Enam

1151 Words
Happy Reading   ☘️☘️☘️☘️☘️ "Aku udah pernah bilangkan sama kamu, kalo kamu ngelakui kesalahan yang fatal, aku bakal hukum kamu." bisik Alfa tepat ditelinga kiri Gita dan Gita meremas kuat rok seragam sekolahnya dengan mata tertutup. Alfa mundur dua langkah menjauhi Gita yang kini terlihat pucat pasi ketakutan.  "Aku mau kamu jelasin ini ke aku?" Lagi-lagi Alfa menunjukkan foto i********: yang Gita upload tiga jam yang lalu. Dan itu Foto Dimas!  AnggitaAP - Ada yang kenal? ❤️ 2.457 likes View all 2.001 comments ...... @IndraP - njir, patah hati gue, Ta @BobbyM - Dimas, PJ ya PJ jangan lupa  Posted 12.06 pm  ☘️☘️☘️☘️☘️  Ini yang dinamakan, gali kuburan sendiri. Gita lupa kalo statusnya bukan lagi single happy.  "Aku cuma iseng posting foto Dimas, soalnya dia udah posting foto aku di instagramnya, jadi aku cuma mau bales aja. Ga ada niat apa-apa," kata Gita pelan. "Bohong! Kamu lagi pedekate kan sama dia?" tepat sasaran yang diucapkan Alfa.  Gita memberanikan diri menatap mata tajam Alfa yang terasa menghujam hati Gita. Gadis itu paling tidak suka dipojokan dan terdesak. "Iya, aku lagi pedekate sama Dimas. Apa peduli kak Alfa? Aku pengen punya pacar. Aku pengen sama kayak yang lain, pengen kayak Amel sama Kak Wijaya. Pengen kayak ABG yang lain, posting ini itu sama pacarnya. Hangout berdua," "Kita emang dijodohi, tapi kakak ga pernah kasih peran kakak sebagai pacar aku atau calon suami aku. Kakak selalu ngedikte aku ini itu sesuai keinginan kakak. Kak Alfa cuma bisa marah-marah, otoriter sama aku," "Dimas bisa kasih aku perhatian, Dimas bisa kasih aku kepastian. Sedangkan Kak Alfa? Hubungan kita ga boleh orang lain tau, di sekolah ga boleh kayak orang kenal. Jadi, menurut kakak, aku harus apa? Aku benci sama sikap kakak ke aku. Aku nahan hati, aku capek, Kak, kayak gini. Aku capek!" jelas Gita dengan air mata yang sudah tidak tertahankan.  Segala uneg-uneg di dalam hati sudah Gita keluarkan, terserah Alfa menanggapinya bagaimana. Alfa diam dan memijit dahi nya pelan. Cowok itu bergegas mengambil tasnya dan menarik lengan Gita untuk keluar dari unit Apartment itu.  Setiba di dalam mobil, Alfa melemparkan tisu ke pangkuan Gita.  "Kita pulang. Hapus airmata kamu," ucap Alfa datar, sedatar-datarnya tanpa ekspresi apapun. Gita menggeleng tidak percaya atas apa yang kini tengah dirinya rasakan. Gita pikir semua akan berubah jadi lebih baik ketika segala keresahan yang Gita pendam diucapkannya, tapi ternyata, enggak! Mungkin ini hukuman yang Alfa maksud untuk Gita. Lebih sakit, lebih perih dari luka fisik.  Semua enggak sesuai dengan ekspetasi Gita. Alfa tetap jadi gunung es yang sulit mencair. Dan Gita harus menutup rapat-rapat harapannya. ☘️☘️☘️☘️☘️  Gita keluar dari mobil Alfa tanpa mengucapkan sepatah katapun, biasanya Gita akan mengucapkan salam perpisahan dan mencium tangan Alfa. Tapi kali ini, Gita sudah tidak peduli lagi.  "Besok Pak Imam pagi-pagi anter Gita ke sekolahan ya, Pak." ucap Gita pada Pak Imam yang sedang duduk di beranda rumahnya.  Belum sempat pak Imam mengiyakan, Gita sudah masuk ke dalam rumah dan mengurung diri dalam kamarnya. Gita menangis tersedu, dirinya tak habis pikir, mengapa ada manusia sedingin gunung es dan punya hati berlapis baja. Sama sekali tidak tersentuh meskipun dirinya sudah menangis meluapkan kekesalan di hadapannya.  Alfarabbi Davinci Putra,  Mengenalnya dalam kurun waktu hampir satu bulan lebih ini membuat Gita nyaris terbiasa atas makian yang dilemparkan Alfa padanya. Jangan tanya apa Gita jatuh cinta pada Alfa atau tidak. Gita hanya gadis belia yang normal, yang masih suka dengan cowok ganteng apalagi pesona Alfa begitu kuat.  Beberapa hari belakang, Gita memiliki keinginan kuat untuk tau bagaimana perasaan Alfa padanya. Gita sengaja menanggapi setiap chat yang dikirim oleh Dimas secara intens padanya. Tidak bermaksud mempermainkan hati Dimas karena dari awal Gita sudah berkata kalau dia tidak bisa berhubungan lebih dari teman dengan Dimas dan Dimas sama sekali tidak mempermasalahkannya.  Tidak terbesit sedikitpun kejadian seperti ini akan terjadi karenanya. Belajar dari n****+-n****+ yang sudah Gita baca, bahwa cowok dingin itu bakal luluh pas dia ngerasa cemburu. Tapi ternyata, Bullshit !! Alfa ga begitu, dia malah diam, ninggalin Gita. Dan Gita benci itu.  Jatuh cinta sama gunung es itu ternyata gak gampang. Dirinya harus berlapang d**a menerima segala kelakuan cowok dingin itu, tapi harus sampai kapan? Semoga hati Gita terus bisa memaklumi dan memaafkan. ☘️☘️☘️☘️☘️  "Alfa ga jemput kamu, Ta?" tanya Mama pada Gita, saat melihat Pak Imam sudah berdiri di samping mobil menunggu Gita masuk mobil.  Gita hanya menggeleng sambil mengikat tali sepatu miliknya.  "Mata kamu bengkak? Kamu begadang ya semalem?" tanya mama lagi. Gita hanya diam mengabaikan pertanyaan Mamanya dan memakai kacamata minusnya menggantikan softlens yang biasa Gita pakai dan itu sedikit membantu untuk menyamarkan bengkak dimatanya.  Gita berpamitan dengan Mama dan Papanya lalu bergegas masuk dalam mobil yang disopiri Pak Imam.  ☘️☘️☘️t☘️☘️  "Git, Gitaa!! Lo udah go public ya sama Kak Alfa?" bisik Amel sambil mencabut sebelah earphone Gita.  Belum sempat Gita menanyakan ulang, Amel sudah mengajukan pertanyaan lagi,  "Eh, Ta. Tumben lo pake kacamata? Mata lo kenapa?" tanya Amel penasaran. "Ga apa-apa! Gue lagi ga mood, Mel. Please, biarin gue sendiri." jawab Gita seadanya.  Amel mencebikkan bibirnya dan memilih bungkam tanda mengerti ucapan Gita. Meskipun banyak sekali pertanyaan yang ingin ia ajukan pada Gita, tapi Amel harus menghargai sahabatnya itu. ☘️☘️☘️☘️☘️  Selama pelajaran berlangsung, Amel sama sekali ga berani ngajak ngomong Gita.  Seharian ini, Gita memilih berdiam diri di dalam kelas. Di jam terakhir ini, Gita sama sekali ga ngomong sepata katapun. Gita keluar kelas berjalan sendirian. Sebelum sampai di parkiran, Dimas datang menghampiri gadis itu. "Haii, Git..." sapa Dimas ceria. Gita membenahi letak kacamatanya dan berusaha senyum terpaksa pada Dimas.  "Hmm... Dimas... Haii," balas Gita basa basi. "Lo mau ke mana, Ta?" tanya Dimas. "Mau pulang." jawab Gita apa adanya. "Loh, bukannya hari ini jadwal lo ekskul, ya? KIR Biologi kan, Ta?" tanya Dimas memastikan.  Gita mengangguk, membenarkan. Yups, sebenernya hari ini, jadwal Ekskul Gita. Tapi gadis itu sengaja bolos biar ga ketemu Alfa, karena mentor Gita hari ini adalah anak kelas XII IPA 1 yang otomatis itu kelasnya Alfa. Gita belum mau ketemu Alfa.  "Iya. Harusnya gue ekskul, tapi gue ga enak badan. Jadi, pengen pulang aja." alibi Gita. "Lo sakit Ta? Sorry ya, Ta, gue gak bisa anterin lo pulang. Gue ekskul soalnya hari ini. Ntar sampe rumah, lo minum vitamin terus istirahat, jangan sampe kesehatan lo drop, Ta!" Wejangan Dimas membuat Gita tertawa kecil. "Ga apa-apa, Dim, woles. Tapi, makasih Dim, lo udah perhatian banget sama gue. Ntar gue bakal ikutin nasehat elo deh." ucap Gita tulus. "Harus dong Ta, kalo lo sakit, gue khawatir nantinya!" kata Dimas terlihat cemas melihat Gita yang katanya sakit. Gita melamun sejenak memikirkan perkataan Dimas. 'Kalo gue sakit, apa kak Alfa bakal khawatir juga sama gue? Ck! Gue ga muncul seharian ini aja, gue gaGue terlalu berharap ketinggian,' Batin Gita. "Ya udah, Dim, gue balik duluan ya. Kasihan sopir gue udah nunggui dari tadi." Gita pamit pada Dimas.  Cowok berkacamata dengan rambut acak-acakan itu mengangguk dan melambaikan tangan pada Gita.  "Take care ya, Git. See you. Jangan lupa pesen gue tadi yah," teriak Dimas dan Gita hanya tersenyum sekenanya pada cowok itu.  Di dalam mobil, Gita menyandarkan punggungnya dan menghela napas berat yang sedari tadi ia tahan.  "Gue padahal ga tertarik beneran sama si Dimas. Coba aja Kak Alfa yang perhatian kayak Dimas. Mimpi gue selalu aja ketinggian. Sadar, Git. Lo ga bisa nyairin gunung es!" gumam Gita.  ☘️☘️☘️☘️☘️ ✔️ jangan lupa Komen
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD