Chapter 6

1368 Words
Sampai saat ini yang sudah masuk hari terakhir mereka di puncak, Nando dan Cinta masih nampak canggung satu sama lain. Tapi canggungnya Nando tak sama seperti Cinta. Cowok itu jauh lebih waspada sekarang. Bahkan saat Cinta mendekat, Nando akan langsung beranjak menjauh. Dia masih shock dengan serangan mendadak yang Cinta lakukan semalam padanya. Soal ciuman pertama Nando yang di rebut Cinta, Nando sedikit mempermasalahkan. Pasalnya ia tak mau melakukan ciuman apapun dengan gadis lain selain Dinda nantinya sang pujaan hati. Ia mau Dinda yang mengambil ciuman pertamanya. Namun sepertinya itu sudah tak akan bisa diberlakukan lagi karena Cinta sudah mencuri star duluan. Tapi tak bisa dipungkiri juga kalau ciuman itu berhasil membuat jantung Nando sedikit salah detak. Untuk sebentar, Nando merasakan jantungnya berdetak lebih cepat walau hanya sebentar. "Hmm! Egheem. Ta--tampan?" dengan cara super hati-hati Cinta kembali mencoba menyapa Nando yang masih tetap dengan wajah datarnya. Nando tiba-tiba berdiri dan hendak melangkah pergi namun dengan cepat ditahan oleh gadis itu. "Tampan, tampan. Dengerin Cinta dulu." "Apaan sih. Jangan dedet-deket sama gue.!" bentak Nando. Cinta langsung mengambil langlah mundur tiga langkah kecil, namun kembali mendekat dengan satu langkah besar. Cinta hanya nyengir lebar saat aksi satu langkah besarnya ketahuan oleh Nando. "Ck! Mau ngomong apa sih Lo? Buruan gue ngantuk." "Ih baru juga jam delapan pagi. Tam--" "Buruan kalau mau mgomong.!" "Iya iya. Sensi amat dah." Cukup lama Cinta menenangkan diri sampai ia memilih untuk bicara. "Sebenarnya Cinta mau--mau--minta maaf soal semalam. Cin--cinta ngga ada niatan apa-apa. Semua itu reflek aja Tampan." "Trus?" "Trus Cinta mau minta maaf." "Basi--" "Nggak! Nggak basi kok. Ucapan maaf Cinta masih segar malahan. Maafin Cinta ya Tampan. Janji deh. Lagian Cinta juga kaget dengan yang Cinta lakuin semalam." ucap Cinta dengan wajah memelasnya. "Mana itu first kiss lagi." bisik Cinta pelan. "Apa?" "Eh? Nggak kok nggak." "Lo ngomong apa barusan?" "Ngomong? Ngomong apa? Nggak ngomong apa-apa kok." "Ulang lagi ucapannya Lo barusan!" perintah Nando dengan tatapan intimidasi. "Ucapan apa? Nggak ada ucapan apa-apa Tampan." "Ulangi!!" "Ulangi kata yang mana?" "Yang lo ucapin pelan." "Aa yang itu.. Jangan deh. Hehehe." "Ulangi atau Lo nggak gue kasih maaf." "Tapi--" "Ulangi!!" Cinta langsung mendumel kesal karena Nando memaksanya. Kenapa cowok ini mendadak jadi pemaksa. Apa ini sifat aslinya?. "Ulangi Cinta--" Cinta langsung menegakkan kepalanya saat indra pendengarannya mendengar sang pujaan hati memanggil namanya dengan lancar. "Tampan? Kamu manggil nama aku? Kamu--" Nando baru sadar dengan apa yang ia sebutkan tadi. Ia menyebut nama Cinta di depan orangnya langsung yang selama ini tak pernah ia lakukan. Biasanya ia akan memanggil Cinta dengan panggilan yang super duper aneh. Seperti cacing kremi, boneka mampang, gadis ulat, jangkrik dan masih banyak lainnya. Tapi sekarang ia memanggil Cinta dengan sebutan nama?. Nando seketika berdehem mencoba mengalihkan pandangan matanya dari Cinta tapi gadis itu terus saja mencoba menggodanya agar Nando mau bertatap muka dengannya. "Cieee malu ya--tampan malu yaaa--" goda Cinta yang terus melompat-lompat di depan Nando dan berusaha mensejajarkan wajahnya dengan Nando. "Apaan sih berisik." "Wajahnya merah. Tampan malu yaaa--" "berisik Lo.!" ucap Nando ketus sambil menoel kepala Cinta agar menjauh dan langsung ngacir ke kamarnya. "Tampan. Aku lihat wajah kamu merah!" teriak Cinta. "Berisik." "Mau kemana?" "Tidur." "Masih pagi tampan." Blaamm!! Suara bantingan pintu yang cukup keras terdengar dari kamar Nando. Cinta tak peduli. Ia justru tersenyum bahagia bisa membuat Nando tersipu malu karena ulahnya. Tak pernah Nando seperti ini sebelumnya dengannya. Sungguh kemajuan yang pesat. "Kamu ngapain sih senyum-senyum gitu?" kata Starla yang muncul dari arah kebun bersama Dian dengan para ayah yang mengikuti dari belakang. "Ah? Nggak kenapa-kenapa Mi. Cuma lagi happy aja. Cuacanya cerah jadi bisa jalan-jalan." ucapnya ngeles pada Starla. ***** Luas, rimbun, sejuk dan menjadi favorit warga maupun pengunjung yang datang. Ya, itulah keunggulan kebun strowberry yang dimiliki oleh nenek dan kakek Cinta. Hari ini mereka berencana untuk mengunjungi kebun strowberry milik nenek Cinta yang berada tak jauh dari penginapan. Saat sampai di sana, mereka sudah disambut oleh beberapa petani yang sedang memanen buah merah nan segar tersebut. Starla dan Dian sudah menyiapkan satu buah keranjang berukuran menengah dan mereka sudah mulai berjalan menyusuri kebun yang luasnya membuat yang hadis berdecak kagum. Dan seperti biasanya para papa-papa tak akan mau ikut andil dalam urusan para mama itu. Alhasil mereka lebih memilih menunggu di bangku santai sambil menikmati jus strowberry segar yang disiapkan oleh salah seorang ART di rumah nenek Cinta. Tak hanya Starla dan Dian, Cinta pun melakukan hal yang sama. Bedanya, Cinta hanya mengambil keranjang kecil dan berniat memenuhinya dengan strowberry sambil sesekali ia melirik pada Nando yang berada di pondokan kecil di dekat kebun. Cinta dengan cepat memetik beberapa buah yang segar dan berukuran besar lalu menyusunnya dengan rapi dalam keranjang kecil tersebut. Ia berniat memberikannya pada Nando. Setelah dirasa cukup, Cinta pun berjalan secara perlahan menuju cowok yang saat ini tengah tertidur sembari mendengarkan musik. Nando tak menyadari kalau Cinta sudah ada di depannya sampai jemari Cinta membelai surai hitamnya membuat Nando terkejut dan nyaris menjerit kaget. "Hai." sapa Cinta tersenyum lebar. Namun berbeda reaksi dengan Nando. Cowok itu justru membentaknya. "Bikin kaget aja sih Lo!!" "Tampan mah gitu. Marah-marah aja sama Cinta." Cinta segera duduk di atas pondokan mengikuti Nando yang sudah duduk lebih dulu. "Ngapain Lo sini? Sana sama Mami Lo.!" "Nggak mau. Cinta maunya sama Nando." rengeknya manja. "Nanda Nando Nanda Nando, umur Lo berapa?" gerutu Nando tak terima. "Iiii! iya iya. Bang Nandoooo. Puas!" ucap Cinta dengan nada sedikit mengejek. Nando tak meladeni lagi. Ia kembali fokus mendengar musik. Namun baru juga headset terpasang di telinganya, Cinta sudah menarik nya hingga terlepas. "Apaan Sih Lo.!" Nando nyaris membentak kuat Cinta kalau ia tak sadar ada kedua orang tua mereka di sini. "Jangan cuekin Cinta." "Peduli gue.!" "Harus peduli. Kita kan udah ciummhhm--" Nando langsung menutup mulut Cinta dengan telapak tangannya dan menatap Cinta tajam. "Bisa diem nggak Lo!" bentak Nando tertahan. Cinta tak berusaha melepaskan tangan Nando dari mulutnya. Justru ia tersenyum senang sampai Nando melepaskan sendiri telapak tangannya yang tadi membungkam mulut Cinta. "Sana Lo jauh-jauh. Sampai orang tua kita tahu tentang kelakuan gila Lo kemaren, awas Lo ya." ancam Nando namun tak membuat Cinta takut. "Kenapa emangnya kalau mereka tahu?" goda Cinta dengan suara pelan sambil mendekat pada Nando. "Jauh-jauh Lo dari gue." ucap Nando jengah sambil mendorong kepala Cinta menjauh dari wajahnya membuat gadis itu memberenggut kesal. "Kenapa sih tampan nggak pernah mau berdamai." "Karena berdamai sama Lo bakal merusak ketenangan gue." "Ngerusak dari mananya? Justru bagus kan? Kalau damai, kita bisa makin dekat kalau bisa nikah." celoteh Cinta membuat Nando merinding horror. "Dasar gadis gila.!" gerem Nando. "Sudah lupakan. Sekarang aku udah siapin strowberry matang buat tampan. Dimakan ya. Namanya ini Strowberry Cinta. Hehehehe." "Bacot!" "Iiii kok gitu terus sih sama Cinta. Apa perlu Cinta suapin?" Cinta sudah mengambil satu buah segar dan mengarahkannya pada Nando. Nando tak kunjung menggubris. Ia tak mau meladeni gadis gila di depannya. Karena jika diladeni bisa di pastikan hidupnya akan semakin kacau setelah ini. "Ayo buruan buka mulutnya!" perintah Cinta sambil memaksa. "Apaan sih Lo.!" "Tampan buka mulut aja susah amat sih." "Gue nggak mau. Kalau gue mau gue bisa petik sendiri." tolak cowok itu. Tapi memang yang namanya Cinta tak pernah menyerah jika itu soal Nando. Alhasil ia terus saja memaksa Nando untuk menerima suapan buah Strowberry yang Cinta arahkan pada mulutnya. "Satu aja. Buka mulutnya.!" paksa Cinta tanpa ampun. "Kenapa sih Lo maksa gue? Jangan-jangan udah lo kasih jampi-jampi ya?" tuduhnya. "Iya. Cinta kasih jampi-jampi Cinta yang bisa bikin Kamu tergila-gila." jawabnya ketus. "Udah terima aja kenapa sih. Kalau nggak mau aku teriak ya ke mami sama tante Dian kalau kita semalam ci--" Cinta tersenyum menang. Belum juga ancamannya selesai, Nando sudah menarik tangan Cinta yang memegang buah itu dan memasukkan ke dalam mulutnya. "Puas Lo." "Banget. Hehehe." Nando kembali menyumpahi Cinta dengan nada super kesal. Sedangkan Cinta tak terlalu menghiraukannya. Karena Nando memang selalu seperti itu. Jadi tak ada yang perlu di kesalkan. Cinta kembali tersenyum saat Nando mencomot lagi strowberry yang ada dalam keranjang dan memasukkan dalam mulutnya. Cowok dihadapan Cinta ini kembali fokus pada ponselnya namun tangan kanannya tak henti mencomot buah yang tadi dibawa Cinta. Sama dengan Bundanya, Nando juga pecinta Strowberry. Jadi anggap saja penolakannya tadi karena rasa jaim yang berkelebihan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD