baik kok, Ma." Mama memegang dagunya sendiri. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu. "Apa beliau suka sama kamu?" tanya Mama. Pupil mata Salsabila langsung membesar. "Ha?!" Ia kaget mendengar apa yang dikatakan sang Mama. "Nggak mungkin, Mama!" Salsabila rasanya ingin tertawa. Mamanya terlalu berpikir berlebihan. Mana mungkin sang bos suka pada dirinya. Sangat-sangat tidak mungkin. Tembok terlalu besar menghalangi itu terjadi. Eh tunggu, apa Salsabila mengharapkan sang bos suka padanya? Dia langsung geleng-geleng kepala. Bisa-bisanya ia memikirkan hal gila seperti itu. "Kenapa nggak mungkin?" Mama tampaknya begitu yakin. "Ya nggak mungkin. Pak Bos itu orangnya perfect banget. Mana mau sama aku yang kayak gini." Kalimat terakhir Salsabil katakan dengan suara pelan. "Emang anak Mama ini kenapa?" Mama mencubit kedua pipi Salsabila dengan gemas. "Kamu pintar, kamu cantik, kamu pinter masak terus kamu juga sayang keluarga," lanjut Mama lagi. Hati Salsabila menghangat. Ia bukan besar kepala. Hanya saja ia senang mendengar kalimat pujian dari sang Mama. Rasanya sesuatu yang sulit menunggu didepan sana sangat mudah Salsabila lewati. "Aku emang cantik, kan anak Mama." Salsabila tersenyum. Mama ikutan tersenyum. "Kalau Pak Bos kamu beneran suka gimana?" Salsabila tertawa. "Nggak mungkin, Ma. Dia pasti suka sama perempuan yang luar biasa." "Umurnya berapa?" "Udah tiga puluhan mungkin. Eh, kok jadi bahas Bos aku?" Mama terkekeh. "Iya iya, nggak bahas lagi." "Oh ya anaknya Bu Retno kirim salam," ucap Mama. Salsabila yang ingin melangkah ke kamar jadi terhenti. "Mama jodohin aku lagi?" Salsabila sedikit cemberut. Tapi ia tidak benar-benar marah atau kesal. "Bukan, Bu Retno yang ngebet mau jadiin kamu mantu." "Nggak mau ih. Mau kuliah dulu sama selesai. Terus cari kerja yang bagus biar cepat kaya." "Iya iya, Mama tau." "Tapi kamu nggak penasaran sama anaknya?" "Nggak, Ma. Kecuali dia pengusaha sukses. Punya tabungan milyaran, boleh deh dipertimbangkan." Salsabila menyengir. Mama hanya bisa geleng-geleng kepala. "Belajar aja yang benar. Punya banyak uang karena usaha sendiri lebih bagus." "Iya, Ma. Aku bakal kuliah yang benar kok. Mama jangan khawatir." Setelah berbincang sebentar dengan sang Mama, Salsabila masuk ke dalam kamar. Ia mulai membersihkan diri. Banyak hal yang akan Salsabila kerjakan kembali. Apalagi ia sedang sibuk mengerjakan sebuah penelitian dengan ketiga temannya yang lain untuk mengikuti perlombaan. Salsabila dan temannya sudah bekerja keras selama dua mingguan ini. Tidak lama lagi, perlombaan akan segera dimulai. Babak pertama biasanya diseleksi dengan melihat proposal penelitian. Babak kedua, barulah menunjukkan replika dari penelitian yang dilakukan. Disini baru mereka akan bertemu dengan kelompok dari kampus lain maupun dari kampus mereka sendiri. Apalagi banyak orang yang akan datang melihat. Semoga saja Salsabila dan timnya bisa lolos di babak pertama. Salsabila sudah selesai membersihkan diri. Ia melihat ponsel dan ada beberapa pesan yang belum terbaca. Felix Pakai coding ini Kamu salah tanda Jangan salah lagi Teliti!!! Salsabila seakan mendengar suara Felix berbicara kepada dirinya. Ia sudah sangat hafal bahkan sampai ke nada-nadanya. Felix sering sekali marah kepada dirinya. Memang sih Salsabila tidak terliti, tapi jangan marah-marah terus. Tapi mau bagaimana lagi, Felix memang pintar dan ingin membuat sesuatu yang menurutnya sempurna. Salsabila menghidupkan laptop. Ia mulai mengerjakan apa yang menjadi beban kerjanya dalam tim. Tentu saja mereka juga sering berdiskusi baik secara langsung maupun tidak langsung. Bagi yang lain, mereka tidak mengharapkan hadiah dari kompetisi ini. Mereka lebih ingin dilirik Oleh perusahaan-perusahaan besar. Kalau Salsabila, ia suka hadiahnya hehe. Tapi ia juga ingin mendapat relasi dengan perusahaan-perusahaan besar. Salsabila membuat status di aplikasi berwarna hijau. Foto satu cangkir kopi dengan laptop yang menyala dan menampilkan deretan coding dan ada notifikasi error. Caption yang Salsabila buat berbahasa inggris yang artinya "Error kembali datang tanpa diundang, tapi kenapa kamu tidak? (Emot tertawa kemudian emot menangis) Salsabila meletakkan ponselnya di samping laptop. Ia mulai mencari referensi dari internet. Tapi tidak lama waktu berlalu, sebuah pesan masuk. Salsabila langsung melihatnya. Ternyata dari Pak Bos. Tentu saja Salsabila kaget. Ia memang menyimpan kontak sang bos, tapi ia tidak menyangka sang bos menyimpan kontaknya. Apalagi sampai melihat story tidak penting yang baru saja ia upload. Pak Bos Kamu siapa? Salsabila mengerutkan kening. Tidak mengerti, isi pesan itu mempunyai makna apa. Ini bosnya bertanya siapa Salsabila atau siapa apa? Salsabila mendadak pusing sendiri. Salsabila Maaf, Pak Saya Salsabila Pak Bos Saya tau! Salsabila Terus, kamu siapa itu maksudnya apa Pak? Salsabila kira sang bos tidak tahu bahwa ia adalah Salsabila. Ternyata tidak demikian. Pak Bos Siapa yang tidak kunjung datang? "Apa sih?" Salsabila bermonolog sendiri. Ia semakin bingung saja. Salsabila mencoba untuk berpikir kembali. Salsabila Maksudnya pak? Pak Bos Itu status kamu Siapa yang tidak kunjung datang? Salsabila baru mengerti. Ternyata karena kata terakhir di status yang ia buat. Padahal Salsabila hanya iseng saja. Malu sekali rasanya. Kalau tahu sang bos punya waktu melihat statusnya, Salsabila akan selektif. Salsabila buru-buru menghapus statusnya. Tidak lama pesan kembali datang. Pak Bos Kenapa dihapus? Siapa orangnya? Salsabila Tidak ada pak Saya hanya iseng saja (emot tertawa) Pak Bos Kamu tidak bohong? Salsabila Tidak, Pak Memang hanya iseng saja Pak Bos Baguslah Saya hampir jantungan "Ha?!" kaget Salsabila. Tapi tidak lama pesan itu terhapus tetapi Salsabila sudah membacanya. Kenapa juga sang bos sampai jantungan? Apa beliau salah kirim? Mungkin saja. Salsabila mencoba untuk berpikir positif saja. Salsabila Apa yang Bapak hapus? Pak Bos Tidak ada Jangan buat status begitu lagi Salsabila Baik, Pak Maaf mengganggu Pak Bos Tidak mengganggu hanya saja saya tidak suka Logika programnya ada yang salah, ini yang benar (Send gambar) Salsabila hampir berteriak. Ia tidak menyangka sang bos akan membantu dirinya menangani apa yang membuat codingnya menjadi error. Tentu saja dengan kemampuan Zero, hal seperti ini sangat mudah ditangani. Tidak butuh waktu dan hanya sekedar melihat sekilas saja. Salsabila Terima kasih Pak.... Terima kasih banyak Saya tidak tahu harus membalas dengan apa Pak Bos Cukup tidak buat status seperti tadi lagi Salsabila yang tidak terlalu mengerti dengan maksud sang bos untuk melarangnya hanya mengikuti saja. Salsabila Baik Pak Saya tidak akan buat status seperti tadi lagi Sekali lagi terima kasih Pak Bos Ya Pesan berakhir dan Salsabila bernafas lega. Entah kenapa ia menjadi deg-degan hanya karena mendapat pesan dari sang atasan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD