Ganti Rugi 100 Juta atau Temani Saya Malam Ini?
Keyra duduk di sebuah kafe dekat kampus, dikelilingi oleh empat teman laki-lakinya yang sedang asyik bekerja sama dalam menyelesaikan tugas kuliah. Keyra berpenampilan cenderung tomboy, Keyra memiliki ikatan yang kuat dengan teman-teman laki-lakinya dan mereka terlihat sangat akrab. Mereka saling membantu dan berdiskusi untuk menyelesaikan tugas mereka.
Namun, suasana mendadak berubah saat telepon Keyra berdering. Suara kakaknya, Adam, terdengar di seberang. "Key, cepat pulang, jangan sampai terlambat. Sebentar lagi ayah pulang!" Suara khawatir Adam memecah keheningan kafe.
"Ok, siap!" Jawab Keyra cepat, ekspresinya mencerminkan urgensi situasi.
Setelah menutup telepon, Keyra memberi tahu teman-temannya bahwa dia harus pulang dengan cepat.
Mereka semua mengangguk pengertian, mengetahui pentingnya situasi tersebut. Keyra memasukkan laptop ke dalam tasnya dan dengan ramah ia pamit pada teman-temannya.
"Aku pulang sekarang," ucap Keyra, dan teman-temannya mengangguk penuh pengertian.
Mereka mengerti bahwa Keyra harus pulang lebih awal, mereka tahu bahwa mengerjakan tugas kuliah di rumah Keyra bukanlah pilihan yang benar juga.
Keyra mengendarai motornya dengan tergesa-gesa.
"Jangan sampai ayah tiba lebih awal," pikir Keyra.
Keyra tak mau kena marah ayahnya. Ayahnya sudah menetapkan jam pulang Keyra adalah sebelum magrib. Sementara ini sudah jam tujuh malam. Karena terburu-buru, akhirnya sesuatu terjadi.
BRUK!
Sepeda motor yang dikendarai Keyra menabrak mobil sedan mewah dengan cukup kencang. Seorang laki-laki bertubuh tinggi dan gagah keluar dari mobil. Ia memeriksa keadaan depan mobilnya. Lelaki itu adalah Anggara Dwi Brata, CEO Perusahaan Quantum Globe yang terkenal.
Sementara Keyra, gadis berusia dua puluh lima tahun itu turun dari motornya ikut memeriksa keadaan mobil itu.
"SIAL!" seru lelaki itu saat melihat bemper mobil depannya penyok. Sementara Keyra tampak tenang melihat bemper itu.
Lelaki itu langsung menatap mata Keyra dengan tatapan membunuh.
"Kamu harus ganti rugi!" Serunya.
Keyra pun mengangguk dan mengeluarkan dompet dari saku celana, "berapa?" Tanyanya santai sambil melihat isi dompetnya yang berisi uang senilai empat ratus lima puluh ribu rupiah.
"Seratus Juta!" Seru Angga.
"Dan bayar sekarang juga!" Tambahnya.
"Semahal itu?" Keyra melebarkan matanya.
"Kalau kamu tak punya uang, kamu bisa temani saya malam ini. Setelah itu, kamu boleh pergi," tawarnya dengan senyuman yang memiliki niat yang jelas. Pandangan matanya mengamati Keyra dari atas ke bawah, memberikan kesan bahwa ada maksud tertentu dibalik tawarannya.
Keyra langsung menatap wajah laki-laki di depannya, tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa laki-laki tersebut masih memiliki pesona meskipun usianya tak lagi muda. Keyra menyadari bahwa dia tidak bisa terlalu lama berada di sana, harus segera pulang. "Maaf, Pak! Saya bukan w************n," ujarnya dengan tegas.
Anggara terkejut mendengar penolakan dari Keyra. Ini adalah kali pertama dia menghadapi penolakan semacam ini. Namun, dia tidak berniat melepaskan Keyra begitu saja. "Lalu bagaimana dengan mobil saya yang rusak? Kamu harus bertanggung jawab!" tegurnya.
Keyra menjawab dengan tenang, "Pak, sepertinya Anda orang kaya. Perbaiki saja mobil Anda sendiri. Jangan menindas orang kecil seperti saya."
Anggara tidak ingin kalah, melanjutkan, "Kamu harus bertanggung jawab. Mobilku rusak karenamu!"
Tiba-tiba, ponsel Keyra bergetar di sakunya. Dia memberi isyarat pada Anggara, "Maaf, saya ada telepon dulu." Keyra mengangkat ponselnya, mendengarkan dengan serius. "Apa? Baiklah, segera aku ke sana!" serunya sambil berbicara dengan cepat. Setelah mengakhiri panggilan, Keyra menyimpan ponselnya dan melihat Anggara masih berdiri di depannya, menatapnya dengan mata tajam.
"Temani saya malam ini, lalu kamu bebas," pintanya lagi, memberikan penawaran yang sama seperti sebelumnya.
Keyra tidak merespons penawaran itu, ia hanya naik ke motornya. Anggara terkejut dan melebarkan matanya, bingung dengan keputusan Keyra. "Mau kemana kamu?" tanyanya bingung.
Keyra pun memberikan jawaban singkat, "Pergi. Aku tidak mau melayani om-om seperti Anda," ujarnya sambil meletakkan tangannya di bibir, mengeluarkan ekspresi menggoda. Setelah mengatakan itu, Keyra langsung memacu motornya dan melarikan diri.
Sadar bahwa Keyra telah kabur, Anggara hanya bisa menghela nafas frustasi. "Sial! Baru kali ini aku ditolak, dan gadis itu sangat menyebalkan sekali," gumamnya dalam hati. Dengan amarah yang masih menyala, Anggara melirik bemper mobilnya yang penyok.
"Aku harus segera memperbaiki mobil ini," pikirnya sambil menggenggam tangan erat di kemudi.
Pengalaman bertemu dengan Keyra telah meninggalkan kesan yang kuat pada Anggara, meskipun tidak seperti yang diinginkannya. Dalam ketidakpuasannya, ia merasa yakin bahwa jika mereka bertemu lagi, ia akan menghadapi Keyra dengan cara yang berbeda.
Anggara memasuki sebuah restoran mewah dan langsung menuju salah satu ruangan VIP. Di dalamnya, ia menemukan David yang sedang ditemani dua wanita. David, sahabatnya, menyambutnya dengan senyum. "Kok telat?" tanya David.
Anggara membuka kancing jasnya dan duduk. Tak berselang lama kemudian, seorang wanita memasuki ruangan dan mendekati Anggara. Ia menjawab David, "Ada sedikit masalah di jalan."
Wanita yang baru datang duduk di samping Anggara, dengan tatapan menggoda. Ia menawarkan Anggara segelas minuman, tetapi Anggara tiba-tiba mengingat kata-kata tegas Keyra, "Aku tidak mau melayani om-om seperti Anda."
Dengan mantap, Anggara menepis tangan wanita yang hendak memberinya minuman. Ekspresinya menjadi serius, menunjukkan bahwa ia tidak akan terpengaruh oleh godaan wanita tersebut. Ini adalah langkah pertama Anggara dalam menghadapi situasi dengan cara yang berbeda, Anggara tak sadar ia telah mengikuti prinsip yang ditegaskan oleh Keyra sebelumnya.
Anggara tiba-tiba berdiri, membuat David memandangnya dengan keheranan. "Mau kemana lagi?" tanya David bingung.
Anggara menjawab sambil tersenyum, "Aku lupa, anakku minta aku pulang lebih cepat." Jawabannya mengundang pandangan heran dari David.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Anggara melangkah keluar dari ruangan VIP tersebut. Langkahnya yang mantap meninggalkan ruangan membuat David semakin bingung, seakan tak mengerti apa yang sedang terjadi.
David menggelengkan kepala, beralih pandang ke arah wanita yang tadinya akan melayani Anggara. "Harap maklum. Sepertinya dia pusing dengan pekerjaannya," komentar David dengan lembut, mencoba memberikan penjelasan atas perilaku Anggara kepada wanita tersebut.
Wanita itu hanya tersenyum mengangguk, seolah-olah memahami situasi yang tak biasa ini. Tidak banyak yang mereka ketahui tentang rencana dan pemikiran yang melatarbelakangi tindakan Anggara.
Anggara keluar dari area restoran dan melajukan mobilnya dengan cepat. Saat mobil meluncur, dia merasa frustasi dan tanpa sadar memukul stir mobilnya dengan kuat. "Sial, kenapa aku terus ingat wajah gadis itu?" gumamnya dalam kekesalan yang jelas terlihat pada wajahnya. Ia merasa terganggu dengan betapa Keyra telah berhasil mencuri perhatiannya.
Dalam keadaan yang jarang ia alami, Anggara merasakan dirinya terpengaruh oleh sesuatu yang tak biasa. Keyra, dengan kepribadiannya yang berani dan tegas, telah mengguncang dunia yang selama ini biasanya Anggara kuasai. Dalam hati, dia menyadari bahwa perasaan ini bukanlah sesuatu yang sering ia alami.
Namun, semakin ia mencoba menghilangkan wajah Keyra dari pikirannya, semakin ia merasa bahwa dampak pertemuan mereka masih memengaruhi dirinya. Pada akhirnya, Anggara harus mengakui bahwa ia merasa terpikat oleh sesuatu yang unik dari Keyra, meskipun hal ini sangat tidak sesuai dengan kebiasaannya.
Sementara itu di tempat lain Keyra yang baru saja tiba di depan rumahnya, langsung lari terbirit-b***t karena sesuatu.