Aku pulang dengan perasaan tidak tentu di mana malu karena merasa jadi cewek murahan, marah karena Tian sedikit saja tidak mendengarkan perkataanku bahkan melecehkanku dan kecewa dengan sikap Tian, tapi setidaknya aku memberikan sedikit pelajaran tinggal menunggu apa yang akan dilakukan Tian. Pesona keturunan Wijaya pasti tidak terkalahkan aku yakin itu pasti tidak lama Tian akan mengejar diriku tinggal aku harus bersabar. Ketika sampai rumah ada Tania yang sedang menonton televisi, melihatku sekilas tanpa berkomentar. Aku langsung menuju dapur minum air sebanyak-banyaknya menetralkan emosiku, meja makan yang banyak makanan membuat aku menggelengkan kepala melihatnya. "Sampai bergalon-galon kalau masih emosi akan susah" ucap Tania yang duduk di meja makan sambil makan. "Aku sebal" ucap