2.Tuntutan

1304 Words
Namun hari ini, Trisya dapat tidur dengan nyenyak, sampai paginya. Mungkin besok, menjadi hari yang berat.dalam hidupnya. Dia tidak tahu? Dia hanya mencoba melupakan. Bunyi ketukan pintu terdengar dan kakaknya berdiri di depan pintu mempersiapkan wajah garangnya . " Apa yang kau lakukan Trisya ? Mobil kamu rusak berat" Namun kemarahannya berhenti ketika melihat mata adiknya merah dan pipinya bengkak. Ia menahan kemarahnnya, tapi sang kakak tetap membelalakan matanya. " Iya, kak, aku menabrak sesuatu dan mobilnya rusak," Trisya menjawab dengan tergagap. Ia tahu kakaknya tidak akan marah besar. Ia terlalu sayang kepada Trisya, dia adalah adik satu satunya dari keluarga yang tidak punya ayah dan ibu. Kakaknya telah berjanji kepada ibunya diambang kematiannya untuk menjaga Trisya . Ayah meninggal, warisan pensiun anak yang bisa dinikmatinya sampai usia 25 tahun. Kalau ia tidak menikah dan Trisya memang belum menikah atau berencana menikah. Ia masih muda dan masih harus menyelesaikan kuliahnya. Ini baru tahun pertamanya pada salah satu Universitas . " Kamu selalu ceroboh, bagaimana kalau kamu cedera berat atau cacat?" " Aku salah kak, itu tidak terjadi lagi, karena aku akan hati hati ! " "Sebenarnya apa yang kamu lakukan dan bagaimana kejadiannya?" pertanyaan beruntun itu dijawab Trisya dengan kebohongan. " Aku menabrak trotoar, cuma kecelakaan tunggal dan tidak ada yang dirugikan, aku pulang malam," ujar Trisya. "Seorang gadis pulang malam? Prilaku kurang baik, aku mungkin tidak cukup mengawasimu dan kamu si ceroboh, kita terpaksa keluar uang cukup banyak memperbaikinya," ujar kakaknya yang tentu sudah memperhatikan mobil itu digarasi. "Lihat wajahmu, benjol?" Yudha kakaknya memperhatikan. "Tidak sakit," ujar Trisya seperti berbisik. Namun Yudha memperhatikan dengan seksama. Trisya merasa kasih dan sayang dari kakaknya . Pembicaraan itu berhenti begitu saja, beberapa hari dan ini sudah seminggu. Trisya menarik napas lega karena tidak terjadi apa apa . Namun suatu malam, kakak pacarnya itu, Yenni datang dengan terisak-isak. Mereka pasti sudah "bergadang " tapi entah dimana. Trisya sangat kawatir dengan apa yang terjadi. " Ada apa?" "Aku tidak tahu," isak air mata Yenni di pipinya . "Kamu bergadang?" Trisya menuduh dan menyesali. Ia tidak menjawab pertanyaan itu, tapi mengatakan sesuatu yang lain. "Mereka membawa Yudha pergi. " Apakah Abang dibawa polisi" Trisya menduga sesuatu yang berat . "Mereka tidak terlihat seperti polisi" Yenni begitu stress dan tak bisa menjelaskan dengan cara terbaik. "Mereka bilang tidak akan terjadi apa-apa padanya, tapi kami perlu membawa uang" Trisya melihat ocehannya yang tidak jelas. "Uang apa? Mau dibawa kemana?" Trisya mulai kehilangan kesabaran. Trisya mengguncang Yenni, tapi dia hanya terisak dan menangis, Dia mungkin tidak akan tahu apa-apa jika bukan karena detik ini ponsel Trisya berdering. Dia melihat nama kakaknya Yudha di layar handphone, tetapi Trisya bahkan tidak bisa langsung menjawab. Ia menekan debaran jantungnya. Trisya takut mendengar sesuatu yang jelek sebelum ia mengangkat telponnya. Dan ini membuat tangannya semakin gemetar. "Kakak, apa yang terjadi? Apakah kamu diculik? Haruskah saya menelepon polisi?" Pertanyaan Trisya beruntun. "Trisya, jangan khawatir tentang apa pun," suara Yudha terdengar percaya diri. "Jangan sampai polisi terlibat dalam masalah ini. Semuanya akan baik-baik saja." Kakaknya yang bernama Yudha itu 5 tahun lebih tua dari Trisya tapi dia selalu menjaga. Sejak kehilangan orang tua mereka. Dan kakaknya selalu mengatasi masalah, dari suara itu Trisya mulai bernapas dengan lebih tenang. Jika Yudha mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja, tidak diragukan lagi bahwa semuanya akan baik . "Orang-orang ini hanya butuh uang. Mereka tidak akan melakukan apapun padaku.Tapi sekarang aku butuh bantuanmu, apa kamu dengar?" kembali suara ditelpon. " Iya " kata Trisya. Jika Yudha membutuhkan bantuan, Trisya akan melakukannya. Lagipula, kecuali kakaknya, dia tidak punya siapa-siapa lagi. "Dengarkan baik-baik. Segera jual mobil atau pinjam dari seseorang, ketika mereka melepaskan saya, saya akan menangani semuanya. Ayo, jangan bersedih, kamu harus kuat." " Kita akan menggadaikan rumah kita, jangan takut kak " ujar Trisya. Namun sesuatu yang mengejutkan Trisya . "Tidak bisa dengan rumah itu" ujar kakaknya dengan suara bergetar. " Kenapa?" Trisya tidak mengerti " Aku, aku telah menggadaikannya. Aku salah, semoga ini dapat ditebus." Jika ada petir, tidak begitu terkejutnya Trisya. Kakaknya telah menggadaikan rumah itu. Trisya tidak tahu, berarti dia juga atau mereka bisa kehilangan semua. Tanpa menyelesaikan tagihan itu, rumahnya juga akan hilang. Sesaat jiwanya runtuh untuk kepercayaan kepada kakaknya. Semakin jauh dia berbicara, Trisya menjadi semakin takut. "Ya, tentu saja," bisik Trisya ditelepon, meski tenggorokannya mulai kejang. "Mereka akan meneleponmu besok malam." Seketika hati Trisya berdetak, menghubungkan dengan peristiwa kecelakaan dan pria itu. Mobil yang rusak dan kartu yang diberikan. Dia harus mencari tahu . " Apakah berkaitan dengan mobil ?" tanya Trisya. Kakaknya tidak menjawab . "Berapa uangnya nya?" Kakaknya menyebutkan jumlahnya, Bahkan jika dia bisa menjual apa yang dulunya adalah mobil kakaknya, ia meragukan itu akan cukup. Tapi sekarang, ketika mobil itu hanya bisa diterima di tempat pembuangan logam, itu sama sekali tidak realistis. Hanya itu yang bisa. Namun dia berkata di telepon: "Jangan khawatir tentang apapun kakak. Saya akan mengatasi semuanya " Trisya menyeret pacar Yudha . Dia tidak berhenti menangis . Tidak ada keuntungan darinya sekarang. Jadi, tanpa berpikir dua kali, dia memanggil taksi. Wanita muda histeris yang tidak menenangkan sama sekali bukanlah sesuatu yang baik. Jadi ia menyuruhnya pulang. Yudha menunggu bantuan Trisya, menunggu untuk menjual mobil, dan tidak ada yang tersisa untuk dijual. Rumah juga sudah tergadai. Betapa kompletnya masalah mereka Dia ingat senyum pria yang dtemui. Bagaimana dia ... melihat kartu itu dan sudah dengan kebencian membaca namanya. " Mereka minta ganti rugi. Tapi kenapa begitu besar ? Sejauh mana lelaki itu punya kuasa sehingga bisa menyandera kakaknya . Mengapa kakaknya begitu takut?" Trisya mulai menduga duga yang tidak terjawab. Dia akan datang ketempat lelaki itu dengan kemarahan. Dia mengambil foto plat nomornya, menemukan siapa pemilik mobil itu . Pemilik klub itu menyandra kakaknya dan meminta uang ganti rugi yang besar. Dasar orang kaya yang pelit, dan serakah.Meminta ganti uang yang besar, umpat Trisya. *** Trisya menerima telepon dari debt collector yang meminta agar segera menyiapkan uang. " Apakah ini berhibungan dengan tabrakan mobil?" tanya Trisya. " Aku tidak tahu, aku hanya tahu kakakmu harus melunasinya itulah tagihannya ." ujar rentenir menolak menyebutkan. *** Nama klub malam itu, The Golden club sudah sangat harum di kalangan "anak party" artis dan orang berduit . Tempat yang cukup luas dan strategis dengan tinggi langit-langit 16 meter, klub itu menawarkan pengalaman yang mewah dan berkualitas. Tata cahaya dan tata suaranya yang terbaik oleh penggemar musik elektronik dan klub malam. Meja DJ-nya dan lantai dansa, di langit-langitnya ada chandelier yang amat sangat besar. Sinar laser mencuat ke sana ke mari, mengikuti alunan musik yang tengah dimainkan. Berada di tengah lantai dansa klub itu bagaikan sedang berada di dunia sarat imajinasi , bar memanjang di tengah lantai dansa ruang privat di balkon, klub malam itu memang tempat seru untuk menghabiskan malam . Tapi bukan itu yang ingin dilihat Trisya malam itu .Tepat jam 08.00 malam dia disana masuk kedalam. Dia akan menemukan pria dikartu nama itu. Robert Hadi ." Pemilik Golden Club .Entertainment. Ketika Trisya menunjukan kartu itu, penjaga klub malam sangat hormat. " Saya akan menelpon sekretarisnya, dia akan membantu anda, jika si boss Bung Robert berkenan," kata penjaga klub malam itu , selesai Trisya memperkenalkan diri dan menunjukan nama di kartu itu. Berbekal hal itu, Trisya melihat lelaki itu. Angkuh, tampan dengan mata tajam dan rahang yang kuat. Pesonanya membuat Trisya menjadi minder . "Terima kasih, anda sudah datang .Saya hargai anda mau menyelesaikan ganti rugi mobil itu" Trisya tercekat. Lalu kemudian suaranya begitu lancar ketika ia mulai dengan kemarahannya. Pemilik klub itu, Robert Hadi diam mendengarkan celoteh Trisya dengan bingung dan mengerutkan dahi dengan panjang. Menyipitkan mata dan penuh perhatian melihat Trisya dengan pandangan aneh. Ia mencatat sesuatu di kertas, dan nomor telpon yang diberikan Trisya menagih dan memanggil seseorang. "Tunggu disini, aku akan mencari tahu," ujarnya dingin . Ia keluar, Trisya menunggu, untuk saat yang cukup lama sampai dia gelisah sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD