Bab 38

1427 Words
Keesokan harinya Caca bekerja tanpa semangat, pagi tadi saat ia berpapasan dengan kakaknya yang datang kekantor milik keluarga nya itu , ia menyapanya dan yang menyebalkan, kakaknya hanya tersenyum singkat padanya. Caca masih berada di belakang kakak nya pagi tadi dan mengangguk kepada Baekhyun. Caca ingat rencananya semalam dengan Bimo bahwa mulai hari ini Caca akan mendekatkan Bimo dengan seluruh keluarganya agar pria itu bisa membuka diri dan keluarga nya dapat dekat dengan kekasih nya itu. Caca tak tau apa itu akan berhasil tapi ini mesti memaksanya Bimo dengan mata memohon. Bagaimana Bimo bisa menolak nya. Bimo mengangguk ringan dan Caca tersenyum sambil menggumam kan kata terima kasi. Caca teringat wajah kekasihnya itu. Dengan langkah gontai Caca berjalan menuju ruangannya. Ia melihat Frans berjalan ke arahnya dengan dua cup kopi, kemudian menyodorkan salah satu kopi itu pada Caca. "Selamat pagi, hari ini jadwal mu padat sekali," ucap Frans –partner kerjanya. Caca terkekeh, menyesap kopi paginya yang terlalu pahit dan mengernyit. "Terima kasih kopinya. Kita akan rapat satu jam lagi kan?" Frans mengangguk. "Lusa adalah pengadaan proyek baru. Kemungkinan kita akan membahas tentang kenaikan standar," Frans menemani Caca hingga masuk ke dalam ruangannya. Kemudian duduk dihadapan Caca untuk mulai membuka berkas. "Kita akan bekerja sama dengan perusahaan milik kekasih mu itu," ucap Frans. "Kekasih ku?, maksud mu Bimo,"Tebak Caca. Caca terkekeh. "Mau bagaimana lagi?" ucap Caca,"Jadi apakah nanti kita akan rapat bersama Bimo?" Frans berdiri dari kursinya setelah merapikan berkas-berkasnya. "Tentu saja," balasnya acuh dan keluar dari ruangan Caca. Caca tersenyum,' ini kesempatannya,' batin Caca. ... Setelah rapat yang membosankan berakhir,"Akh.. akhirnya rapat ini selesai," Caca nyaris berteriak kegirangan karena jam makan siang datang. Kali ini tugas sudah hampir selesai sehingga ia bisa makan di kantin dengan tenang. Bimo menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari kekasihnya itu yang terlebih dahulu keluar dari ruangan meeting. Caca yang tadi sangat senang melihat Bimo dan kakak nya saling menyapa dan terlihat lebih banyak kemajuan dalam berinteraksi, mereka terlihat tidak seperti rekan kerja, Bimo yang sangat menghormati kakak perempuan nya membuat ibu si kembar terus memuji saat kami kembali ke ruangan kakak ku. Bimo segera menemukan kekasihnya dan calon kakak iparnya itu, segera Bimo mendekati mereka,"Siang kak, apa kalian berdua mau makan siang bersama ku, kebetulan aku tau restauran yang enak di dekat-dekat sini,"dengan sopan ia menegur calon kakak ipar nya itu dan menawarkan mereka untuk makan siang bersama. "Aku sepertinya makan sendiri saja atau nanti aku mengajak frans saja untuk menemani ku makan siang, kau pergilah bersama Bimo," awal nya calon kakak ipar nya itu menolak karena ia tak mau mengganggu mereka berdua, tetapi Caca menyakinkan kakak nya itu untuk pergi bersama mereka," Tidak apa-apa kak, kau pergi dengan kami saja, aku dan Bimo tidak keberatan bila kita bersama-sama," Dan di ikut sertakan dengan anggukan Bimo yang setuju dengan pendapat istrinya itu. "Baiklah aku ikut dengan kalian berdua,"Dengan senang hati kakak nya akhirnya mengikuti mereka berdua. "Ayo kita berangkat, mobil ku sudah menunggu di luar lobi kantor,"Ajak Bimo. Bimo membukakan pintu mobil bagian belakang dan memberikan jalan agar kakaknya masuk dan di ikuti oleh Caca di belakang nya. Caca yang tak melihat kakaknya itu berhenti akhirnya ia menabrak punggung orang yang di depan nya,"Mengapa kau duduk di belakang juga, sana kau temani Bimo menyetir mobil, kau kan kekasih nya, jadi sebaiknya kau duduk didepan," kakak nya mulai mengajari adiknya itu yang masi polos dalam percintaan. Bimo yang mendengar calon kakak iparnya itu mengomeli kekasihnya yang masih polos ini hanya tersenyum dan itu terlihat oleh calon kakak iparnya yang mengedipkan satu mata nya. Bimo yang melihat itu mengangguk mengucapkan terimakasih kepada calon kakak iparnya itu tampa terdengar oleh Caca. Akhirnya mereka bertiga meninggalkan kantor itu dan menuju tempat yang di maksud Bimo tadi. ... Bimo dan kedua wanita yang sudah masuk dalam daftar wanita yang akan di hargai dalam hidupnya setelah ibu nya itu masuk kedalam sebuah resto yang sangat besar, Bimo telah reservasi tempat dan saat ini mereka mengikuti pelayan resto yang menunjukan meja mereka. Tak lama mereka duduk datanglah semua makan yang telah di pesan oleh Bimo sebelumnya, Bimo memesan makanan jepang, makanan kesukaan calon kakak iparnya, Bimo dan Caca sengaja memesan itu karena ada niat terselubung mereka terhadap kakak nya. "Wah lihat ini, semua makan nya enak, kau sangat pintar memilih tempat dan resto ini," Calon kakak ipar nya itu memuji Bimo, Caca menatap kekasih nya tersenyum puas, cara mereka berhasil untuk mengambil hati calon kakak iparnya. "Apakah kau sungguh serius berhubungan dengan adik ku ini,"tanya calon kakak ipar nya kepada Bimo. "Aku sangat serius dengan Caca kak, aku tidak pernah merasa menjalin hubungan seserius ini, aku mau Caca menjadi pilihan terakhirku, dia wanita yang selama ini aku cari dan ku tunggu-tunggu,"Bimo berbicara serius kali ini dan Caca terlihat menunduk menahan air matanya karena merasa terharu dengan perkataan kekasihnya ini. Calon kakak ipar nya itu melihat dan menatap Bimo mencari apakah ini serius atau hanya main-main saja, dan ia tak melihat satupun keraguan dari kedua orang yang berada di depan nya ini. "Bila kalian serius sebaiknya kalian memikirkan untuk mengenalkan kedua orang tua kita, tetapi kau harus mengenalkan Caca terlebih dahulu kepada orang tua mu, dan Caca kau juga harus mengenalkan orang tua kita kepada Bimo," kakak Caca memberikan nasehat kepada kedua adik nya, ia hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk mereka berdua. Caca memeluk kakak nya itu dan berterimakasih atas apa yang dikatakan oleh kakak nya itu, Caca dan Bimo akan melakukan semua demi kebahagiaan mereka, dan mereka berdua saling bertatapan memberikan senyuman yang menguatkan mereka. "Sebaiknya kita makan, kasian makanan ini sudah menunggu lama untuk dimakan,"Calon kakak ipar nya sedikit mengoda mereka berdua. "I..i..iya kak, silahkan dimakan,"Bimo mengaruk belakang kepala nya yang tak merasa gatal, dan di ikuti oleh Caca yang tertawa kepadanya. ... Malamnya Adam masih terjebak di kantor dengan pekerjaan yang menumpuk. Ia sudah sangat lelah dengan semua pekerjaannya siang tadi, sekarang ia masih harus bekerja. Entah mengapa ia merasa sejak sore tadi ada yang tidak benar dengan tubuhnya. Perutnya terasa perih dan melilit saat ia terlalu banyak bergerak, jadi ia hanya duduk tenang, memeriksa berkas, dan berusaha menahan rasa sakitnya. "Kau baik-baik saja, Adam?" tanya Bimo yang sedang bekerja dengannya. Adam menoleh ke arahnya. Malam ini Adam harus lembur kembali, ia telah menghubungi istrinya saat sore tadi,"Aku baik-baik saja, Kau dari mana saja setelah dari meeting tadi?"Tanya Adam yang sedikit meringis dan kembali memeriksa berkas-berkas tersebut. "Aku tadi mengajak Caca dan calon kakak ipar ku makan siang bersama," Adam yang mendengar itu hanya mengangguk. "Kau tampak pucat dan berkeringat. Kau bisa pulang biar aku menyuruh Sekretaris mu untuk menyelesaikan ini," ucap Bimo lagi, kali ini ia menyentuh dahi Adam. "Aku akan selesaikan ini dulu," Adam berusaha tersenyum, meskipun ia menahan rasa sakit pada perutnya. Lalu saat tiba-tiba perutnya bergejolak, ia berlari dengan cepat menuju kamar mandi, diiringi Bimo yang berteriak dan menyusul Adam dengan cepat. Adam masuk ke dalam kamar mandi dan berusaha mengeluarkan isi perutnya. Bersamaan dengan itu pintu toilet di ketuk. "Kau baik-baik saja, Adam?" tanya Bimo cepat, suaranya terdengar khawatir. Masih terdengar suara Adam yang mengerang dan terbatuk-batuk. "Tidak apa-apa. Aku hanya mual," selanjutnya Adam terbatuk-batuk lagi. Bimo mendorong pintu untuk melihat Adam dan berusaha memegangi tubuh Adam yang sedang membungkuk di atas wastafel. Bimo menepuk-nepuk punggung Adam, masih memegang tubuh lelaki itu kuat-kuat. "Ini menjijikkan," ucap Adam. Bimo membantu Adam menghidupkan wastafel untuk membersihkan tempat itu dan Adam membilas mulutnya. "Apa perlu dipanggilkan ambulans?" wajah Adam yang pucat membuat Bimo semakin khawatir. Adam menggeleng lemah. "Aku benci ambulans dan rumah sakit, kumohon jangan," ucapnya. Bagaimanapun kenangan tentang rumah sakit dan ambulans masih membuatnya trauma karena kecelakaan itu, ia malas. Kemudian Adam merasakan perutnya bergejolak lagi, ia berusaha mengeluarkan isi perutnya di wastafel, tapi tidak ada apa-apa. Perutnya sudah kosong. Dan kemudian ia merasakan kepalanya pening. Adam berusaha tetap berdiri tapi ia rasa seluruh tubuhnya melemas. Adam terjatuh, nyaris tak sadarkan diri. sekretaris Adam nyaris memekik dan Bimo dengan cepat memegang laki-laki itu. "Aku akan mengantarkan Adam pulang,Kau tolong selesai kan perkerjaan Adam" perintah Bimo "Sebelumnya tolong kau bereskan barang-barangnya," sekretaris itu hanya menjawab dengan gumaman. Bimo memapah Adam menuju parkiran, Mata Adam terbuka saat ia sudah sampai di tempat parkir. Bimo meletakkan tubuh Adam dalam mobilnya dan membantu memasangkan sabuk pengaman untuknya. Adam menoleh ke arah kanan untuk melihat Sekretarisnya yang berdiri di sana, diluar mobil Bimo. Adam mengangguk padanya, mengatakan bahwa ini bukan masalah dan ia meminta tolong selesai kan perkerjaan nya yang tertunda. "Tidur lah, saat kau tiba aku akan membangunkan mu," Adam hanya mengangguk lemah, perlahan memejamkan mata seiring dengan mobil Bimo yang melesat.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD