101:TRISTAN-DI AMBANG BATAS

1354 Words

“Siramkan saja minuman itu ke wajahku,” ujar Ny. Felita. Mita bergeming, cengkeramannya di cangkir nampak semakin erat. “Nyonya, pergilah,” pinta gue. “Tidak. Aku harus bicara, ia bilang aku boleh bicara setelah ia selesai,” tanggap perempuan itu. “Bukan begitu Mita?” Ia meraih satu kursi, menggesernya ke meja kami, duduk di sana. “Duduklah Mita, ini tidak akan lama, dan kurasa tidak akan menyakitimu. Lagipula, anggap saja ini kali terakhir kita bicara.” Gue merangkul Mita, menunggu responnya. Beberapa saat berdiam, akhirnya Mita duduk juga. “Beri ia air,” ujar Ny. Felita pada gue. Entah bagaimana tapi gue menurut. Gue membukakan tumbler berisi air mineral yang selalu kami bawa, menyodorkan ke bibir Mita, membiarkannya meneguk beberapa kali. “Dengar Mita, aku tidak tau dari mana ka

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD