Deni memberi kecupan-kecupan kecil di wajah Lia. Sesekali mengusap lembut pipi dan rahang sang istri dengan ibu jarinya, kemudian … mengecup lagi. “Kak,” lirih Lia, belum membuka mata. “Ayo bangun. Tuh lihat di layar, sudah mau sampai, Sayang,” ujar Deni lembut. Suara baritonnya yang lebih terdengar tengah berbisik membuat Lia otomatis melengkungkan senyum. Lia menegakkan sandaran duduknya lalu bernapas dalam seraya meregangkan tubuh. Ia menatap menembus kaca jendela lebih dulu, mereka masih di atas awan. Titik pandangnya lalu beralih ke layar LCD di hadapannya, benar memang, hanya beberapa menit lagi mereka akan segera mendarat. "Ladies and gentlemen, this is your captain speaking. We are now approaching our destination, Belfast City Airport. Please ensure your seatbelts are securely