11

1000 Words
Selama berada di Bali aku selalu mendapati mereka berdua melakukan seks dimanapun seakan tidak tahu tempat sama sekali dan aku baru menyadari jika kedua orang yang menjaga rumah ini hanya datang pagi dan sore ternyata hal ini digunakan mereka untuk melakukan seks bahkan papa lupa jika aku berada di rumah ini. Kesalahanku mendatangi pasangan yang lagi panas-panasnya dan seakan dunia milik berdua, meninggalkan suasana untuk mencari ketenangan malah suka membayangkan perlakuan Tian selama ini. Aku sering memergokin mereka melakukannya dan Tania selalu memberi kode agar aku tidak bersuara dan pergi, jika berpikir aku pergi jawabannya adalah ya pada saat awal tapi selanjutnya aku menatap mereka. Ketika melihat mereka aku selalu meraba v****a dan meremas kedua payudaraku tentu tanpa sepengetahuan Tania, aku menyukai saat-saat mereka menatap dan berciuman serta bagaimana Tania bisa mengimbangi gerakan papa. Aku lalu membayangkan Tian dan apa juga akan seperti papa ketika kami bersama melakukan hal ini "Mikirin apa?" tanya Tania membuyarkan lamunanku. "Bayangin kalian seks" seketika Tania mencubit tanganku pelan dan aku sedikit meringis kesakitan "becanda" "Ada apa?" tanya papa menatap kami berdua secara bergantian dan aku langsung diam Tania hanya menggelengkan kepala dan bersandar di bahunya, aku hanya mencibir melihat kelakuannya. Aku menyalakan musik selama di perjalanan. Ketika kami sampai di rumah aku tidak banyak bicara dan menatap keluar, Tania yang menyadari perubahan pada diriku namun hanya bisa diam tidak berbicara apapun karena pasti papa akan semakin heboh. "Sayang coba kamu ajak Tari bicara" bisik Tania pada papa dengan memohon yang masih dapat kudengar samar Papa mengikuti permintaan Tania dengan mengikuti aku menuju kamar membuat mereka yang ada bertanya-tanya namun Tania segera mengalihkan perhatian mereka semua. Aku seolah tidak mempedulikan apa yang terjadi "Papa" ucapku dengan bingung sambil menatapnya "ada apa?" Papa menggelengkan kepala "kamu baik-baik saja?" Aku mengerutkan kening lalu tersenyum "aku baik-baik saja, pa" menatap papa yang tidak terlihat tua "aku setelah ini keluar ada perlu jadi papa gak perlu khawatir" papa mengernyitkan dahi “tidak akan lama” "Baiklah hati-hati" ucap papa memeluk dan mencium keningku walaupun aku tahu masih ada kebingungan di wajahnya. Aku berganti pakaian dengan membawa baju ganti berjaga-jaga tidur di sana segera aku memesan melalui aplikasi online dan tujuan utama aku adalah rumah Tian, aku ingin bertemu dengan dirinya setelah kemarin aku meninggalkannya semoga aku tidak terlambat. Ketika aku sampai mobil Tian berada di parkiran dengan segera aku turun setelah mengucapkan terima kasih pada sopir mobil online "Tari" ucap Tian ketika melihatku dengan segera membuka pintu pagar. Aku memeluk dirinya erat yang dibalas dengan pelukan juga, Tian menatapku lembut lalu mencium keningku setelahnya mengajakku masuk ke dalam. Langkahku terhenti ketika melihat wanita duduk di ruangan tamu dengan pakaian kurang bahannya membuat aku langsung menatap Tian dengan tanda tanya. "Pulanglah uangnya nanti aku transfer" ucap Tian menatap wanita tersebut dan sang wanita berdiri lalu menatapku seolah menilai diriku. “Dia si perawan itu?” tanya sang wanita menatap Tian “gak buruk tapi kalau masih butuh aku segera kabarin” wanita itu berjalan keluar dari rumah. “Tunggu sebentar” Tian menatapku mengikuti si wanita dari belakang. Aku mengikuti langkah Tian dan melihat interaksi mereka yang seperti tidak ada apa-apa, ingin rasanya aku bertanya namun aku tahan dan tidak ingin terjadi perdebatan di awal pertemuan kami tapi rasanya aku ingin tahu siapa si wanita itu. "Siapa?" tanyaku akhirnya ketika Tian mendekat "salah satu penghangatmu?" Tian mengajakku masuk ke dalam sampai dapur mengambilkanku minuman sebelum bergabung bersama, Tian menatapku dari atas ke bawah seolah memastikan aku baik-baik saja. "Jika aku bicara jujur apa reaksimu?" tanya Tian tanpa memberikanku jawaban namun aku hanya diam "aku pria dewasa yang mempunyai kebutuhan" "Salah satu jalangmu?" tanyaku langsung "Bisa dibilang begitu" jawab Tian santai "aku tidak mau memaksa kamu menyerahkan hal paling berharga" "Aku mau" ucapku langsung dan Tian menatapku tajam "jadikan aku jalangmu" Tian semakin tajam menatapku "jalang? apa kamu gila? kamu bukan jalang" "Jadikan aku salah satu pemuasmu" tambahku "sebagai gantinya jangan gunakan jalang-jalang itu lagi" Aku mendekati Tian dengan duduk di sebelahnya, aku meraba paha Tian seketika menggeser kursinya ke belakang. Aku semakin mendekat dan mencoba meraba p***s Tian dengan memberikan pijatan-pijatan kecil, Tian memegang tanganku dan menatapku tajam dan aku tahu jika Tian menahan gairahnya. "Aku tidak mau merusakmu" ucap Tian tegas "kamu sudah memilih untuk menolak bukan?" "Aku butuh waktu untuk berpikir dan sekarang sudah yakin" jawabku langsung "apa kamu lebih memilih bersama jalang-jalang itu?" "Sayangnya jawabanku adalah ya" ucap Tian "aku tidak mau melakukannya jika kamu terpaksa" Aku melepaskan tangan dari genggaman Tian dengan seketika aku membuka baju di hadapan Tian dan sekarang aku sudah tidak menggunakan pakaian sama sekali, aku bisa melihat wajah Tian yang menahan nafsu dengan segera aku mengambil kedua tangan Tian untuk diletakkan di p******a dan v****a. Berkali-kali aku melihat Tian menelan air liur dan tanpa disadari tangannya sudah membelai v****a dan meremas kedua payudaraku "Aohhhh" desahku ketika gerakan tangan Tian semakin cepat "oughhh" Tian menarikku duduk dipangkuan dengan segera mencium bibirku dengan nafsu tanpa jeda, aku mengalungkan kedua tangan di lehernya. Dapat kurasakan tonjolan di celananya seketika aku melepaskan tanganku dari lehernya dan berpindah pada tonjolan itu "Ahhhh" erang Tian ketika aku menyentuh penisnya dari luar Gerakan Tian semakin liar di v****a karena memasukkan jari ke dalamnya, mulut Tian menjilat leher dan telingaku membuat gerakanku di penisnya semakin cepat. "Tian" teriak seseorang seketika gerakan kami terhenti "apa yang kamu lakukan?" menatap kami berdua tajam. Seketika aku sadar jika telah telanjang dan tanpa satu helai pakaian sama sekali, dengan segera aku turun dari pangkuan Tian sedangkan Tian masih menatap wanita tersebut seolah tidak terjadi apa-apa "Tian" teriak sang wanita itu lagi membuat aku menatap mereka berdua bergantian. "Mama" ucap Tian akhirnya membuatku membulatkan mata "ada apa kesini?" "Bawa keluar jalang ini" ucapnya tanpa melihatku "Dia calon Tian, ma" seketika aku melotot "dia hamil anak Tian" "Apa" teriak menatap kami berdua tajam "berapa usianya?" "3 minggu" jawab Tian langsung tanpa memberikanku kesempatan menjawab dan melangkah ke arahku sambil membelai perutku yang rata “dia ngidam makanya goda Tian” mencium pipiku pelan “kasihan cucu mama keinginannya dihalangi tadi” Mama Tian mencibir lalu menatapku lembut "siapa namamu?" "Tari, tante" jawabku langsung sebelum Tian menjawab “saya gak” Tian langsung mencium bibirku menghentikan kata-kataku lalu menatapku tajam. "Panggil mama bukan tante dan mama ingin bicara dengan kalian berdua" menatap kami tajam “setelah urusan ranjang kalian selesai” aku membulatkan mata mendengar perkataan beliau.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD