Flashback. Anjani hanya bisa duduk terdiam dengan semua yang berkecamuk di pikiran nya . Tuan Adam hanya dapat melirik apa yang dikerjakan wanita yang sedang duduk disebelahnya, sampai keheningan diantara mereka terpecahkan oleh suara yang bergema ditelinga Anjani ,
"Kita sudah sampai Nona " Anjani hanya melirik sekilas ke arah luar dan mengerti dia sudah ada di depan apartement nya,
"Terimakasih atas tumpangan". Dengan wajah datar Anjani keluar dari mobil milik Tuan Adam. tanpa disadari ada seyuman yang terlukis diwajah Tuan Adam . Setelah kepergian Tuan Adam tidak ada lagi pertemuan diantara mereka.
...
Jam dimeja menujukan pukul 08.00 saat Anjani mulai mengumpulkan kesadarannya, matanya membulat sempurna setelah melihat jam yang ada di meja. Dengan terburu-buru, ia segera bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi.
"Sial, aku terlambat lagi,"
Rapatnya dimulai satu jam lagi dan Anjani belum siap sama sekali.
Bukan tanpa sebab sebenarnya, Anjani memang tidak bisa tidur hingga jam 3 pagi. Perutnya kram hingga semalaman dan itu membuatnya terjaga hingga pagi. Semua berkas dokumen yang dibawanya ke apartement terbengkalai begitusaja.
...
Langkah kaki Anjani yang semula cepat perlahan melambat begitu ia mendekati pintu sebuah ruangan. Sejenak ia terdiam merapika penampilan yang sedikit berantakan.setelah ia menghela napas, Anjani membuka pintu ruangan rapat itu.
Seluruh pasang mata yang ada diruangan itu mengarah ke arah Anjani yang baru memasuki ruangan itu, termasuk pria yang sangat dicintai Anjani,
"Nona Anjani ? Kau baru datang ?"
Anjani hanya menundukan kepalanya dalam-dalam dan menjawab lirih,"Maaf Bimo".
Bimo tak mengindahkan jawaban Anjani, ia justru sibuk memperhatikan penampilan Anjani yang lain dari biasanya. Sang playgirl , saat oni hanya menggunakan kemeja oversize dipadu dengan celana jins tanpa makeup sedikitpun .
Hal itu membuat pria itu dan karyawan lainnya menatapnya dengan tatapan aneh.
"Apa kau sedang sakit Anjani ?" Tanya pria itu lagi, kali ini dengan sedikit khwatir.
"Se, se ,dikit " Jawab Anjani sedikit gugup.
"Kenapa ia tahu," Jawab Anjani didalam hati.
Bimo mengangguk paham dan tersenyum kecil.
"Oke Anjani , silahkan duduk", Ia tersenyum mengucapakan terimakasih, iapun segera menuju bangku kursi tepat disebelah sekretarisnya yang memang sudah dipersiapkan untuknya.
Sarah, yang duduk disebelah Anjani sedari tadi memperhatikannya mendekat menyakan dengan wajah penasaran yang terlihat jelas.
"Nona benar-benar sakit ?"
Anjani mengangguk pelan tak berniat untuk menjawab karena terlalu sibuk mengeluarkan berkas dan dokumen yang di persiapkannya.
"Tumben sekali, sakit apa memangnya nona?"
"Perutku kram dari semalam", Jawab Anjani tanpa melihat lawan bicaranya. Saat ini Anjani terlalu fokus memperhatikan persentase yang dilakukan pria yg di cintainya.
"Perut Nona Kram ? Apakah Nona minum lagi semalam?" Tanya Sarah kembali.
Kepala Anjani menggeleng kecil pertanda menjawab pertanyakan sekretaris yang sangat mengkhawatirkan atasan sekaligus sahabatnya itu.
...
"Perutmu kram dari semalam?" Anjani mengganguk pelan. Saat ini mata Anjani sedang dimanjakan dengan hidangan yang ada didepan matanya. Ia sedang sibuk memakan dan meminum kopi ekspresso tanpa melihat orang yang menatap ngeri dengan sikapnya pagi ini .
"Kau yakin tidak ada salah makan ?"Tidak ada jawaban yang dilontarkan oleh sahabatnya itu.
"Anjani .. Anjani STOP ,jagan dimunum kopi itu tak ingatkah perutmu saat ini sedang sakit." Seketika Anjani menghentikan kegiatan makan nya sejenak, dan melirik sahabat yang sedang khawatir dengan kesehatan nya itu .
"Maaf kan aku Anjani bukan maksudku membentak mu," Anjani hanya menggeleng dan tersenyum lalu ia meneruskan kembali kegiatan makan nya.
"Maafkan aku Sarah ,entah mengapa sekarang ini aku sering lapar"jawaban singakt dari Anjani.
Mendapat jawaban dari Anjani seperti itu sang sahabat hanya tersenyum dan mengeleng kepalanya .
"Baik lah, makan lah pelan-pelan jangan sampai tesedak dengan makanan mu sendiri."
...
Sedari tadi pagi Tuan Adam keluar masuk kamar mandi, wajah nya terlihat sedikit pucat. Sedari pagi perutnya melilit dan merasa mual. Sedari tadi ia mencoba mengeluarkannya tetapi hanya air liur saja yang keluar.
"Kau kenapa ?" Apa kau sakit?" tanya Bimo memecahkan keheningan di ruangan kerja Tuan Adam.
"Entahlah mungkin kemarin ada salah makan!" Jawab Tuan Adam sambil memijat keningnya.
"Apa sebaiknya kau beristirahat saja dulu sehari dirumah? Apa perlu ku bawakan dokter agar dapat memeriksamu?" Jawab Bimo terlihat agak sedikit mengkhawatirkan kesehatan temannya itu.
Tuan Adam hanya menjawab dengan gelengan kecil di kepalanya. Ia mengdengus sejenak, "Ada perlu apa kau datang ke kantorku",
Bimo tidak menghiraukan pertanyaan yang dilontarkan kepada temannya tersebut, ia mendekatkan dirinya dan meletakan tangannya ke dahi Tuan Adam "Sepertinya kau tidak demam" Jawab Bimo yang di tatap oleh Tuan Adam dengan perasaan malas.
"Sudah aku bilang, mungkin aku kemarin ada salah makan saja," Jawab Tuan Adam sambil menepis tangannya Bimo yang diletakan di dahi kepalanya.
"Aku kesini hanya mau mengajakmu makan siang sambil membicarakan proyek yang akan kita kerjakan." Yang di ikuti anggukan kecil dari Tuan Adam.
Dengan inisiatif Bimo, ia akan membelikan makan siang untuk mereka berdua karna tidak akan mungkin mengajak Tuan Adam untuk keluar dengan keadaannya yang kurang sehat.
"Aku akan keluar sebentar membelikan makan siang untuk kita, apakah kau ingin menitip sesuatu?" Tuan Adam menganggukan kepalanya.
"Kopi Ekspresso saja," Dengan memutar bola mata nya Bimo menjawab " TIDAK, ingat kau sedang kurang enak badan, wajah mu sudah berkeringat dingin begitu, mungkin saja asam lambungmu sedang naik, ingat kopi itu tidak baik untuk penderita maag, suadah aku pergi dulu."
Dengan percaya dirinya Bimo menjelaskan penyakit yang belum tentu di alami oleh sahabatnya itu. Tuan Adam yang mendengar omelan sahabatnya itu menatap ngeri dan merasa geli.
"Cih .. Dia berbicara seolah-olah dia seorang dokter yang sedang memarahi pasien nya," Jawab Tuan Adam yang tidak didengarkan oleh sahabatnya itu.
..
Sarah menatap Anjani yang tengah menyatap makan dengan tatapan aneh dan perasaan jijik.
"Kau hari ini seperti orang kerasukan Anjani, apakah kau belum kenyang juga ?" Tanyanya dengan nada sarakas.
Namun pertanyaaan itu tak di indahkan dan hanya anggukan polos yang di dapat oleh gadis itu.
"Rumahmu banyak sekali makan enak Sarah," Ia menjawab di selah-selah acara mengunyah makanannya.
"Bukankah tujuanmu kemari ingin menyelesaikan berkas dokumen yang belum selesai," Sarah sambil menghela napas dengan kasar.
"Tentu Sarah," Sambil tersenyum tak enak "Tapi bisakah aku mendapatkan kue pie lagi Sarah?"
Dan dengan berat hati Sarah memesan kembali keu yang sangat di ingikan oleh sahabatnya tersebut.
Langkah Sarah tiba-tiba terhenti saat bel rumahnya terdengar. Ia segera membukakan pintu dan melihat siapa yang datang.
"Tu..Tuan Bimo." Jawab Sarah gugup dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
Bimo hanya melambaikan sebelah tangannya dan melontarkan senyuman manis nya dan itu membuat orang yang berhadapaan dengan nya gugup setengah mati.
Tak lama ia sadar dengan keterkejutannya itu, Ia kembali di buat senam jantung kembali dengan apa yang dilihat di balik sosok orang yang di cintainya, Ia benar dengan diam-diam Sarah menyukai Bimo selama ini .
"T..t..Tuan Adam."jawabnya lagi dengan mulut yang terasa kaku dengan apa yang dilihatnya.
Didalam hati Sarah merassa tersanjung dengan kedatangan dua bos besar ini .
"Tu.Tuan Mar.." Belum selesai pertanyaan yang dilontarkan oleh Sarah sudah diputus langsung oleh Bimo.
Dengan sengaja Bimo membungkukkan sedikit badannya ke arah Sarah untuk sedikit menggoda nya,
"Jangan panggil aku dengan embel-ebel Tuan saat kita sedang tak di kantor sayang," Dengan lirikan matanya ia tau bahwa gadis yang ada di hadapannya ini sedang menahan rasa malu.
"Ishh..Tu. eh Bimo kau sengaja menggodaku kan," dengan sedikit memukul kecil lengan Bimo dapat memecah kekakuan suasana saat ini .
tanpa mereka sadari sedang melupakan seseorang yang melihat adegan romantis di depannya dengan tatapan menjijikan.
"Ehem, Apakah kalian bisa melanjutkan nya nanti sebelum aku pulang," Pertanyaan Tuan Adam dengan ekspresi malasnya.
"Ide yang bagus Tuan," Yang disambar langsung oleh Bimo dengan seyuman merekah diwajahnya dan Sarah hanya dapat menundukan kepalanya dalam-dalam akibat perbuayan atasannya itu.
Dari ekspresi yang di berikan gadis yang ada di depan nya Bimo paham dengan pikiran yang masih tekejut dan bertanya-tanya maksud dan tujuan kedua bos besar datang ke rumahnya, dengan tidak melepaskan senyuman dari wajah nya Bimo menjelaskan semua.
"Maaf sebelumnya telah membuatmu terkejut dengan kedatangan kami ke rumah mu, kami kesini ingin betemu Anjani, apakah ia sekarang bersamamu saat ini?" Hal itu hanya mendapatkan anggukan kepala dari gadis itu.
"Dapatkah kita bicara didalam saja," mendengar itu Bimo hanya melihat temanya dengan pandangan malasnya.
Dengan perasaan canggung yang tercipta selama mereka berbicara di teras rumah nya,"si..lakan masuk tuan," Sarah masih dengan perasaan tak percaya nya tadi.
"Sarah, kau lama sekali ?" Sebuah teriakan nyaring tiba-tiba terdengar, membuat perhatian mereka teralih seketika.
Anjani yang saat itu sudah diambang pintu memperhatikan mereka dengan pandangan binggung.
"Kalian, ada perlu apa kesini dan dari mana kalian tau alamat sekretarisku," Pertanyaan Anjani dengan tatapan curiga.
"Kami tadi mendatangi kantormu dan tidak mendapatkan kau tidak ada di tempat, syukurlah salah satu dari karyawanmu memberitahukan kalau kau pulang cepat dan memberitahukan kau sedang bersama sekretarismu ini" Bimo dengan liriknya.
Dengan malas Anjani hanya menjawab dengan anggukan tanpa enggan melihat lawan bicaranya.
"Apa kau masih sakit," Dan Bimo lagi-lagi hanya memdapatkan jawaban gelengan pertanda gadis itu dalam keadaan baik.
"Tapi kenapa kau masih terlihat pucat seperti orang yang kurang sehat Anjani?" pertanyaan Bimo yang terdengar sangat mengkhawatirkan keadaan Anjani dan hal itu membuat Anjani sangat senang dan bahagia dengan perhatian Bimo saat ini.
Mendengar pertanyaan yang di lontarkan Bimo, membuat Tuan Adam kesal dan memendam amarah dalam hatinya.
Dengan tatapan malas Anjani melihat Tuan Adam duduk tenang disofa ruang tamu.
"Bimo,kau kemari ada keperlu apa dan mengapa kau bisa bersama Tuan Adam?" Tanya Anjani lembut
"Oh, tadi kami makan siang bersama dan membicarakan proyek yang akan kita kerjakan bersama, maka dari itu aku berniat membicarakan kembali bersamamu," Anjani hanya mengangguk-anggukan kepalanya, "
Mengigat kejadian tempo lalu yang terjadi antara Anjani dan Tuan Adam membuat suasana sedikit cangung untuk mereka berdua saat ini.
Menyadari situasi yang tidak biasa Bimo memecahkan suasana dengan meninggalakan mereka berdua di ruang tengah.
"Akh, nampaknya hari ini sangat panas sekali, Sarah bolehkah aku mendapatkan segelas air?" ditatapnya gadis itu yang sedari tadi hanya melihat dari sudut ruang makan.
"Tentu Bimo!" Hal itu mendapat tatapan penuh tanya dari sosok gadis lain yang ada di sana.
"Bimo? Sejak kapan kau memanggilnya tadi tanpa embel-embel Tuan ?" Pertanyaan Anjani Penuh dengan curiga
"Akh.. Itu aku yang menyuruh nya untuk memanggilku tanpa ada embel-embel bila berada diluar kantor," Anjani hanya memandang Bimo tanpa ada nya jawaban darinya, sedangkan Sarah memandang Anjani dan Bimo dengan tatapan polosnya.
Akhirnya mereka menyelesaikan pekerjaan mereka dengan damai tanpa ada perdebatan lagi. Anjani sedari tadi memperhatikan Tuan Adam yang menyeka keringat dikeningnya dan melihat wajah nya pucat, dengan berani dia mulai bertanya, "Maaf sebelumnya apakah kau sakit?" dia mengutuk dirinya sendiri karna bertanya kepadanya.
Merasa di tanya Tuan Adam pun menjawab dengan lemas,"Sedikit, perutku sedari pagi kurang enak mungkin ada salah makan."
Anjanipun hanya menganggukan kepalanya pasca mendengar jawabannya."Dan kau apakah sedang sakit juga ? Karna Bimo siang tadi menceritakan kau sedang sakit?"
"Sama, perutku sejak kemarin sering kram." jawab singkat Anjani.
Sejenak suasana agak sedikit mencair sebelum keadaan membeku kembali dengan pernyataan pria yang dicintainya itu.
Kalian serasi sekali, sampai sakit pun kalian bisa sama." Tanpa disadari dari perbuatan nya itu membuat suasana kembali hening.
Menyadari hal ini Sarah mempunyai ide untuk mencairkan suasana kembali."Sudalah Bimo, kau jangan suka menggoda orang lain, bagaimana kalo kita memesan makan?" Sudah jelas disini siapa yang paling bersemangat mendengar ide itu.
"Iya aku setuju sekali dengan idemu itu Sarah," Anjani menjawab dengan semangat yang berkobar-kobar.
Sarah menanyakan kepada Bimo dan Tuan Adam,"Kalian mau memesan apa?"
Mereka menyerahkan apapun untuk dipesan. Dengan malas Sarah menanyakan kepada Anjani,"Dan kau ingin memesan apa?" Yang tanpa disadari jawaban gadis itu membuat ngeri tiga orang yang berada d rumah itu.
Dengan semangatnya Anjani menjawab,"Nasi ayam, coklat, jus, sushi, kerupuk, bakso, s**u pisang," Menyadari mereka meperhatikan nya ia hanya tersenyum dan mengarukan kepala belakangnya yang tak merasa gatal.
"Kau serius dengan pesanan mu itu? Apa kau bisa menghabiskan itu semua makanan yang kau pesan semua itu Anjani?" Bimo merasa heran dengan Anjani karna yang ia tau Anjani adalah salah satu orang yang paling memperhatikan penampilannya.
Dengan entengnya Anjani menjawab "Aku sedang mode lapar Bimo"
Mendengar jawaban itu,"Apa lapar? Kau baru makan 3 jam yang lalu dan juga tak ingat kah kau telah menghabiskan semua stok makanan dikulkasku, sekarang kau bilang lapar , kemana sudah makanan-makanan yang sudah kau telan itu?" Mendengar pertanyaan dari sahabatnya itu, Anjani hanya mengangkat bahu nya menandakan dia tak mengerti mengapa belakangan ini nafsu makan nya meningkat pesat.
30 menit, akhirnya pesanan mereka datang dan pasti yang paling bahagia saat ini hanyalah gadis itu, Anjani. tanpa basa basi Anjani langsung melahap semua yang ada dihadapannya.
Bimo dan Tuan Adam melihatnya dengan tatapan tak percaya.
"Tak ku sangka besar juga nafsu makan mu ," Pertanyaan Tuan Adam yang tidak di hiraukan oleh Anjani, ia terlalu sibuk dengan makanan dihadapannya.
"Sepertinya masa pertumbuhan mu sudah lewat Anjani!" pertanyaan Bimo berikutnya yang ia anggap mengganggu nya yang sedang asik menikmati makanan nya.
"Aish. Kalian berdua cerewet sekali, membuatku tidak ada selera makan lagi," Seketika Anjani berlalu menuju kamar tidur Sarah.
Mereka seketika melihat piring yang ada di hapan mereka dan melihat pemandangan semua piring kosong, Dan saling menatap satu sama lainnya, Adam membuka suara pertama,
"Aku tidak sangka napsu makan nya begitu hebat," Jawaban Adam tidak percaya apa yang dilihatnya itu.
Bimo pun menganggukan kepalanya mendengar jawaban yang di ungkapkan oleh yemannya itu.
Sedari pagi, Sarah lah yang menjadi saksi ke agresifan Anjani terhadap makan yang tersaji dihadapannya. Sarah hanya mengidikan bahu seakan dia acuh.
Dan akhirnya mereka berdua berpamitan pulang karna sudah terlalu malam. Hanya Sarah yang mengantarkan Bimo dan Tuan Adam pulang sedangkan Anjani menolak untuk mengantarkan mereka karna ia masih merasa kesal.
...
Selepas mereka pergi Anjani mengerang kesakitan yang di akibatkan kram diperutnya kebali.
"Anjani, kau kenapa? Apakah perutmu kram lagi?" Sarah bertanya dengan paniknya.
"Anjani ayo kita pergi kerumah sakit untuk memeriksa kondisimu," ajak Sarah dan saat itu juga ia mendapat penolakan dari Anjani.
"Aku baik-baik saja Sarah," jawab nya singkat dan memaksa diri tersenyum untuk membuat tenang sahabatnya yang sedang dilanda kecemasan.
"Tapi kau terlihat sangat kesakitan," Sarah berbicara sambil menahan air matanya.
"Baiklah jika itu mau mu tapi kupikir lebih baik kau menginap disini saja Anjani dibandingkan kau tinggal seorang diri di apartementmu," Sarah menawarkan gadis itu.
Anjani tersenyum malu. Sarah, yang sebelumnya pernah tinggal bersama saat kuliah bersama yang sudah hafal dengan semua kebiasaannya itu. Anjani itu anggun dan cantik namun sebenarnya Anjani adalah orang yang sangat rapuh dan manja bila sedang sakit.
"Anjani, apa perlu ku telpon paman dan bibi untuk memberi tahu mereka kalo kau sedang tak enak badan," Tanya Sarah yang langsung mendapat gelengan dan bantahan dari Anjani.
"Tidak, jangan Sarah nanti aku dipaksa pulang oleh ayah dan ibuku."
Sambil mengurut kepalanya yang sedang pusing melihat keras kepala sahabatnya itu "Sebenarnya paman dan bibi sangat merindukanmu, apa kau tak ingin mengunjungi mereka Anjani?" Gadis itu hanya terdiam mendengar omongan sahabatnya itu.
"Setidaknya cobalah untuk menghubungkan mereka," Pertanyaan itu mendapatkan anggukan Anjani.
Sebenarnya Anjani sangat merindukan kedua orangtuanya Itu tetapi karna kesibukan Pekerjaan kedua orangtua nya itu membuat Anjani sangat jarang bertemu kedua orangtua nya tersebut.
Lama mereka membicarakan perihal orang tua Anjani, akhirnya mereka memutuskan untuk segera tidur.
"Selamat malam Anjani."
"Terimaksih Sarah, kau telah sangat baik kepadaku seperti saudara kandung bagiku." tanpak mereka saling bertatapan dan melemparkan seyum.
"Selamat malam Sarah," Dan percakapan mereka berakhir dengan suara dengkuran halus dari kedua gadis itu.
...
Anjani terbangun dipagi hari dengan perasaan segar dan ringan, ia semalam akhirnya dapat merasaka tidur nyenyak, dan dilihatnya sisi lain yang semalam tidur bersamanya itu telah kosong. Ia tau kemana tujuan gadis itu, Anjani memutuskan untuk mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor pagi ini bersama sahabatnya itu.
Selesai Anjani membersihkan diri ia segera menuju dapur dan mencium bau wangi dari arah kompor. "Selamat pagi Sarah," Anjani mengagetkan temannya itu dengan suara yang agak dibesarkan nya.
"Astaga Kau Anjani bisakah cara menyapamu dirubah sedikit, kau jagan sering mengagetkan ku seperti itu" Omel Sarah kesal sambil mempersiapkan sarapan pagi untuk mereka berdua.
Anjani memberikan senyum jahilnya kepada sahabanya itu"Maaf Sarah kecil ku, jangan suka marah dipagi hari nanti kau cepat tua."
Anjani berjalan mendekati meja makan dan ia melirik temanya yang masi setia memanyunkan mulutnya seperti anak kecil,"Ia maaf-maaf aku janji tidak akan mengulanginya lagi,"
"ya sudah cepat kita sarapan nati kita bisa terlambat, aku tidak mau mendapat omelan dari si Bimo itu lagi" Dan itu juga diikuti dengan anggukan Sarah yang dengan segera sarapan dengan tenangnya.
...
Saat ini Sarah sedang mengemudi mobil milik Anjani dikarenakan ia masih mengkhawatikan keadaan temannya tersebut, sekilas ia melirik teman yang duduk disebelahnya sedang melamun menatap jalan Dihadapannya.
"Anjani apa kau baik-baik saja? Apa perutmu masih kram?" Anjani hanya menggeleng pertanda dia baik-baik saja.
"Sepertinya kau harus memeriksakan dirimu ke rumah sakit Anjani, Aku takut terjadi hal yang tak diinginkan," Sarah tanpak mencemaskan kesehatan temannya itu.
Anjani hanya tersenyum mendengar ocehan teman sebelah nya ini, " Sudahlah Sarah, aku baik-baik saja, kau tidak perlu mencemaskan aku, Mungkin maagku sedang kambuh," Jawabnya datar.
Sesampai di kantor ia melewati meja yang di tempati Sarah, mata nya berbinar dan terpaku melihat ada sekotak kue pie s**u yang dia sangat inginkan dari kemarin, tanpa rasa malu ia rampas makanan itu tanpa melihat dan meminta ijin kepada orang yang ada duduk dimeja itu dan langsung memakan nya,
"Emmhh. Sarah ini enak sekali, akhirnya aku mendapatkan mu sayang," Anjani melahap semua tanpa menyisakannya .
"Hei.. Nona kau memakan milikku, bahkan tidak satupun yang kau sisakan untukku nona," Mendengar protes dari teman sekaligus sekretarisnya itu Anjani hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya yang tidak merasa gatal.
...
Aku berdiri dibalik pintu kaca diruangan kerja, dan mata ku menatap sosok yang pasti sudah dia kenal, gadis itu sedang mengobrol dengan sahabatnya itu. Entah mengapa sepertinya aku sangat tertarik dengan gadis yang berada diluar pintu itu. Ia pun ikut tersenyum melihat tingkah laku yang di buat gadis itu saat mengobrol.
Tuan Adam kembali teringat dengan pertemuan pertama mereka dan entah mengapa timbul perasaan aneh yang membuat tubuhnya terasa panas. Aku tertawa kecil dengan mengigat kejadian panas itu.
"Tuan Adam ?" Sebuah suara mengagetkanku.
ku seketika kembali kealam sadarku, terlihat Maria yang berdiri di ambang pintu itu.
"Maaf, Tuan Adam saya lancang masuk tanpa persetujuanmu," Jawab Maria
"Apa Tuan sedang sakit? Wajah Tuan memerah sedari tadi," Pertanyaan Matia yang menbuat Adam salah tingkah.
"Eh.. Saya baik-baik saja Maria, kau ada perlu apa," Tanya Adam penasaran
Tapi sepertinya Maria tau apa yang menjadi objek penglihatan pria yang di kaguminya itu.
"Sial" Umpat Maria dalam hati
"Anjani DASARI KAU PEREMPUAN SIALAN," Rutuk Maria dalam hati.
Adam merasa aneh melihat Maria hanya berdiri melamun di depan pintu itu.
"Maria ? Maria kenapa kau hanya berdiri disitu!" Tidak ada jawaban dari Maria.
Dan alangkah terkejutnya Maria karna Adam telah berdiri di depannya.
"Tuan, maaf saya melamun," Ucap Maria cagungung
"Kau ada keperluan apa ?" Tanya nya binggung dengan kelakuan sekretarisnya itu.
Dengan perasaan canggung Maria menyerahkan berkas yang sudah ia persiapkan untuk meeting siang ini,"Saya hanya mau menyerahkan berkas yang akan anda persentasikan hari ini !" Tuan Adam hanya diam sembari membaca berkas yang diserahkan oleh sekretarisnya itu.
Maria masih berdiri di depan meja kerja Tuan Adam sambil menatap penuh arti dan senyum tidak pernah lepas dari wajahnya. "Kerja yang bagus Maria," Puji Tuan Adam terhadap sekretarisnya itu.
Mendapat pujian dari atasannya itu membuat Maria tersipumalu.
"apa Tuan ada memerlukan sesuatu?" Tanyanya lagi.
"Tidak ada Maria," Dengan kecewa Maria keluar dari ruangan tersebut.
"Maria !" panggil Tuan Adam
Maria yang di panggil nama nya oleh pria itu tersenyum sumringah.
"Tolong buatkan saya kopi," Ekspresi Maria berubah murung seketika mendengar perintah dari lelaki itu.
"Baik,Tuan Adam." jawaban singkat sekretaris itu
...
Bulan juli adalah bulan yang sangat sibuk bagi Anjani dan staf nya, Sebuah proyek besar yang di kerjakannya saat ini sangat menguras fisik dan pikirannya. Anjani salah satu dari petinggi di perusaahan itu tak mau menyia-yiakan kesempatan proyek besar yang perdana ia tangani ini. Ia yang dasar nya seorang pekerja keras dan mempunyai sifat yang ambisius, tak bisa diam.
Sudah hampir beberapa hari ini ia masih menginap di rumah sahabatnya itu, bukan tanpa sebab sang sahabat melarang nya untuk pulang ke apartemennya sendiri, karna ia sangat mengkhawatirkan kondisi kesehatan sahabatnya yang beberapa hari ini sedikit tidak baik.
Anjani larut dengan semua berkas yang berada di depan nya, sedangkan Sarah sedang keluar membelikan beberapa isi kulkas yang sejak kemarin habis.
Konsentrasi Anjani menjadi buyar akibat bunyi bel yang sangat menganggu itu, dengan berat hati Anjani membuka pintu. Anjani sangat kaget dengan apa yang dilihatnya sekarang, seseorang yang sangat ia hindari saat ini.
"Kau, kenapa datang lagi kemari," jawab ketus gadis itu.
"Apa aku perlu meminta ijin dulu bila mau kesini," Pria itu dengan taksopan nya lansung memeluk gadis itu.
"Kau jangan kurang ajarya,"sarkas Anjani kepada Pria itu.
Adam tersenyum sinis mendengarkan penolakan gadis itu. tanpa memimta ijin Adam menarik tangan,membawa Anjani masuk kedalam mobilnya, yang pasti dapat pemberontakan dari gadis itu.
Adam membuka pintu mobil dan memasukan gadis itu secara paksa, dan sebelum ia menutup pintu mobil itu ia berbisik tepat di telinga Anjani.
"Kau mau duduk diam atau kau akan ku buat mendesah sekarang juga." Anjani mendengarkan hal itu hanya memandang ngeri dengan apa yang dia dengar.
Dengan malas Anjani duduk diam dan hanya menatap ke arah jendela mobil, sepanjang perjalanan tidak ada percakapan yang terjadi.
Dan mereka tiba disebuah villa yang sangat besar, dengan rasa penasaran nya Anjani memberanikan bertanya kepada pria yang duduk disampingnya itu.
"Dimana kita, kenapa kau membawa ku ketempat ini." Anjani bertanya dengan perasaan penasaran nya.
"Temani aku malam ini," Jawab Adam yang membuat sang pendengar merasa terhina.
"b******k, kau pikir aku w************n," jawab Anjani kesal.
Lelaki itu hanya tersenyum mendengar omongan gadis itu, ia menarik napas dan menjawab semua dengan santai.