Adam telah sampai di depan pintu rumah nya, dan di sambut senyuman oleh sang istri, ia melirik kearah mobil dan memberi senyuman lagi kepada sang sekretaris setia suaminya itu.
"Terimakasih banyak sudah mengantarkan suami saya, kau berhati-hatilah dijalan ini sudah malam," Sarah sedikit meninggikan suaranya agar di dengar oleh sang sekretarisnya itu.
"Sama-sama ibu bos, saya permisi pulang dulu," pamit sekretaris adam dengan sedikit menundukkan kepala pertanda pamit.
Adam masuk ke dalam rumah dan di ikuti oleh Sarah.
"Sayang tumben sekali kau di sopir sekretaris mu?" Sarah segera memberikan minuman yang sudah ia persiapkan.
"Sayang kau mau makan atau pergi mandi dahulu," Tanya Sarah.
"Sepertinya ku langsung mandi saja sayang, tadi kami meeting diluar kantor dan setelah nya kami makan bersama, apa kau belum makan sayang?" Sarah mendengarnya hanya menganggukkan kepala, baiklah aku akan membersihkan badan sebentar setelah itu aku akan menemanimu untuk makan," awalnya Sarah sedikit kecewa dengan perkataan awal yang mengatakan ia sudah makan, tetapi ada secercah kebahagiaan yang hinggap di hati Sarah mendengar suami nya berkata seperti itu.
"Baiklah, kau mandilah aku akan menyiapkan baju tidurmu,"
...
Di tengah guyuran air, Adam mengigat pertemuan nya dengan gadis yang bernama Angel, Ia masih mengigat senyuman nya, dan ia memikirkan keadaan gadis itu karena ia meninggalkan nya di tengah hujan.
" Bagai mana keadaan nya ya.. aiss ..Mengapa aku memikirkan dia!" Adam merasa bersalah terhadap gadis itu,
Sarah telah mempersiapkan hidangan makan malam nya dan tak lupa ia menyiapkan minuman hangat untuk suami.
Sarah tersenyum melihat Adam menuju ke meja makan," Kenapa kau tidak makan!" tanya Adam.
"Ini aku buatkan kau minuman hangat," Sarah menyuguhkan minuman itu di hadapan suami.
"Terimakasih," Jawab nya singkat.
Mendengar jawaban singkat itu Sarah merasa terjatuh kembali oleh perasaan nya yang akhir-akhir ini mood nya naik turun.
"Sepertinya kau sangat lelah, apa pekerjaan mu sangat banyak?" Sarah bertanya dengan suara yang nyaris tak terdengar oleh pendengaran nya sendiri.
"Emm.. begitulah, pekerjaan ku sangat bertumpuk sampai aku tak ada waktu untuk keluarga ku sendiri," Adam secara cepat mengetahui perubahan intonasi suara Sarah yang menandakan sedih nya.
"Ayo sudah makan lah, terus kita langsung beristirahat sayang, aku sangat lelah hati ini," Mendengar itu Sarah mengangguk dan segera memakan makanan nya.
...
Sarah dan Adam sudah berada di atas tempat tidurnya, di lihat Sarah sudah terlelap tetapi Adam yang begitu lelah malah tidak bisa tidur dengan nyenyak, ia terbangun dan menghayal dengan masa lalu nya.
Flashback ..
Pria itu sedang merangkul seorang gadis di hadapannya. Tidak peduli dengan celananya yang kotor karena pasir pantai, ia duduk sembari menenggelamkan kepalanya pada bahu sang gadis. Sementara kedua lengannya, masih merangkul erat pada gadis itu dari belakang.
Ombak-ombak pantai seakan berlari, berlomba untuk menyapa pasir pantai terlebih dahulu. Dan derunya suara ombak menciptakan melodi tersendiri bagi dua insan yang tengah mendengarnya.
"Adam…" gadis itu berbisik, tapi cukup terdengar oleh pria di belakangnya. Ia bisa merasakan lengan sang pria yang semakin erat merangkulnya, merespon sebagai jawaban tanpa harus membuka suara.
"Adam .." gadis itu membuka suara lagi. Dan pria di belakangnya hanya menggumamkan kata 'hm' untuk merespon panggilan itu kali ini. Gadis itu tersenyum kecil. "Katakan padaku, apa kau akan selalu ada bersama ku?" tanyanya pelan.
Pria dengan panggilan 'Adam' itu sedikit mendongakkan kepalanya. Tatapannya beralih pada pemandangan dihadapannya sebelum menggumamkan kata 'Pasti' untuk menjawab pertanyaan gadis itu.
Gadis itu kembali tersenyum setelah mendengar jawaban dari pria di belakangnya. Kemudian ia sedikit menyandarkan tubuhnya, membuat dirinya nyaman dalam pelukan pemuda tersebut.
Sementara sang pria, ia kembali merangkul gadis itu dari belakang, erat. Seakan tidak ingin berpisah dari gadis itu.
"Aku…aku ingin sekali menghabiskan hidup ku bersamamu," ucap gadis itu tiba-tiba. Pria itu tersenyum getir mendengarnya. Ia kembali menenggelamkan kepalanya pada bahu gadis yang di pelukannya.
"Mengapa kau berbicara seperti itu sayang, aku pasti selalu ada untuk mu, tidak ada yang akan memisahkan kita,"
"Tidak tau, aku hanya ingin mengucapkan itu," ucap gadis itu memotong perkataan pria dibelakangnya yang belum sempat terselesaikan itu. Bibir gadis itu mengulaskan sebuah senyuman. Sementara pria itu nampak tengah bingung dengan omongan gadis yang sedang dalam pelukannya.
Gadis itu mengangkat satu tangannya, bergerak menyentuh wajah sang pria yang kini tengah merangkulnya. Pria itu pun menggenggam tangan gadis itu, lembut. Matanya terpejam merasakan sentuhan dari jemari gadis itu di pipinya.
"Aku ingin kau berjanji kepada ku tidak pernah akan meninggalkan ku sendiri," gadis itu kembali membuka suara.
Sementara pria dibelakangnya memilih untuk tidak merespon perkataan itu. 'Ia sendiri tidak yakin kalau ia akan bisa.' Batin Adam.
"Aku berjanji tidak akan meninggalkan mu Anjani" Jawab Adam ragu.
Suara deru ombak semakin terdengar keras. Angin terus berhembus bersamaan dengan gulungan-gulungan ombak yang bergantian menerpa pasir pantai. Sementara sang surya semakin menunduk, mengharapkan sang bulan untuk segera menggantikannya.
"Aku ingin sekali kau mengigat semua janjiku padamu, Adam," ucap gadis itu pelan membuat pria dibelakangnya tersenyum. "Aku ingin kita bisa terus bersama sampai tua nanti," tambah gadis itu lagi disertai dengan seulas senyuman yang terukir di bibirnya.
"Aku ingin nanti kita menikah dan mempunyai seorang anak darimu," ucap Anjani itu pelan. Ia sedikit mengambil jeda. "Aku ingin kita bisa melihatnya tumbuh dewasa bersama. Aku juga ingin suatu saat nanti ia mengenalkan ku dengan orang yang dicintainya. Aku ingin…aku ingin sekali melihat cucu-cucu ku nanti tersenyum bahagia…bersama denganmu," gadis itu menghayal.
"Kau ini," Adam tersenyum dan mencubit mesra pipi Anjani.
Kata-kata tadi memang sudah tidak asing lagi di telinga pria itu. Mereka memang sudah sering mengatakan hal itu sebelumnya dan menganggap hal itu sebagai sebuah janji. Janji abadi mereka. Tapi mendengar kata-kata itu terlontar kembali disaat yang seperti ini…
"Tapi, kau tahu?" gadis itu membuka suara lagi. "Aku lebih menginginkan kau yang selalu bahagia dan tersenyum," lanjutnya pelan disertai dengan senyuman lembut yang terukir di bibirnya.
Adam tidak menjawab, pria itu sangat mencintai gadis yang berada di dalam pelukannya itu.
"Aku…aku janji," ucapnya pelan.Sementara di bibirnya terukir sebuah senyuman ketika mendengar jawaban dari pria yang dicintainya itu. "Terima kasih…" gumamnya pelan.
Flashback off.
Adam masih larut dengan ingatan masa lalunya kepada Anjani. Tak terasa air mata nya menetes tampa Adam sadari.
Ia masih mengigat jelas dengan semua janjinya kepada Anjani, Tetapi ia tak bisa menepati semua, bahkan ia lah orang yang paling bersalah terhadap gadis itu.
Adam merasa menanggung beban dan dosa yang sangat besar yang mungkin tidak akan bisa di maafkan apa bila orang-orang mengetahuinya. Entah sampai kapan Adam menutupi kebohongan yang selama ini ia simpan.
...
Pagi ini Anjani bangun seperti biasanya dan memulai rutinitas nya.
Hari ini Adam bangun tanpa dibangunkan oleh istrinya,
"Pagi sayang," sapa sang suami.
"Pagi sayang," balas Sarah
"Kau sudah mandi," Tanya Sarah lagi.
"Iya, aku terbangun saat kau berada di dapur tadi," Adam menjawab sambil memeluk sang istri dari belakang.
"Apa kau akan pulang malam lagi?" Tanya Sarah.
"Iya sayang, pekerjaan ku bulan ini semua nya deatline, harus beres bulan ini." Jawab Adam.
"Kau harus jaga kesehatan sayang, jagan terlalu di paksakan," Sarah sedikit khawatir
.
"Ya sudah makan lah dengan benar, ini aku sudah siapkan kau bekal karna sepertinya kau akan sibuk hari ini.