"Ayo aku antar pulang." Tiba-tiba saja Doni mengajakku pulang, ya, tiba-tiba saja tanpa ada angin dan hujan dalam pembicaraan kami, dia mengajakku pulang dan menawarkan dirinya untuk mengantarku. Jelas saja aku yang tengah memelototi ponselku, kesal setengah mati mendapati Mas Damar akhirnya online tapi tidak membalas pesanku, langsung menggeleng, menolak tawarannya. "Balik saja kalau mau balik, aku bisa minta jemput Bunda sama Tante Ida. Toh memang kita menunggu mereka." Aku menolak dengan acuh, kembali memusatkan perhatian pada ponselku, dan aku tengah merangkai kata-kata yang hendak aku kirimkan kepada Mas Damar, menginterogasi kenapa dia tidak membalas pesanku sejak kemarin, dan kenapa dia online tapi tidak membuka pesan dariku. Tidak tahukah anaknya Bu Ida itu jika aku merindukann