“Kenapa Nat? Lo kayak cacing kepanasan,” kata Santi. Mobil mulai bergerak meninggalkan rumah. “Gue boleh ganti rok, gak? Pendek banget.” Santi menggeleng. “Pakaian itu cocok banget, lo hanya perlu percaya diri. Anggap saja latihan berpakaian.” Santi tidak peduli kalau gue sedang tidak nyaman. Kurang lebih dua puluh menit perjalanan akhirnya kami sampai di sebuah café. Artistektur yang unik di mana tembok dilapisi potongan-potongan kayu warna-warni. Cocok untuk tongkrongan anak muda. “Kita ngapain di sini?” Gue penasaran. Bukannya menjawab, Santi segera turun dari mobil. Gue menyusulnya yang sudah masuk ke dalam café. Santi memesan minuman lalu kami duduk di sebuah kursi menghadap jalan. Kaca yang menjadi dinding membuat kami dengan mudah melihat aktivitas di luar. “Ini café milik A