2

1624 Words
Pagi hari, seperti biasa Reva mengemas bukunya dan memasukan nya ke dalam tas berwarna perpaduan hitam dan biru . Tak lupa ia memasukkan laptop nya ke dalam tas karena hari ini akan ada presentasi di kelasnya. "Reva ayo sarapan nak" teriak Ana, mamanya. "Iya mah, bentar" sahut Reva dengan teriakan. Setelah mengemasi barang-barangnya, dengan segera Reva turun menuju meja makan untuk sarapan. "Reva" panggil Juan, papa Reva "Iya kenapa pah?" sahut Reva. "Pa Amin bilang, kamu sekarang suka turun di halte, itu bener?" tanya Juan lagi. "Oh ya? kenapa Re? ada masalah apa?" tanya Ana tak percaya. "Reva gamau pah, mah orang-orang nyangka Reva sombong atau pamer" jawab Reva to the point. "Loh, emangnya sombong ya kalo dianter sampe depan sekolah?" tanya Ana. "Mamah sama Papah kan gatau murid di sekolahan Reva kayak gimana" ujar Reva semangat. "Emangnya anak-anaknya gimana? nakal nakal?" tanya Juan "Engga nakal sih pah, cuman yaa gitu" jawab Reva. Juan mengernyit. "Gitu gimana?" "Ya pokoknya gitu aja pah mah, udah ah Reva berangkat dulu ya takut telat," pamit Reva sambil menciumi punggung tangan Ana dan Juan. Setelah sarapan, Reva diantar oleh Pa Amin, supir pribadi keluarganya. "Mari neng" kata Pa Amin membukakan pintu. "Iya pa, makasih" ucap Reva memasuki mobilnya. Perjalanan dari rumah Reva ke sekolah hanya memakan waktu 15 menit saja. Ketika mobilnya berada di depan halte, Reva melihat Salma tengah duduk disana, segera Reva menyuruh Pa Amin menghentikan mobilnya. "Pa, Reva turun disini aja ya" kata Reva. "Disini lagi neng?" tanya Pa Amin. Sudah sekitar tiga bulan, Reva tak ingin di antar sampai depan sekolah, ia memilih untuk turun di halte. Alasan nya karena ia tak ingin dinilai sombong karena diantar jemput oleh mobil. Ia memilih menghindari ucapan-ucapan pedas dari mulut banyak orang. "Makasih ya pa" ucap Reva sambil menutup pintu mobil berwarna hitam itu. "Hai Sal" sapa Reva dengan senyum manisnya. Salma melambaikan tangan nya. "Hai juga Re, turun disini lagi?" tanya Salma. Reva tertawa kecil. "Iya Sal, gue gamau orang-orang menilai gue sombong atau apapun itu, telinga gue terlalu sibuk buat dengernya" jawab Reva. "Aneh dasar" kata Salma memukul kecil lengan Reva. "Yu Sal" ajak Reva. Salma dan Reva pun berjalan memasuki area sekolah. Sekolah yang terdiri dari tiga lantai dan dua gedung ini, merupakan sekolah yang tidak terlalu mewah, tapi terkenal akan kecerdasan murid-muridnya. Reva merupakan salah satunya. Ketika berjalan di koridor, Reva dan Salma berpapasan dengan Farhan, "Kak" sapa Salma, sedangkan Reva hanya tersenyum saja. Farhan menghentikan langkah keduanya dengan memegang tangan Reva. "Re, bisa bicara sebentar ga?" tanya Farhan sembari melepaskan pegangan nya. "Ehem" Salma berdehem "Udah ah, gue duluan ke kelas deh ya" bisik Salma. "Eh Sal, tungguin" tahan Reva. "Engga mau. Babay" kata Salma sambil pergi. Kini di koridor yang sepi hanya ada mereka berdua. "Ehh Salma, Sal" teriak Reva, orang yang diteriaki nya malah tidak menggubris sama sekali. Farhan tertawa kecil melihat tingkah Reva. "Re ikut aku yu sebentar" ajak Farhan. "Kemana kak?" tanya Reva. "Udah yu ikut aja dulu" Farhan mulai berjalan sementara Reva mengekori nya di belakang. Farhan membawa Reva ke pinggir lapangan basket, tak terlintas di pikiran Reva kalau Farhan akan membawanya ke tempat ini. Samar-samar ia melihat Sean tengah berjalan di pinggir lapang juga. Tatapan Sean datar, bahkan ia tak menghiraukan Reva ataupun Farhan. Padahal, setau Reva, Farhan dan Sean saling mengenal dan bahkan di hari-hari biasanya Sean dan Farhan juga saling sapa. Tapi kali ini, sikap Sean sangat sangat dingin, ia melewati Reva dan Farhan begitu saja. Bahkan senyum tipis pun tidak sama sekali. "Kak Sean kenapa ya? kok tumben dingin banget, padahal lagi cuaca panas deh" batin Reva. Reva meyudahi pemikiran nya barusan dan kembali fokus pada Farhan. "Rev, aku kesini mau ngasih ini buat kamu" Farhan menyodorkan tiket vip turnamen basket pada Reva. "Ini apa? buat siapa?" tanya Reva. "Itu tiket vip grandfinal turnamen basket buat kamu" jawab Farhan Reva melongo menatap tiket dan Farhan secara bergantian. "Ini seriusan, kak?" tanya Reva tak percaya. "Heem, serius" "Tapi kak, aku ga enak nerimanya" kata Reva. Ia baru ingat belakangan ini Farhan tengah dekat dengan Sarah Frizqia, kelas 12 IPS 1. Berbagai pemikiran muncul di kepala Reva, "bagaimana kalau nanti Reva di bully? bagaimana kalau nanti Reva di tuduh sebagai perebut cowo orang? bagaimana jika tidak ada lagi yang mau berteman dengan Reva nantinya" pikir Reva. Farhan memegang dan menggerakan bahu Reva. "Kamu kenapa Re?" tanya Farhan kebingungan. "Eh engga kak" kata Reva. "Terus tadi kenapa tiba-tiba bengong?" tanya Farhan "bilang gak ya?" tanya Reva dalam hati. "ahh engga deh" batin Reva. "Emm, gini kak. Reva bukannya gamau nih dateng nonton turnamen ka Farhan, tapi Reva gabisa" ujar Reva berbohong. "Kenapa emangnya?" tanya Farhan. "Pokoknya gabisa kak, lain kali aja ya" Reva berdiri. "Ini kak, tiketnya aku balikin lagi, aku ke kelas dulu ya, takut bu Susan udah masuk, daaah" pamit Reva sembari pergi. Farhan mengernyitkan dahinya. Ia menatap kepergian Reva. Masih belum terjawab mengapa Reva menolak tiket darinya. Kini Farhan akan berusaha mencari tahu alasan Reva. .... Sesampainya di kelas yang sangat ricuh, Reva menggeser bangkunya dan duduk. Ia mengeluarkan ponselnya dari dalam tas. "Tadi ngapain Re sama kak Farhan?" tanya Salma penasaran. "Gue diajak nonton turnamen dia" jawab Reva to the point. "Hah?" "Hahehoh aja deh ah" Salma menatap Reva. "Beneran Re?" tanya Salma lagi. "Hooh, tapi gue nolak" kata Reva kemudian. "Lahh, kenapa?" Reva menghembuskan nafasnya perlahan, "Lo yang bilang kan kalo Kak Farhan lagi deket sama Ketua Padus, si siapa tuh namanya gue lupa" Salma mencoba mengingat, ia menopang dagunya di atas meja dengan tangan nya. Setelah ingat, ia duduk tegap dan menghadap Reva. "Sarah nenek lampir Re" "Sejak kapan lo ngasih nama nenek lampir di belakang kata Sarah?" tanya Reva cekikikan. "Ya abisnya gue ga suka sama dia Re" ucap Salma. Reva tertawa lepas. "Ya emangnya gue suka sama dia? engga kali Sal" "Bu susan bu susan guys" teriak Farel, si km yang centil. Bu Susan pun memasuki kelas XI-IPA 3. "Selamat pagi anak-anak" sapa nya sebelum memulai pelajaran. "Pagi bu" sahut semuanya kompak. "Hari ini, ibu ingin kalian membuat sebuah kelompok yang terdiri enam orang, tugasnya adalah membuat video kalian sedang menguji coba indikator alami yang dicampur dengan larutan uji" kata bu Susan. Reva mengangguk kemudian mengacungkan tangan kanan nya. "Bu, saya mau bertanya" kata Reva. Bu Susan tersenyum. "Silahkan Reva, mau nanya apa?" tanya Bu susan "Bahan bahan alami dan larutan ujinya seperti apa?" tanya Reva. "Bagus pertanyaan nya, baru aja ibu mau sampein. Jadi gini, contoh indikator alami nya itu satu kelompok kebagian satu, misalnya air kunyit kemudian kalian mencampurkan 6 larutan uji seperti cuka, air sabun, air garam dan lain lain. Setelah itu kalian videokan hasil dari campuran tersebut, jangan lupa tambahkan kesimpulan" "Jadinya tugas ini perkelompok bu?" tanya Azriel Bu Susan mengangguk. "Kalo untuk kelompoknya itu ditentuin sama ibu atau kita pilih sendiri?" tanya Reva lagi. "Emm pertanyaan Reva bagus lagi nih" ucap Bu Susan. "Nah buat kelompoknya ibu yang atur," "Hah?" teriak seluruh murid. "Iya, satu kelompok terdiri dari 6 kita campurkan tiga laki-laki dan tiga perempuan" jelas Bu Susan. "Re" panggil Salma. Reva melirik Salma. "Kira-kira kita sekelompok ga ya?" Reva mengedikkan bahu. "Engga tau nih, harapan gue sih sekelompok" jawab Reva. "Aamiin" ujar Salma. "Oke anak-anak, ibu gak akan kasih materi, tapi ibu sekarang akan kasih kertas bertuliskan nama kelompoknya. Nanti km boleh kasih tau siapa-siapanya oke" kata Bu Susan. "Siap bu" jawab semuanya kompak. "Baik kalo gitu, silahkan diskusikan dengan kelompoknya, saya permisi ke ruang guru dulu masih ada urusan. Selamat pagi" "Pagi bu" sahut semua murid. Reva merasa lega ketika Azriel memberitahu kalau Reva dan Salma satu kelompok. Ia mengecek ponselnya karena beberapa menit lalu bergetar. Kak Farhan Reva, aku pengen tau alesan kamu gabisa dateng ke turnamen 06.54 "Sal Sal" panggil Reva. Ia memperlihatkan isi chatt dari Farhan. "Gimana dong Sal?" tanya Reva panik. Salma meraih ponsel Reva. Jarinya mulai mengetik. "Nih udah" kata Salma menaruh ponsel Reva di atas meja. Wajah Salma begitu santai, membuat Reva terheran-heran. "Lo ngetik apaan Sal?" tanya Reva sembari melihat isi chatt. Kak Farhan Reva, aku pengen tau alesan kamu gabisa dateng ke turnamen 06.54. Ada tugas bu Susan kak, kan harus perkelompok. Aku mau maksimalin nilai. 07.30 "Lo emang bener-bener hebat ya" puji Reva yang alhasil membuat Salma tersipu. "Sal, ke kamar mandi yuk" ajak Reva. "Yu Re" jawab Salma. .... Di kamar mandi, Reva mencuci mukanya di wastafel agar terlihat segar. Sedangkan Salma masih berada di dalam kamar mandi. Tiba-tiba seorang perempuan dan ketiga teman nya mendorong Reva hingga terantuk ke tembok kamar mandi. "Heh, lo jadi junior jangan kecentilan ya" bentak perempuan itu. "Loh, ada apa kak?" protes Reva tidak terima. Perempuan yang dipanggil kakak oleh Reva itu tertawa sinis. Begitupun ketiga temannya. "Heh, lo disini masih junior dan gue disini senior, inget ya, ini baru peringatan. Kalo lo masih deket-deket sama Farhan, gue bakalan bully lo sampe lo nyesel" "Maaf ya kak, saya sadar disini cuman junior, tapi gak seharusnya kakak sebagai senior bisa seenaknya berkuasa" berontak Reva. "Sekolah ini bukan milik kak Sarah, tapi milik semua murid yang sekolah disini. Jadi jangan so berkuasa" lanjut Reva, nafasnya menderu. Salma yang baru keluar dari kamar mandi pun mendadak jadi pendiam melihat kemarahan Reva. "Apa lo bilang? berani banget lo ngomong gitu sama gue" protes Sarah. "Kalau emang kakak mau bully aku, silahkan. Karena aku ga pernah merasa menjadi penggoda, apalagi godain Kak Farhan" tegas Reva kemudian menarik Salma keluar kamar mandi. "Kurang ajar. Kita lihat aja nanti" bisik Sarah kemudian pergi bersama teman-temannya. "Lo hebat Re" puji Salma. "Kita harus lawan orang kayak Sarah itu. Dia senior yang ga pantes kita tiru" kata Reva. "Lo ga takut kena masalah nantinya Re?" tanya Salma mulai khawatir. Reva menggeleng. "Kenapa gue harus takut. Gue ga salah apa-apa Sal" jawab Reva tegas.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD